JogjaKUSejarah

Kraton Pleret : Sejarah Kraton Yang Terlupakan

1

STARJOGJA, BANTUL – Banyak yang belum tahu jika wilayah Pleret, Bantul pernah menjadi pusat pemerintahan kerajaan Mataram Islam saat masa jayanya.

Melalui museum Sejarah Purbakala Pleret , kekayaan sejarah Pleret coba diangkat untuk diperkenalkan kepada masyarakat.Museum yang berada di Jl Pleret, Desa Pleret, Pleret ini menampilkan puluhan peninggalan sejarah di Bantul maupun Pleret pada khususnya, tidak hanya pada era Islam, namun juga pada era Hindu-Buddha dan prasejarah.

Museum-sejarah-purbakala-Pleret-berdiri-di-bekas-area-Kraton-Pleret-370x277

Sejarah 3 Kraton Mataram juga memiliki istana di sisi selatan dan dikenal dengan nama Kraton Pleret.Istana raja di Ibukota Kerajaan Mataram Islam ini hanya berumur 33 tahun. Sejarah menyebutnya Kraton Pleret, sebuah istana yang lahir dari raja kontroversial, Amangkurat I.

Kraton Pleret bermula dari sebuah wahyu. Syahdan, Raja Amangkurat I yang merupakan anak dari Raja Sultan Agung (keturunan keempat Raja Mataram islam) itu mendapat titah dari leluhur agar memindahkan pusat ibukota kerajaan dari Kotagede ke wilayah selatan. Tepatnya kini di Dusun Kedaton, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul.

Menurut wahyu yang diturunkan, Pleret merupakan lokasi yang tepat untuk ibukota kerajaan. Ada dua sungai yang mengapit wilayah ini, yaitu sungai Opak dan Gajah Wong. Sungai dianggap baik untuk pertahanan kerajaan dari serangan musuh. Lalu ada pasar tua di wilayah ini, tempat warga biasa berinteraksi. Pasar itu sampai detik ini masih lestari di Pleret.

Selain itu, struktur tanah di Pleret konon memiliki kualitas paling baik untuk membuat batu bata, yang dipakai sebagai bahan bangunan istana. Pembangunan lalu dimulai pada 1647, tak lama setelah Amangkurat I naik takhta pada 1645. Istana ini disangga batu bata.

Ada sumur tepat di bagian depan istana yang biasa digunakan untuk menjamas atau mencuci barang pusaka. Benteng batu bata berdiri mengelilingi kompleks istana seluas kurang lebih 2.000 meter persegi itu. Benteng ini dikelilingi saluran air.

Sejarah itu, bisa dilacak antara lain di buku karya H.J de Graaf berjudul Disintegrasi Mataram di Bawah Amangkurat I. Selain mendirikan istana, Amangkurat I membangun pula masjid agung di sebelah barat Kraton (agak utara) yang dikenal sebagai masjid Kauman Pleret. Jaraknya hanya sekitar 500 meter dari Istana. Masjid Agung itu kini terkubur di dalam tanah dan tidak lagi digunakan sebagai tempat ibadah.

Hari Ini Nama Jalan Arteri Diresmikan

Previous article

Beberapa desa di Sleman terancam tidak menerima dana desa

Next article

You may also like

1 Comment

  1. terimkasih untuk kisahnya

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in JogjaKU