Kab SlemanNews

CAGAR BUDAYA : Temuan Batu Candi Prambanan Tercecer Kemungkinan Bertambah

0

Sedikitnya 235 batu batu pagar candi Prambanan secara tidak sengaja ditemukan pelaksana proyek pembangunan gorong-gorong oleh DPUP Sleman. Material batu Candi Prambanan diprediksi pernah menjadi bahan pembangunan sebuah talud di zaman kolonial Belanda.

Kepala Seksi Perlindungan Pemanfaatan dan Pengembangan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DIY Wahyu Astuti menegaskan sementara 235 batu candi yang berhasil ditemukan hingga Rabu (2/9/2015). Ada kemungkinan bertambah karena penggalian lokasi proyek masih terus dilakukan. Seluruh batu itu telah dibawa ke komplek Candi Prambanan. Selanjutnya akan dilakukan percobaan penataan ulang terhadap bebatuan tersebut oleh ahli tata ulang batu candi.  “Itu ditemukan pekerja proyek DPUP Sleman. Kami berterima kasih karena pihak proyek segera melapor,” terangnya, Rabu (2/9/2015).

Ia menambahkan, dari hasil analisa ahli tata ulang batu candi, bebatuan itu berasal dari komplek Candi Prambanan. Dari total 235 batu, 95% batu pagar Candi Prambanan dan 5% sisanya batu Candi Perwara atau candi kecil yang mengelilingi Candi Prambanan. Dalam temuan itu, batu pagar candi berciri tanpa terdapat motif atau ukiran. Tapi untuk batu Candi Perwara terdapat beberapa motif ukiran. Batu itu rata-rata berbentuk balok kubus, berukuran paling besar dengan sisi 90 sentimeter, 50 sentimeter dan terkecil sekitar 40 sentimeter.

“Itu didominasi batu pagar sekitar 95% dan batu Candi Perwara hanya 5% dari total 235 batu yang ditemukan,” ujarnya.

Menurut Wahyu, keberadaan batu di lokasi temuan itu memang sengaja dipindah tangan. Dengan menganalisa lingkungan sekitar pihaknya tertuju pada sebuah sabo dam bernama Pleret yang berjarak sekitar 10 meter dari titik temuan batu Candi tersebut. Sabo dam Pleret itu dibangun pada 1923 di zaman kolonial Belanda. Karena itu kuat dugaannya jika ratusan batu candi itu ditemukan karena sebelumnya digunakan sebagai bahan baku pembangunan talud di sekitar sabo dam Pleret di Dusun Kepatihan, Tamanmartani, Kalasan.

“Karena dalam sejarah memang banyak batu-batu candi zaman dulu yang digunakan untuk bahan bangunan. Karena lebih mudah ditata. Tapi waktu itu zaman Belanda belum ada hukum yang mengatur cagar budaya,” urainya.

Ditawari Rp2,5 Miliar, PSS & Persiba Ikut Tim Transisi

Previous article

Mengintip Spesifikasi 3 Produk Sony Xperia Teranyar

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Kab Sleman