JogjaKUSejarah

Ini Aturan Penggunaan Kain Batik di Kraton

0
falsafah hamemayu hayuning bawana
google.com

STARJOGJA.COM , JOGJA – Sejak awal penggunaan kain batik di Keraton, sudah ada ketentuan mengenai kain larangan. Setiap Sultan yang bertahta berhak membuat peraturan baru.

Terakhir, Sri Paduka Sultan Hamengkubuwono VIII membuat aturan baru yang disebut sebagai  Pranatan dalem bab namanipun pangangge keprabon ing Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat.Aturan ini dimuat dalam Rijksblad van Djokjakarta No 19. th 1927.

Yang dimaksud pangangge keprabon (busana keprabon) adalah: kuluk (wangkidan), dodot/kampuh serta bebet prajuritan, bebet nyamping (kain panjang), celana sarta glisire (celana cindhe, beludru, sutra, katun dan gelisirnya), payung atau songsong. Kain dengan motif batik yang termasuk larangan yaitu Parang rusak (parang rusak barong dan parang rusak gendreh).

Seluruh putra dalem diperbolehkan mengenakan kain-kain termasuk kain batik larangan. Busana batik untuk permaisuri diperbolehkan sama dengan raja. Garwa ampeyan (selir) dalem diizinkan memakai Parang Rusak gendreh ke bawah. Garwa padmi (ratu/permaisuri) KG Pangeran Adipati sama dengan suaminya.

Sementara Garwa ampeyan KG Pangeran Adipati diperbolehkan memakai Parang Rusak gendreh ke bawah. Demikian pula putra KG Pangeran Adipati. Istri para Pangeran Putra dan Pangeran Putra Raja yang terdahulu (Pangeran Putra Sentananing Panjenengan dalem Nata) bersama dengan suaminya. Garwa ampeyan para Pangeran diperbolehkan memakai Parang Rusak gendreh ke bawah.

Untuk Wayah dalem (cucu Raja) mengenakan Parang Rusak gendreh ke bawah. Begitu juga dengan buyut dalem (cicit Raja) dan canggah dalem (putranya buyut). Warengipun Panjenengan dalem Nata (putra dan putri) ke bawah diperbolehkan mengenakan kain batik parang-parangan yang seling, dan tidak diperbolehkan byur atau polos.

Pepatih dalem (Patih Raja) diperkenankan memakai Parang Rusak Barong ke bawah. Abdi dalem: Pengulu Hakim, Wedana Ageng Prajurit, Bupati Nayaka Jawi lan lebet diperkenankan mengenakan Parang Rusak gendreh ke bawah. Bupati Patih Kadipaten dan Bupati Polisi sama dengan abdi dalem mengenakan Parang Rusak gendreh ke bawah. Penghulu Landrad, Wedana Keparak para Gusti (Nyai Riya), Bupati Anom, Riya Bupati Anom, mengenakan Parang Rusak gendreh ke bawah.(DEN)

Target Wisawatan DIY Selama 2017 Terlampaui

Previous article

Kampung Wisata di Jogja Wajib Akreditasi

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in JogjaKU