Esai

Tinggal di Jogja dan Aneka Cerita Dibaliknya

0
desa damai sleman
JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto Becak melintas di antara padatnya lalu lintas di kawasan Nol Kilometer Yogyakarta, Sabtu (13/05/2015). Becak kayuh menjadi salah satu ikon pariwisata Yogyakarta, kehadirannya sebagai moda transportasi kini terus terdesak laju pertumbuhan sepeda motor dan mobil.
STARJOGJA.COM, Esai – Seru ya kalau bisa keliling-keliling Jogja menikmati suasana kota yang terasa di kota sendiri. Itu adalah yang dulu selalu ada pada pikiran saya ketika pertama kali menginjakkan kaki dan belum lama tinggal di Jogja.
Ceritanya, saya adalah perantau yang datang dari salah satu kota kecil di Jawa Tengah. Tidak terlalu jauh memang dengan Jogja, namun tetap saja ini adalah kota yang harus saya ketahui lebih banyak karena berbagai keunikan, keindahan dan kelebihannya.
Sebagai perantau, saya belum tahu banyak tentang Jogja. Sehingga ingin banget rasanya bisa sesering mungkin menikmati suasana Jogja, baik malam hari, pagi hari atau sore hari.
Tempat kerja saya di Kabupaten Sleman, tepatnya Jalan Magelang KM 8. Lokasi yang tidak terlalu jauh dari pusat kota Jogja. sehingga dalam pikiran saya, nanti selepas kerja bisa jalan-jalan ke beberapa tempat keramaian yang ada di kota pelajar ini.
Ternyata angan-angan saya untuk bisa sering menikmati suasana di kota Jogja tidak selalu terlaksana dengan baik. Entah karena memang ternyata setelah selesai kerja saya merasa lelah, maupun karena ada tambahan pekerjaan yang harus saya selesaikan.
Meskipun demikian bisa dipastikan setiap akhir pekan saya selalu menikmati malam Minggu maupun liburan di kota Wisata ini.
Sekedar naik sepeda motor berkeliling menyusuri indahnya pemandangan di kawasan lereng Merapi bisa jadi sebagai salah satu favorit yang sering saya lakukan paling tidak 2 minggu sekali.
Menikmati perjalanan dengan suguhan pemandangan yang indah dan berbeda dengan tanah kelahiran menjadi alasan kenapa saya suka melakukan hal ini.
Selain itu, untuk bisa menikmati suasana yang menyenangkan ini tidak dibutuhkan biaya banyak. Seperti beberapa waktu yang lalu saya melakukan perjalanan dengan sepeda motor bersama keluarga saya hanya mengeluarkan uang sebanyak 50.000.
Dengan uang tersebut saya sudah bisa menikmati indahnya perjalanan menuju dua kawasan wisata Mangunan dan puncak Becici di Bantul dan juga makan siang sederhana untuk 2 orang, serta bensin untuk motor matik kesayangan.
Dalam hati saya sering berpikir, jika saya cukup beruntung bisa bekerja merantau di daerah yang Istimewa ini. Keramahan warga juga masih terasa meskipun ada juga yang kadang-kadang terlihat kurang bersahabat, namun secara keseluruhan masyarakat Jogja sangat baik.
Sudah 13 tahun saya tinggal di Jogja, dan sampai saat ini saya belum terpikir untuk pindah merantau ke kota lain. Pekerjaan yang memang sesuai dengan keahlian saya sudah saya peroleh.
Meskipun jika dibandingkan dengan kota besar lain seperti Surabaya dan Jakarta untuk posisi pekerjaan seperti yang saya lakukan akan lebih besar upah yang akan saya terima. Sejauh ini saya merasa cukup, ditambah biaya hidup di Jogja juga tidak terlalu mahal.
Contohnya saja untuk makan nasi di warung saya cukup mengeluarkan uang sebanyak 10.000 sudah kenyang. Makan mi ayam cukup dengan uang 8000 juga sudah dapat. Ini semakin menambah saya krasan untuk tinggal di Jogja.
Semoga suasana Jogja yang hommy ini akan terus bisa saya rasakan, dan bukan saja bagi saya. Tapi bagi semua orang yang berkunjung ke kota wisata ini. Sehingga akan semakin banyak orang yang melakukan perjalanan untuk datang ke Jogja.
Bayu

Sejumlah Ruas Jalan Terimbas Penutupan Kawasan Tugu

Previous article

Cuaca DIY Hari Ini Cerah

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Esai