JogjaKUSejarah

Goa Jepang Pundong Saksi Penjajahan Jepang

0

Goa Jepang Pundong ini terletak di dusun Ngreco dan Poyahan di Desa Seloharjo, Pundong, Bantul, Yogyakarta. Goa ini menjadi saksi dari sebuah pendudukan penjajahan Jepang di Indonesia dan DIY pada khususnya.

Pendudukan Jepang ini menimbulkan beberapa konsekuensi. Salah satunya munculnya beberapa kantong-kantong pertahanan yang ada di sejumlah lokasi. Semisal, di sekitar daerah Kaliurang, Parangtritis, serta lapangan terbang Maguwo dan sekitarnya.Gua Jepang yang berdiri di sejumlah lokasi itu disebut memiliki berbagai peran. Seperti yang ada di daerah Pundong.

goa jepang 7

Goa Jepang Pundong Bantul .Sumber : http://kebudayaan.kemdikbud.go.id

Konon, gua Jepang ini digunakan untuk menghalau tentara sekutu yang masuk melalui Samudera Hindia. Ada 18 gua yang tersebar di wilayah seluas 12 hektar ini. Setiap gua berbahan dasar beton bertulang dengan pintu yang terbuat dari kayu. Ukurannya sekitar 150 cm x 150 cm. Sedangkan ketebalan dinding betonnya antara 30 – 60 cm. Setiap gua memiliki lubang di bagian atasnya. Jumlahnya bervariasi, antara 1 sampai 4. Selain berfungsi sebagai saluran udara, lubang-lubang itu juga berguna bagi penjajah Jepang untuk mengintai musuh.

Ada juga gua yang diperkirakan digunakan untuk mengintai dan menembak musuh menggunakan senjata berat seperti meriam. Jumlahnya 1 buah dan terletak di pinggir pantai. Sedangkan gua yang diperuntukkan mengawasi gerak-gerik musuh serta melakukan penyerbuan menggunakan senapan ringan letaknya di bukit dan menghadap lembah. Jumlahnya 6 buah.

Sedangkan guna akomodasi dan kepentingan logistik pasukan berjumlah 4 buah dan terletak di sebelah lapangan upacara. Gua-gua lainnya yang dimanfaatkan sebagai bunker pasukan dan penyimpanan amunisi ada 8 buah dan dibangun di pegunungan.

Gua-gua tersebut dibagi menjadi beberapa jenis. Gua yang memiliki 1 dan 4 lubang pengintaian. Serta gua yang memiliki 1 atau 2 buah pintu. Meskipun terpisah, baik gua di pegunungan dan di pesisir memiliki tujuan yang sama yaitu menghalau tentara sekutu. Antara satu gua dan lainnya dihubungkan jalan berparit atau disebut juga “jalan tikus”.

Situs Payak : petirtaan Abad 9 Masehi

Previous article

Sopir Trans Jogja Kebut-kebutan Demi Istirahat Lebih Lama

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in JogjaKU