Esai

Belanja Online itu Butuh atau Kalap?

0
Konten AI
ilustarsi belanja online
STARJOGJA.COM, Yogyakarta – 11 – 11 jadi angka yang banyak ditunggu masyarakat. Luar biasa jadi ungkapan yang paling tepat untuk menggambarkan antusiasmenya !! Pertanyaan pun muncul, belanja online itu butuh atau sekedar kalap karena ada discount ?
Perilaku masyarakat Indonesia untuk belanja online begitu besar saat Minggu, 11 November 2018. Harbolnas, Hari Belanja Online Nasional menggema. Harbolnas pun menunjukkan tingginya nafsu belanja masyarakat Indonesia. Ribuan item barang telah dijual.
Sisi lain, di media sosial Twitter, banyak yang curhat lantaran di Harbolnas ini mereka tidak bisa berbelanja dengan leluasa. Ada yang mengatakan harga barang incaran mereka tidak turun. Ada juga yang merana karena ketiadaan uang. Banyak celetukan lucu muncul dari mereka !
Sungguh sangat luar biasa melihat fenomena belanja online orang Indonesia saat ini. Terbukti dari gelaran acara 11-11, Hari Minggu kemarin, aneka barang laris terjual. Mulai dari barang elektronik yang berharga jutaan, hingga item barang kecil pun dibeli. Menit menit menentukan jadi incaran untuk mencoba mendapatkan harga murah. Entah itu nanti barangnya seperti apa dan entah nanti akan dipakai atau tidak.
Gairah belanja online tentu saja akan meningkatkan produksi dari industri yang ada serta berakibat pada meningkatnya jasa ekspedisi pengiriman barang yang terjual. Hal ini tentu sangat baik ke depannya. Terlepas dari kualitas produk yang dibeli. Hal ini menunjukkan bahwa tren belanja online di Indonesia meningkat pesat.
10 tahun yang lalu masyarakat dan saya pun masih anti atau gagap dengan yang namanya belanja online.  Masyarakat kala itu masih belum terbiasa membeli barang tanpa melihat wujudnya, atau mungkin mencobanya. Munculnya penipuan jual beli on line turut menjadi getah pahit dari model jual beli tersebut.
Namun 5 tahun belakangan ini, seiring dengan meningkatnya kualitas barang, meningkatnya kepercayaan pembeli terhadap penjual, menurunnya moral hazard penjual, meningkatnya layanan penjual dengan menerima komplain dan penukaran barang oleh pembeli ketika barang yang dibeli tidak sesuai yang diharapkan, perdagangan melalui aplikasi online pun meningkat. Bank Indonesia memperkirakan ada 24,7 juta orang yang berbelanja online. Nilai transaksi e-commerce diprediksi mencapai Rp 144 triliun pada 2018 ini.
Masyarakat kini memang “terjebak” pada situasi dan tuntutan kepraktisan. Mereka kini tidak mau repot keluar rumah untuk bertransaksi, semuanya ingin dilakukan di genggaman tangan.
Aneka metode pembayaran makin memudahkan belanja online. Mulai dari setor tunai, menggunakan transfer atm, kartu kredit, bayar di mini market sampai dengan bayar di tempat, barang yang dipesan tiba baru dibayar,menjadikan pelayanan belanja online makin memanjakan konsumen. Pokoknya dengan duduk pun kita bisa belanja.
Begitu juga dengan model pengirimannya, mau yang langsung dikirim via ojek online atau dengan ekspedisi yang bisa dipilih oleh pembeli. Kita tinggal pilih mau cepat sampai atau yang beberapa hari sampai tentu saja dengan ongkos kirim yang lebih murah. Promosi gratis ongkir dari toko online pun makin membuat orang dimudahkan untuk belanja.
Dari kondisi inilah, masyarakat, produsen dan pelaku UMKM sebaiknya juga terus berbenah menuju metode belanja on line. Pasar belanja online adalah pasar besar yang harus dimanfaatkan. Aneka kemudahan yang ditawarkan menjadi sebuah kunci dari geliat besar cara jualan ini.
“Kejujuran”. Inilah kata kunci dari transaksi online di masa yang akan datang. Produsen, penyedia barang dan jasa yang “Jujur dan Inovatif” lah yang akan bertahan dan mendapatkan pelanggan yang loyal. Sebagai pembeli pun kita harus jeli dan memahami soal testimoni yang muncul dari pelanggan sebuah penjual online. Penjual pun harus jujur memajang testimoni ini.
Ingat ! Sistem testimoni sangat membantu para pembeli. Pedagang yang tidak mencantumkan testimoni pembeli tentu tidak mendapatkan tempat di hati pembeli, dibandingkan dengan pedagang yang memberikan tempat untuk pembelinya curhat atas barang yang dijualnya. Di sinilah nilai kejujuran itu jadi unsur utama dari penjual. Tak juga dengan penyedia platform belanja online.
Di sisi konsumen, harbolnas ataupun belanja online di momentum lain diharapkan untuk mencari yang benar benar dibutuhkan. Bukan sekedar untuk mengejar barang yang diinginkan atau bahkan sekedar menuruti gelap mata karena terbuai oleh penawaran harga dan discountya. Jadilah pembeli yang bijak agar tidak harus merasakan “koma” di akhir bulan karena kebanyakan belanja online.
Bayu

Pemkab Bantul Peringati Hari Kesehatan Nasional

Previous article

Tim Etik Kasus Dugaan Perkosaan Mahasiswi UGM Akhirnya Terbentuk

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Esai