Esai

Kabar Duka dari Teman dan Nikmat Sehat Yang Dijaga

0
mahasiswa timor leste
Ilustrasi Karangan Bunga Duka Cita

STARJOGJA.COM, Yogyakarta – Tulang ini seolah lepas dari tubuhku, badan menjadi lemas tak berdaya mendengar kabar duka dari teman baik saya yang pernah sekantor. Usia yang masih belum terlalu tua harus lebih dahulu menghadap Sang Pencipta.

Sekitar 5 hari yang lalu saat saya menulis kisah ini, kabar duka dari teman tersebut datang. Indah, kami sering menyapanya dengan sebutan Indah karena memang itulah nama yang ia punya. Anaknya sudah dua, yang satu Intan masih kelas 6 SD, dan yang kedua Raras kelas 4 SD.

Mereka masih terlalu lugu ditinggalkan ayahnya atau suami Indah untuk selamanya. Namun sebagai manusia kita tidak bisa melawan takdir Yang Maha Kuasa.

Baca Juga : Kenapa Lampu Traffic Light Malioboro Selalu Berwarna Kuning

Kami memang sudah cukup lama tidak bersua, namun kedekatan pada saat masih sekantor membuat hati ini terpanggil untuk mengunjunginya, meski telat, walau sekedar untuk mengucapkan bela sungkawa.

Tetes air mata tak bisa dibendung terus mengalir dari mata Indah saat bertemu dengan saya. Sekuat tenaga saya menahan agar tidak ikut meneteskan air mata. Namun apa daya kekuatan yang aku miliki tidak mampu untuk membendungnya.

Meluap sudah air mata itu membasahi pipi ini. Apalagi saat memandang kedua anak Indah yang harus rela berpisah untuk selama lamanya dengan ayah mereka.

Indah akhirnya mulai cair setelah beberapa menit saya mencoba menenangkan dengan kalimat-kalimat yang saya rangkai untuk membesarkan hatinya. Ia mulai bercerita tentang kondisi suaminya yang ternyata mempunyai riwayat darah tinggi.

Indah merasa menyesal kenapa tidak mencegah suaminya untuk mengkonsumsi buah semangka yang dimakan oleh suaminya. Juga taburan garam yang ditaruh di semangka tersebut. Namun tentunya penyesalan itu tidak akan membuat semuanya kembali.

Saya menenangkan Indah, kalau banyak artikel yang menjelaskan jika semangka mempunyai manfaat untuk menurunkan tekanan darah. Sehingga kematian suaminya tersebut bukan karena telah mengkonsumsi semangka yang ditaburi garam, melainkan karena murni sudah merupakan takdir Yang Maha Kuasa.

Tak terasa obrolan kami hampir satu setengah jam lebih. Rasanya masih ingin terus ngobrol untuk menenangkan hati Indah, namun melihatnya sudah semakin kuat menghadapi kenyataan tersebut akhirnya saya memutuskan untuk berpamitan.

Namun saya kembali merasa lemas dan tak berdaya ketika melihat kedua anak Indah. Usianya yang masih anak-anak harus besar tampai bimbingan ayahnya.

Melihat kondisi Indah dan anak-anaknya yang masih kecil membuat saya tersulut untuk selalu menjaga kesehatan untuk orang-orang yang saya cintai.

Semoga nikmat sehat yang sedang kita rasakan ini akan selalu kita rasakan untuk selamanya.

Riset Antar Perguruan Tinggi Belum Optimal

Previous article

Informasi Pengalihan Arus Malioboro Dipastikan Hoaks

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Esai