Flash InfoSport

GALATAMA : Kompetisi Sepakbola Semi Profesional Indonesia

0
jeda liga 1
sepak bola JIBI

STARJOGJA.COM, SPORT – Sejarah kompetisi sepakbola di Indonesia tak lepas dari pasang surutnya.Keinginan untuk menjadikan sepakbola di negeri ini bisa jadi profesional memunculkan ide membuat kompetisi semi profesional.PSSI pun di jelang akhir 70an pun memunculkan ide kompetisi baru yang diberi nama Galatama.

Dengan adanya Galatama, PSSI mempunyai dua kompetisi yang sama levelnya. Perserikatan dianggap PSSI sebagai akar dari pembinaan sepak bola di Indonesia, sedangkan Galatama adalah pohon kompetisi sepak bola Indonesia. Perpaduan keduanya diharapkan memunculkan pemain terbaik untuk timnas Indonesia .

Kompetisi Galatama secara resmi dilahirkan pada 8 Oktober 1978 .Laga ini mulai menggulirkan kompetisinya tahun 1979. Klub-klub profesional yang sebelumnya banyak berkutat di kompetisi internal tim-tim Perserikatan mulai naik ke permukaan. Secara gengsi, Galatama bersaing dengan kompetisi Perserikatan yang sudah berjalan sejak 1931.

Galatama hanya berisi satu divisi saja. Tapi pada tahun 1990, divisi dua dibuat sebagai ajang kompetisi antar klub dengan kasta atas dan bawah. Hingga musim kompetisi 1982, PSSI mengizinkan penggunaan pemain asing di pentas Galatama.

Galatama semula diikuti hanya delapan klub. Seiring perkembangannya, Galatama kebanjiran klub semi-pro. Namun Galatama menimbulkan masalah baru, dengan adanya kecemburuan dari tim-tim Perserikatan yang menilai klub Galatama sangat dimanjakan dalam hal kompetisi.

Masa awal Galatama memang berjalan dengan indah. Minat masyarakat sepak bola Indonesia cukup tinggi sehingga mampu menyedot perhatian mereka di setiap pertandingan. Namun di tengah-tengah minat yang tinggi itulah, klub-klub Galatama digerogoti pengaturan skor yang dilakukan oleh para petaruh/penjudi.

Hal itu berakibat dengan adanya kasus suap pemain dan pengaturan skor. Pamor Galatama dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Tidak adanya pemain asing, lalu diperparah dengan adanya tudingan main mata antar pengurus klub dan isu suap plus pengaturan skor membuat Galatama ditinggalkan penonton. Klub pun banyak bertumbangan dan bangkrut.

Masalah lainnya adalah munculnya tren kerusuhan antar penonton yang berimbas pada menurunya kualitas sepak bola Indonesia. Hal tersebut diperparah dengan ketidaktegasan PSSI dalam mengusut kerusuhan yang semakin marak di Indonesia.

Menjelang musim kompetisi 1993-1994, tak banyak klub-klub Galatama yang bisa bertahan dari kesulitan finansial. Sungguh berbeda dengan tim-tim Perserikatan yang masih bisa eksis karena ditopang dana APBD. Untuk menyelamatkan klub-klub Galatama tersebut, PSSI akhirnya melakukan sebuah revolusi dengan membuat sebuah kompetisi baru dengan menggabungkan Perserikatan dengan Galatama yang dikenal dengan Liga Indonesia pada tahun 1994.(DEN)

Di DIY 34 Ibu Hamil Meninggal Selama Setahun

Previous article

Kol Kampus : Nostalgia Transportasi Jogja di Era 70an

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Flash Info