Kab Sleman

Batas Tipis Kematian dan Keberanian Pembalap Tong Setan

0
tong setan
tong setan (foto : Deni Artha)

STARJOGJA.COM, SLEMAN – “Kalau sudah urusan perut, rasa takut itu jadi nomer sekian Mas”

Raungan motor dua tak yang minim kelengkapan memekakkan telinga. Suaranya berpadu teriakan sang MC yang mengundang orang datang untuk menyaksikan atraksi sarat dengan keberanian dan juga bahaya.

Hanya dengan membayar Rp 10.000, penonton akan disajikan sensasi atraksi berani dan penuh perhitungan. Para penonton yang membeli tiket pun bergegas naik ke arena tong setan dan mengerumuni pinggir lingkaran sirkuit tempat atraksi.

Tong setan, masyarakat suka menyebutnya seperti itu. Padahal nama aslinya biasanya disebut dengan Tong Stand atau Roda Gila. Nama ini pas dengan aktraksi yang ditampilkan oleh para pengemudi penantang maut, ahli dan bernyali. Namun terkadang lidah lokal ini lebih renyah dan mudah untuk menyebutnya sebagai tong setan. Mengganti kata stand dengan setan tampak lebih keren dan menarik.

Baca Juga : Gedung Setan Jadi Nama Lain Gedung DPRD DIY

Aksi pun dimulai dengan mereka mempersiapkan motornya. Motor RX king pun diisi dengan premium sembari kemudian digembar-gemborkan gasnya. Suaranya pun memekakkan telinga penonton. Gas pun digeber. Satu demi satu joki ini naik dan memutari arena.

Bersamaaan dengan pembalap yang mulai berputar-putar. Sembari memacu kuda besinya mereka juga bergaya saat menaiki motor. Ada yang sambil melepaskan tangan, tiduran, bahkan banyak atraksi ekstrim lainnya. Konon, kecepatan yang konstan adalah kunci untuk mengendalikan motor agar tetap stabil.

Kadang mereka berputar dengan beriringan. Kadang salah satu lebih cepat. Jelas butuh keberanian dan latihan yang tidak sebentar agar bisa tampil menciptakan hiburan atau mungkin kengerian bagi yang melihatnya. Itu semua demi rupiah yang mereka perjuangkan. Demi dapur dan mimpi-mimpi sederhana para joki yang menjadi pejuang bagi keuangan keluarga.

Saat berputar di arena kayu sebagai media jalan mereka, mata para joki motor tong setan ini mengawasi penonton yang hadir. Mereka mencari para penonton yang menyawer para pembalap dengan uang receh. Lembar demi lembar direbut dari penonton yang merasa terhibur dengan aksi gila para joki. Tiga orang pembalap bergantian naik turun mengambil saweran sembari memberikan tanda terimakasih atas apa yang penonton berikan.

tong setan

tong setan (foto : Deni Artha)

Ekspresi kagum dan ngeri bercampur di muka para penonton. Sembari menutup telinga, ekspresi itu muncul. Menit demi menit sajian itu pun tersaji dan memberikan hiburan murah meriah bagi para penonton yang datang ke arena Pasar Malam dalam Rangkaian Suran Mbah Demang di Lapangan Banyuraden Gamping Sleman, Sabtu Malam lalu ( 08/09/2018). Tepukan tangan pun diberikan usai para pembalap selesai beraksi dan kembali ke bawah tempat mereka memulai aksinya tadi.

Para joki motor ini pun beristirahat sejenak sembari menunggu penuhnya penonton untuk pertunjukkan berikutnya. Namun, ada pula yang tak langsung rehat, salah satu dari mereka bahkan kemudian merangkap menjadi MC untuk mengundang para penonton datang menyaksikan aksi berikutnya.

“Mas latihannya gimana?”

Saya mengajukan pertanyaan kepada Wahyu, salah seorang joki yang tengah rehat. Ia mengaku telah menjalani aktifitas sebagai joki motor ini semenjak 5 tahun yang lalu.

“Nekat mas,” dengan lantang dia menjawab. Tidak ada keraguan di matanya. Seakan itulah keyakinan yang mesti dijalani. Buatnya, yang penting ada skill mereka bisa berlatih menjadi joki motor 2 tak ini.

” kalau ngomongin takut pasti adalah Mas. Tapi kalau urusan perut, rasa takut itu jadi nomer sekian,” kata Wahyu.

Kuncinya adalah terus latihan dan konsentrasi saat bertugas. Malam demi malam, kota demi kota Ia lewati untuk mencari uang yang dia berikan untuk ” orang rumah”.

” Resiko kalau jatuh pasti ada, wong di jalan yang biasa saja itu tetap bahaya dan bisa jatuh to?,” papar Wahyu yang mengaku asal Solo ini.

Tong setan memang bukan wisata kelas satu. Dia hanya hiburan rakyat di malam keramaian sebuah daerah. Pasar malam pun sedikit demi sedikit mulai tergadaikan dengan layar handpone dengan segudang fiturnya. Tetapi kepercayaan akan apa yang mereka lakukan. Cerita dibaliknya seharusnya bisa menghidupkan roda-roda gila terus berputar dengan kantong mereka yang juga mungkin saja menjadi tebal. Kepuasan dan juga keterpaksaan menjadikan motivasi mereka beraksi di arena memekakkan telinga ini.

” Ada kebanggaan tersendiri Mas, saat saya mampu menunjukkan kemampuan saya untuk menghibur penonton ” , tutup Wahyu.

Bayu

Pengemudi di Bawah Umur : Kebanggaan Semu Orang Tua

Previous article

50 Ribu Gelas Kopi Dibagikan di Festival “Ngopi Bareng KAI #2”

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Kab Sleman