JogjaKUUniknya Jogja

Mengenal Prajurit Jogokaryo

0

STARJOGJA.COM, JOGJA – Prajurit keraton Yogyakarta dahulu merupakan kesatuan-kesatuan prajurit tangguh dengan fungsi berbeda tergantung tugasnya.

Prajurit keraton Yogyakarta merupakan “jelmaan” dari prajurit-prajurit tangguh Kerajaan Mataram yang pernah menyerang Batavia di bawah komando Sultan Agung Hanyokrokusumo. Keraton Yogyakarta bersama Kasunanan Surakarta menjadi pecahan dari kerajaan Mataram mewarisi ketangguhan prajurit-prajuritnya.

Bahkan prajurit kesultanan Yogyakarta terlibat langsung dalam pertempuran melawan Belanda dan Inggris. Namun seiring bergabungnya Kesultanan Yogyakarta dengan Republik Indonesia, prajurit keraton Yogyakarta pun lebih difungsikan sebagai “prajurit budaya”, dan bukan lagi prajurit tempur.

Salah satunya adalah prajurit Jogokarya. Prajurit Jagakarya merupakan barisan nomor empat dalam defile setelah prajurit Wirobrojo, Prajurit Dhaeng dan Prajurit Patangpuluh.

Jogokarya berasal dari kata Jaga dan Karyo, Jaga yang diambil dari bahasa sansekerta berarti menjaga sedangkan karyo berasal dari bahasa kawi yang berarti tugas atau pekerjaan. Sehingga secara filosofi keberadaan prajurit Jagakaryo merupakan pasukan yang mengemban tugas untuk menjaga serta mengamankan jalannya pelaksanaan pemerintahan didalam kerajaan.

Kesatuan Jogokarya di Keraton Yogyakarta terdiri atas 4 perwira berpangkat panji, dengan 8 bintara berpangkat sersan dan 72 prajurit serta 1 prajurit pembawa dwaja yang berupa Kanjeng Kyai Trisula.

Seragam dari prajurit Jagakaryo adalah Tpo Hitam bentuk tempelengan yang prajurit jogokaryoterlihat seperti kapal terbalik, Destar atau ikat kepala berwarna wulung, rompi berwarna crem atau kuning emas, beskap lurik lupat lapis warna merah, sayak lurik, lonthong atau ikat pingang dalam warna merah dan Kamus atau ikat pinggang luar berwarna hitam. Sedangkan Celana panji lurik, menggunakan kaos kaki panjang, sepati fantopel warna hitam .

Persenjataan yang dipergunakan oleh Prajurit Jagakaryo berupabedil, tombak serta keris branggah. Sedangkan perangkat music yang dipakai adalah tambur, seruling dan terompet untuk memainkan music iringan saat berjalan dan digayakan dengan menggunakan Mares Slanggunder dan untuk jalan cepat menggunakan mares Tamengmaduro ( den)

 

Ini Tips Puasa bagi Penderita Maag

Previous article

Gunungkidul Bakal kembangkan Wisata Malam

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in JogjaKU