Esai

Les Baca Tulis Anak Demi Masuk SD Perlukah?

0
kondisi fisik
Ilustrasi Dunia Pendidikan
STARJOGJA.COM, Yogyakarta – “Pah anak kita diikutkan les baca tulis dan menghitung ya, tahun depan kan dia sudah masuk SD.”

 

Kalimat tersebut membuka obrolan kami pada suatu sore yang cukup romantis. Meskipun hampir setiap hari kami memang selalu berkumpul untuk ngobrol bersama keluarga  sembari mengerjakan apa saja yang bisa dilakukan dirumah.

Maklum, saya anggap ini adalah cukup romantis karena saat itu saya   dibuatin kopi arabica dari lereng Merapi.

Menanggapi apa yang disampaikan istri saya, sambil menyeruput kopi Merapi dengan rasa agak asem namun berpadu gula sengaja ditambah agar tidak terlalu pahit. Saya pun dengan santai menjawab.

 

“Anak kita ndak usah diikutkan les baca tulis dan menghitung, karena memang usianya masih 6 tahun dan anak TK memang belum diajarkan membaca dan menulis serta berhitung to.”

Eh ternyata pernyataan tersebut berbeda dengan keinginan istri saya. Ia langsung bereaksi lalu menjawab penuh semangat menjelaskan banyak hal terhadap saya. Ibarat dalam sebuah pertandingan tinju saya mendapatkan serangan bertubu-tubi, baik Jab, Uppercut, Long Hook, Check Hook, maupun Straight, KO deh jadinya.

“Lho tapi nanti tahun depan anak kita ketika masuk SD harus sudah baca tulis lho pa, kan kasihan kalau nanti anak kita masuk SD trus di tes baca tulis ndak bisa trus piye?,” katanya.

Begitulah kekhawatiran istri saya dalam berargumen menjelaskan alasannya kenapa anak kami harus masuk tempat Bimbingan Minat Belajar (Bimba).

Akhirnya obrolan romantis sore itu selesai dengan sebuah kesepakatan jika anak kami akan masuk Bimba.

Biar makin terkesan romantis akhirnya kita sepakat menamainya “Perjanjian Kopi Merapi”, biar kami sama-sama ingat dengan kesepakatan itu.

Sejauh ini memang sebagai Ibu, istri saya cenderung lebih banyak mengurusi kebutuhan anak kami. Sehingga pandangan saya, istri lebih tahu tentang anak kami.

Pada akhirnya saya mengiyakan anak kami mengikuti Bimba di daerah Godean.

Sampai saat ini kepandaian anak kami dalam membaca dan menulis serta berhitung terus berkembang dengan baik, sudah bisa mengeja kata perkata dan bahkan membaca serta menulis dengan baik.

Bahkan sudah makin pinter berargumen dengan kata-kata maupun hitung-hitungan yang ia dapatkan dari tempat Bimba. Namun saya berfikir ini kemungkinan faktor keturunan ibunya yang memang juga pinter berargumen atau membuat alasan.

Abaikan saja peristiwa tersebut, sebagai seorang ayah yang baru mempunyai anak 1 memang masih banyak ketidaktahuan sehingga menimbulkan kekhawatiran.

Namun yang jelas saya merasa senang sekali dengan perkembangan anak kami.

Alhamdulillah, ini adalah perkembangan yang baik untuk anak kami. Namun sebenarnya, dalam hati saya masih ada pertanyaan yang sampai saat ini belum terjawab dan belum terpuaskan.

Kenapa di sekolahan tingkat TK belum diajarkan membaca, menulis dan berhitung.  Sementara untuk masuk SD kok diharapkan bisa membaca, menulis dan berhitung.

Padahal TK anak kami merupakan TK plus, baik plus dari segi biaya maupun  segi jam belajar. Sebagai orang tua yang baru pertama memiliki anak dan masuk ke dunia pendidikan saya masih belajar.

Saya mencari informasi baik dari teman, orang tua dan juga media online.

Akhirnya saya mendapatkan informasi jika syarat masuk SD sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan No 14 Tahun 2018, salah satunya adalah calon siswa tidak wajib bisa membaca, menulis dan berhitung.

Saya menjadi plong dan lega setelah mengetahuinya, kemudian saya beritahukan kepada istri saya jika calistung tidak menjadi syarat untuk masuk SD. Dia tetep masih ngotot untuk melanjutkan les calistung yang diikuti anak saya.

Kali ini istri saya mengiyakan kalau calistung tidak jadi syarat tapi masih khawatir dengan mata pelajaran anak kelas 1 SD yang sudah cukup rumit untuk dimengerti. Sehingga kesiapan dari anak harus benar-benar dilakukan.

Saya sangat sependapat dengan alasan istri kali ini, melihat pengalaman dari mata pelajaran untuk anak kelas 1 SD yang diterima anak kakak saya memang cukup menyulitkan bagi anak seusia 7 tahun.

Akhirnya saya hanya berharap, terus berdoa agar anak kami nantinya bisa mengikuti dan benar-benar siap ketika masuk SD.

Jadi les baca tulis untuk anak sebelum masuk SD apakah perlu?.

Bayu

Ancaman Konten Negatif di Internet Makin Meningkat

Previous article

Harga Kopi Diprediksi Naik Awal Tahun Depan

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Esai