JogjaKUSejarah

Kenali Sejarah Gedung Societeit Yogyakarta

0

STARJOGJA.COM.JOGJA – Banyak yang mengenal gedung ini sebagai Taman Budaya Yogyakarta.Namun ternyata gedung yang disebut gedung societeit  ini juga mempunyai sejarah panjang yang menarik untuk disimak.

Pendirian gedung societeit oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda di Yogyakarta tidak hanya diperuntukkan untuk masyarakat sipil, namun juga untuk militer. Pendirian gedung societeit bahkan dipelopori dari kalangan militer. Luitenant de Terrie, seorang tentara berpangkat letnan, memprakarsai berdirinya Societeit Vereeniging yang berfungsi sebagai tempat pesta, biliar, dan minum-minuman. Gedung tersebut digunakan untuk tempat bercengkerama, baik oleh masyarakat sipil maupun juga militer.

Dalam perkembangannya terjadi pemisahan tempat untuk bercengkerama antara warga sipil dengan militer. Untuk warga sipil tetap berada di selatan Kantor Residen, sedangkan untuk militer berada di sebelah timur Benteng Vredeburg. Pemisahan tempat hiburan antara militer dengan sipil dimaksudkan untuk mempermudah pengawasan dalam rangka penegakkan disiplin bagi anggota-anggota tentara Belanda. Hal tersebut juga didukung oleh akses yang baik,  karena lokasi societeit mileter masih berada dalam satu lingkungan kompleks militer yang dipusatkan di Benteng Vredeburg.

Diperkirakan Societeit Militair didirikan setelah pendirian Societeit de Vereeniging dan sebelum didirikannya Societeit Pakualaman (1908), yaitu sekitar akhir abad ke-19. Bangunan tersebut terus difungsikan untuk societeit sampai dengan kedatangan tentara pendudukan Jepang ke Kota Yogyakarta.

Mengutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id. Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942, bangunan tersebut berubah fungsi untuk kepentingan militer Jepang sebagai balai pertemuan dan tempat latihan samurai. Setelah kemerdekaan, bangunan tersebut dipakai untuk instansi militer yang dikelola Departemen Pertahanan dan Keamanan sampai tahun 1977. Pada tahun 1992 bangunan direhabilitasi, direvitalisasi, dan difungsikan sebagai tempat untuk kegiatan pendidikan dan kebudayaan.

Pascareformasi tahun 1998 bangunan ini direvitalisasi kembali dan digunakan untuk UPT. Taman Budaya, Dinas Kebudayaan, Daerah Istimewa Yogyakarta.(DEN)

Mbah Rono: Ancaman Merapi Sekarang Tidak Terlalu Serius

Previous article

Lagu Religi Melly Goeslaw dan Hedi Yunus Jauh dari Nuansa Sendu

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in JogjaKU