JogjaKUSejarah

GPIB Marga Mulya : Gereja Tua Di Jantung Kota

0

STARJOGJA, JOGJA – Kapan tanggal dan tahun terbentuknya Jemaat GPIB “Marga Mulya” Yogjakarta secara pasti belum diketahui, karena penelitian untuk itu belum dilakukan. Berdasarkan catatan yang diketemukan, pada tanggal 14 Desember1830 dilaksanakan rapat Majelis Gereja yang pertama. Jemaat gereja pada saat itu masih dilayani oleh seorang Pendeta dari Solo. Karena pada saat itu jemaat belum memiliki gedung gereja, maka kebaktian diselenggara-kan di rumah-rumah anggota jemaat.

Mulai 8 April 1831, dicoba untuk mengusahakan memperoleh sebuah gedung gereja. Tempat ibadah yang direncanakan adalah gedung sekolah milik pemerintah yang kemudian mendapat persetujuan pemerintah. Gedung sekolah yang dipakai sebagai tempat ibadah warga jemaat tersebut sebelum dan selama dipakai mengalami perbaikan sebanyak 3 kali dengan biaya swadaya warga jemaat. Pada akhirnya dirasakan bahwa gedung sekolah tidak dapat menampung warga jemaat yang jumlahnya semakin bertambah dan disadari perlunya membangun sebuah gereja.

Sejak 24 Januari 1857, kebaktian-kebaktian gereja tidak lagi diselenggarakan di gedung sekolah akan tetapi diselenggarakan di Balai Karesidenan. Pada waktu itu jemaat telah memiliki Pendeta yaitu Ds. Begemen sebagai Pendeta pertama yang didatangkan ke Jogjakarta. Pada saat itu pembangunan gedung gereja telah dimulai dan ditangani serius. Gambar dan bangunan di buat oleh Ir. P.A van Holm. Berdasarkan catatan rapat Majelis Jemaat pada tanggal 24 Juli 1857 disebutkan bahwa pembangunan gedung gereja sudah berjalan dengan baik meskipun belum selesai seluruh-nya dan masih diperlukan biaya untuk penyelesaian pembangunan gedung gereja dan pengadaan peralatan atau perabot gereja.

Untuk kebutuhan tersebut pendeta pendeta memutuskan mencari dana warga jemaat dan pinjaman dari Dana Diakonia. Pemerintah juga telah ikut membantu pembangunan gedung gereja. Hal ini terbukti dari adanya surat dari pihak gereja tertanggal 29 Mei 1857 yang meminta bantuan pemerintah dan berhasil. Dari Dana Diakonia mendapat pinjaman uang sejumlah f 700. Dari catatan yang ada diperoleh keterangan bahwa gedung gereja sungguh-sungguh dibangun atas biaya swadaya anggota jemaat. Hal itu terbukti dari laporan opster G.R Lavalette untuk memberikan perhitungan dan pertanggung-jawaban dari dana-dana yang telah diterima lengkap dengan daftar sumbangan yang telah dipakai habis untuk pembiayaan pembangunan gedung gereja

Ngejaman2007.jpg

Akhirnya rapat Majelis Gereja tanggal 13 Oktober 1857 menyatakan bahwa pembangunan Gereja telah selesai, pemakaiannya akan dimulai dengan suatu upacara pada tanggal 15 Oktober 1857.Dari catatan yang ada disebutkan Sri Sultan tercatat sebagai pribadi yang telah memberikan bantuan secara financial.

Bangunan ini berdiri di atas tanah seluas 745 m2. Bangunan tersebut mempunyai corak Indis dan mencitrakan konteks budaya pada zamannya. Pada bagian atap terdapat bentuk lucarne (jendela kecil duduk di atas kemiringan atap, selain untuk hiasan juga untuk memberikan aliran udara pada ruang dalam atap) pada sisi selatan yang juga terbuat dari seng. Secara keseluruhan, bangunan gereja terdiri atas tiga ruangan yang membujur dari timur ke barat, yakni ruang depan atau porch, ruang utama atau nave (ruang ibadah) dan ruang pastori. Sebelum memasuki ruang depan, terdapat pintu masuk dengan bentuk kupu tarung dari bahan kayu jati. Pada bagian atas pintu terdapat vousoir (unit-unit batu yang disusun dalam bentuk melengkung di atas gerbang, pintu atau jendela)

 

sumber : Wikipedia

Taksi Online Tak Berizin Akan Ditindak

Previous article

Nikmatnya Sambal Kopi di Waroeng Ereng-Ereng

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in JogjaKU