Esai

Nostalgia dalam Sebuah Kaset Pita

0
kaset pita
Kaset SKJ 88 ( FOTO : Rumahdanie.blogspot.com)

STARJOGJA.COM, Yogyakarta – Bagi generasi yang tumbuh di era emas musik 80-90an, pasti tidak akan bisa lepas dari keberadaan kaset. Yup, Di tahun 70-90an, kaset pita merajai penjualan rekaman lagu Indonesia ataupun mancanegara. Musik pop atau bahkan dangdut tak bisa lepas dari distribusinya dengan kaset.

Popularitasnya bahkan mengalahkan piringan hitam (PH). PH yang dirasa mahal oleh banyak kalangan menjadikan kaset sebagai media dengar mereka. Saat CD atau DVD sudah marak di pasaran pada tahun 200-an, kaset ini masih bisa bertahan. Sebelum akhirnya kukut terkalahkan oleh jaman.

Saat masih sekolah, kaset asli dari band favorit dijual dengan harga 10.000 rupiah. Popularitas pemilik kaset asli ini begitu luar biasa saat sekolah. Tidak heran, beberapa kawan saya rela menyisihkan uang sakunya hanya untuk membeli kaset musisi favoritnya.

Baca Juga : Senam SKJ Olahraga Wajib Generasi 80 – 90an

Band-band semacam God Bless adalah favorit, sementara menginjak era 90-an Band Dewa mulai melejit dengan lagu yang lebih kalem. Di luar negeri ada Gun and Roses, Metallica dan sejenisnya.

Selain membeli, ada teknik tradisional semacam barter/trade dengan orang lain. Bisa juga pinjam meminjam, sampai ada koleksi kaset kesayangan saya yang jejaknya hilang entah kemana. Dan satu hal lagi yang unik adalah merekam lagu-lagu yang kita sukai di sebuah siaran radio menggunakan tape recorder dengan media kaset pita kosongan (blank cassette). Merk BASF adalah yang paling top kala itu.

Keasyikan mendengarkan album lewat kaset pita ini tercipta kala kita harus mendengarkan utuh semua lagu yang terekam di kaset pita yang kita beli. Side A berganti Side B. Tak jarang lagu kesukaan kita itu baru ada di track kesekian.

Butuh waktu mendengar yang membedakan cara mendengar dulu dan sekarang. Saat kita menemukan lagu favorit kita maka dapat dipastikan kita akan memainkan pita kaset kita maju mundur mencari lagu tersebut.

Budaya mendengarkan lagu ini ternyata dapat mengeratkan hubungan silaturahmi antar teman ataupun saudara. Dulu tak jarang kita akan nongkrong di salah satu kamar untuk mendengarkan lagu lagu lewat tape recorder secara bersama-sama. Di situlah kita tak jarang ada diskusi kecil mengomentari karya musik yang dikeluarkan oleh penyanyi atau grup band kesayangan kita.

Keasyikan lain juga muncul saat kita berburu rame -rame ke toko kaset untuk mencari album baru ataupun album campuran yang barusan dirilis. Kita akan dihadapkan oleh rak kaset beraneka genre yang tertata rapi.

Tak cuman album musik, di toko kaset pun tersaji album cerita anak milik sanggar cerita atau bahkan rekaman masteran burung perkutut. Yang terakhir ini sering sekali dibeli Bapak saya untuk merangsang burung perkututnya berbunyi seperti yang ada di kaset.

Di era 90-an genre musik Indonesia masih beragam, mulai rock yang diwakili God Bless dan Gong 2000, Elpamas, dan group favorit saya power metal. Di jagad Pop tak disangsikan lagi adalah Chrisye dan tak kalah keren adalah penampilan Iwan Fals.

Di paruh akhir 90 muncul Dewa 19 yang menghentak, semua kaset Dewa dengan vokalis Ari Lasso terkoleksi lengkap,tak peduli saat itu makan dengan menu ala kadarnya demi membeli kaset incaran. Sheila on 7 ataupun Padi pun melewati masa awal karir mereka lewat album kompilasi milik Sony.

Bagi generasi 90an ada kebanggaan tersendiri ketika mereka bisa membeli kaset idolanya di awal album itu keluar. Tak jarang teman-teman lain pun mengantri untuk meminjam kaset kita atau paling tidak menjadwalkan diri untuk dengerin bareng-bareng.

Sekali lagi, fenomena barter kaset atau saling meminjam kaset pun jadi bagian dari cara kita untuk mendengarkan lagu favorit kita. Paling sebel adalah saat kaset kita dikembalikan dalam kondisi kriting akibat terlalu sering diputar. Akibatnya lagu yang ada di bagian itu pun ngombak atau suaranya menjadi tidak bagus.

Namun semenjak krisis moneter menghantam, perlahan namun pasti harga kaset mulai merangkak naik mengikuti dolar. Pada titik ini semangat memiliki kaset mulai mengendur, perlahan tapi pasti koleksi kaset mulai tersendat.

Kaset pun tergerus oleh perubahan pola teknologi. Munculnya media digital seperti cd, vcd ataupun media sejenis membuat kaset pun terimbas dan tergulung jaman. Mereka tergantikan dengan cara mendengar yang lain. Toko kaset yang dulu menjadi pusat buruan pun gulung tikar.

Kini kaset masih diburu sebagai bagian dari sebuah nostalgia. Keribetan saat memutar lagu pun tinggal kenangan. Jaman boleh berganti namun perubahan media dengar pun tak harus membatasi kreatifitas bermusik. Selamat bernostalgia dengan kaset bundet !

Bayu

Kemendagri Perkuat Inspektorat Daerah

Previous article

LPSK Siap Lindungi Pelapor Tindak Korupsi

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Esai