Esai

Warna Dunia Pendidikan Indonesia itu ?

0
guru stres
Ilustrasi Guru Yang mengajar di SD

STARJOGJA.COM, Yogyakarta- Aneka warna dunia pendidikan mengemuka di belakangan ini. Mulai dari Aksi guru honorer yang meminta kepastian masa depan, kekerasan di sekolah yang dilakukan antar murid atau bahkan oleh guru pada anak didiknya. Dan yang terakhir adalah viralnya video adegan yang menampilkan aksi tidak pantas oleh para murid kepada gurunya. Inikah warna dunia pendidikan Indonesia.

Peristiwa dalam video itu terjadi di SMK Nahdhlatul Ulama (NU) 03 Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Kepala Sekolah SMK NU 03 Kaliwungu, Muhaidin menyebut meski terlihat tidak beretika dalam hubungan antara siswa dengan Guru, peristiwa yang terjadi pada hari Kamis (8/11) itu hanya sekadar bercanda. Kepastian itu, didapat setelah pihak sekolah meminta keterangan dari Joko dan semua murid yang terekam dalam video dan murid lainnya yang ada di dalam kelas saat peristiwa.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pun angkat bicara soal video ini. KPAI menyayangkan tindakan sekumpulan murid itu meskipun itu hanya ‘guyonan’ atau bercanda. Bentuk candaan seperti itu karena mencerminkan ketidak santunan sikap dan perilaku peserta didik terhadap sang guru.

Baca Juga : Raih Doktor Usai Meneliti Perilaku Investasi Orang Tua untuk Pendidikan Anak

Diakui atau tidak, siswa saat ini memang sudah berubah. Generasi muda ini tumbuh dari aneka kemudahan teknologi yang membuat mereka kadang jadi pribadi yang individualis atau malah seenaknya.

Sikap dan gaya tuturnya pun berbeda. Orang tua ataupun guru yang menjadi mentor mereka kini dianggap sebagai seorang teman dekat. Bahkan tak jarang mereka menjadikan keduanya sebagai teman yang bisa diajak bercanda sesuai dengan gaya mereka saat ini.

Guru kini menjadi sebuah elemen yang tak melulu ditakuti atau disegani. Anak anak milenial ini menempatkan guru sebagai bagian yang harus dihormati, tapi tak harus menjadi momok. Inilah yang muncul di video yang jadi viral itu.

Di sinilah muncul soal pentingnya budi pekerti yang harus digemakan setiap saat. Sikap menghormati dan budaya sopan santun haruslah ditonjolkan dan ditanamkan kepada mereka yang tengah berada pada masa mencari identitas diri itu.

Pendidikan tak boleh hanya mengejar prestasi saja, namun bagaimana kemudian membentuk anak didik itu sebagai pribadi yang tangguh, mandiri dan hormat pada orang tua serta para guru. Pendidikan harus lebih memperhatikan perkembangan sikap dan perilaku peserta didik. Di sisi lain, para guru juga harus ditingkatkan cara mengajarnya dalam konteks kekinian, termasuk cara menularkan ajaran budi pekerti kepada para generasi penerus ini.

Nilai-nilai moral dan budi pekerti sangat diperlukan dalam menumbuhkan rasa tanggung jawab anak, terhadap dirinya sendiri, lingkungan, maupun keluarga. Untuk itu dengan melemahnya nilai-nilai moral diperlukan peran guru dan orang tua dalam membangkitkan kembali nilai-nilai moralitas dan tanggung jawab anak dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga orang tua dan guru sangat menentukan dalam hal menumbuhkan kembali nilai-nilai moral dan budi pekerti pada anak.

Sekali lagi soal budi pekerti itu tidak boleh diberikan seutuhnya di pundak para guru. Guru juga tidak boleh diberikan target dan beban yang begitu tinggi, utamannya terkait prestasi anak didik yang harus menonjol. Perlu kerjasama dari semuanya untuk menjadikan dunia pendidikan itu bisa menerapkan budi pekerti yang jadi pondasi utama masa depan para siswa ini.

Menjadi sangat tidak adil memang jika semua permasalahan integritas dan budi pekerti itu hanya dibebankan kepada guru. Sebab guru bukanlah manusia super yang dapat mengerjakan sesuatu tanpa ada rasa letih di dalam kamus hidupnya. Guru bukan pula pesulap yang dapat mengubah atau menciptakan sesuatu hanya dalam sekejap.

Hal itu yang terkadang, oleh masyarakat luas tidak mereka mengerti. Ada begitu banyak orang tua saat ini yang menyerahkan segala tanggung jawab pembentukan karakter anak-anaknya hanya kepada sekolah/guru. Sementara di sisi lain, ketika anak-anak mereka di sekolah dihukum oleh guru hanya untuk alasan mendisiplinkan misalnya, segera para orang tua itu berang karena menganggapnya sebagai sebuah pelanggaran HAM.

Dunia pendidikan itu harus menjadi sebuah bagian dari upaya mencerdaskan bangsa dan menyiapkan Indonesia yang lebih baik. Dukung warna dunia pendidikan itu sebagai satu hal yang terbuka dan mengedepankan budaya bangsa. Tak harus berkiblat pada negara lain sepenuhnya, kombinasikan dengan budi pekerti asli bangsa. Karena kita tumbuh di Indonesia, bukan di negara lain!! Biarkan warna dunia pendidikan itu tetap Merah Putih !!

Bayu

Pemerintah Meluncurkan Program Beasiswa Santri 

Previous article

Rifki Ali Hamidi Pengantar Mimpi Orang Kulon Progo

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Esai