JogjaKUUniknya Jogja

Mengenal Kregolan – Dusun Tanpa Regol

0
Hari Jadi Sleman
Pemkab Sleman

STARJOGJA.COM, SLEMAN – Nama Dusun Kregolan dipercaya oleh warga setempat berkait erat dengan keberadaan tokoh Kyai dan Nyai Regol. Sesepuh dusun setempat menyatakan bahwa Kyai dan Nyai Regol adalah orang-orang kepercayaan Ndara Purba (Raden Bekel Prawira Purba), yakni cucu Sultan Hamengku Buwana VI dan putra dari Gusti Pangeran Harya Surya Mataram I.

Waktu itu Kyai dan Nyai Regol diperintahkan untuk tinggal di wilayah yang sekarang disebut Dusun Kregolan. Namun waktu itu wilayah tersebut masih belum menjadi pemukiman padat, melainkan tanah kosong yang belum tergarap dan penuh semak belukar atau mungkin juga berupa hutan. Setelah beberapa lama tinggal di wilayah tersebut, maka wilayah itu kemudian dikenal dengan nama Dusun Kregolan, yakni nama dusun yang menggunakan nama dari pendirinya.

Di masa hidupnya Kyai dan Nyai Regol merupakan tokoh yang disegani.Pendeknya, ia dikenal sebagai tokoh sakti yang mengayomi warga yang tinggal di wilayahnya. Kyai dan Nyai Regol semasa hidupnya dikenal sangat menggemari pertunjukan wayang kulit dan tarian serta nyanyian ledhek. Oleh karena itu pula di masa lalu ketika masih banyak ledhek keliling dari satu kampung ke kampung lain, maka jika rombongan ledhek tersebut melintas di sisi makam Kyai dan Nyai Regol dapat dipastikan akan melakukan pementasan barang satu babak (satu gong-an) di tempat itu.
Mereka percaya jika mereka melakukan pementasan meskipun sekejap di tempat itu, maka mengamennya akan menjadi laris tanggapan. Akan tetapi jika mereka tidak mau melakukan pementasan barang sekejap saja di tempat itu maka mereka tidak akan ditanggap (tidak laku).

Kesukaan Kyai dan Nyai Regol pada pertunjukan kesenian tradisional semacam wayang kulit, ledhek, ketoprak, dan lain-lain sekalipun mereka berdua telah meninggal masih bisa dititeni �ditandai� oleh warga setempat. Hal ini bisa dilihat jika ada warga setempat nanggap wayang kulit atau ketoprak umumnya sebelum pertunjukan dimulai maka dusun setempat akan dilanda hujan. Akan tetapi menjelang pertunjukan kesenian tradisional itu dimulai, maka hujan pun akan berhenti. Hal ini menurut kepercayaan setempat waktu itu merupakan tanda bahwa roh Kyai dan Nyai Regol hadir atau merestui pertunjukan yang diadakan di dusun tersebut.

Berkiat dengan nama Regol itu pula ternyata di masa lalu ada pantangan atau larangan yang tidak boleh dilanggar oleh warga Dusun Kregolan. Pantangan itu di antaranya warga tidak diperkenankan membuat regol atau gapura, khususnya gapura bergaya padureksa (menyatu di bagian atasnya) sehingga gapura ini bisa meneduhi orang yang berjalan melaluinya. Pantangan agar tidak membuat regol bagi warga setempat dikaitkan dengan nama Kyai dan Nyai Regol sendiri. Pembuatan regol dihindarkan agar benda atau bangunan yang dinamakan regol itu tidak menyamai nama Kyai dan Nyai Regol.( DEN/ navigasi-budaya.jogjaprov.go.id)

Plaza Ambarrukmo siap menggelar Jogja Fashion Festival 2018

Previous article

Sekolah di Bantul Bakal Kirim Surat ke PLN

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in JogjaKU