News

Melalui Tas, Nayla Craft Merajut Erat JNE Wates

0
Nayla Craft
Surti Owner Nayla Craft Kulon Progo dengan berbagai produk buatanya (Foto : Bayu Y)

STARJOGJA.COM, Kulon Progo – Tidak mudah memang mencari lokasi Nayla Craft yang ada di Karang RT 05 RW 03, Tuksono, Sentolo, Kulon Progo. Menuju Nayla Craft harus menempuh puluhan KM dari pusat Kota Jogja. Sempat salah arah namun akhirnya lega setelah papan nama Nayla Craft terlihat. Rumah yang dijadikan showroom Nayla Craft cukup berbeda dengan rumah lainnya di desa itu.

Besar dan bersih jadi kesan pertama saat mengunjungi showroom Nayla Craft. Surti Owner Nayla Craft memberikan keramahan sebagai tuan rumah. Tidak kaget saat showroomnya dipenuhi tas rajut karena tas rajut Nayla Craft jadi andalan. Namun selain itu produk lainnya juga tampak memenuhi showroom seperti sepatu rajut, dompet, gantungan kunci, bros, topi dan bantal rajut.

“Mulainya January 2010 lalu, kita kerajinan tas rajut bahan nilon. Tas kita sudah 20 model. Macem-macem bentuknya yang terkini modelnya pasti,” katanya kepada Starjogja.com Senin 19 November 2018.

Baca Juga : Rifki Ali Hamidi Pengantar Mimpi Orang Kulon Progo

Merangkul puluhan pengrajin tas rajut di Kulon Progo Nayla Craft seolah menghidupkan denyut nadi ekonomi daerah paling barat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Inovasi produk yang terus digenggam, membuatnya masuk 5 Besar Pengusaha Muda Terbaik dalam Gebyar UKM Indonesia 2018 pada Selasa (6/11) di Gedung Kaca Pemkab Kulon Progo.

“Warga Tuksono, Sri Kayangan ya se Kulon Progo, Pengasih juga ada. Pengasih ada lima orang pengrajin, Sri Kayangan 10, Ngentak Ijo itu lima dan Giling itu sekitar 5. Penjahit sendiri tiga,” katanya.

Walaupun berimbas pada ekonomi warga sekitar, namun Nayla Craft menyebut itu bagian dari rencana Tuhan. Namun baginya memberikan yang terbaik dan menyebarkan ilmu yang menjadi niatnya. Sehingga banyak dari pengrajin yang ekonominya terangkat dari kerajinan ini.

“Ada (beda secara ekonomi), yang jelas ada yang bisa bangun rumah, rumayanlah dari ngrajut. Dulu tapi, rumahnya masih kecil sekarang bisa bikin rumah dadi tembok,” katanya.

Kulon Progo menjadi kabupaten yang secara ekonomi tertinggal dari kabupaten lain di Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun masyarakat dan pemerintahnya mulai berubah dengan program Bela Beli Kulon Progo yang berpangku pada nilai mandiri.

Berdikari dan percaya diri dengan hasil produknya, Ia mulai memberikan pelatihan membuat tas rajut kepada warga sekitar. Namun, awalnya hasil rajutan diberikan ke perusahaan di luar Kulon Progo.

“Lalu saya bikin sendiri tahun 2010 itu. Setelah kita berdiri sendiri kualitas kita tetap kita jaga, pengrajin diuntungkan karena produk bisa diterima,” katanya.

Surti memperlihatkan beberapa produk Nayla Craft (Foto : Bayu Y)

Berbagi Ilmu dan Kisah Lion Air JT 610

Wajah senang terlihat ketika Surti bercerita soal memberikan pelatihan membuat tas rajut ke luar Jawa yaitu di Riau dan Dumai. Wajah ceria Surti jelas terlihat saat menyebut pelatihan ke luar Jawa. Sebab ilmu merajut tas yang dimilikinya dapat mengubah kehidupan orang terutama secara ekonomi.

“Kemarin ngajar di Riau, Pekanbaru, sebelumnya ke Dumai, Pertama ke Dumai ada 10 orang trus 4 menjadi wirausaha baru dan bagus sekarang,” katanya.

Bahkan peserta pelatihan merajut tas di daerah luar Jawa sangat tinggi. Ia dibuat terpaku dengan seorang ibu yang menggendong anak kecil sembari belajar merajut tas dan sekarang sudah bisa mencukupi kebutuhan hidupnya dari tas rajut.

“2019 kita ke kabupaten Siak. Dumai ada 15 orang, belum pulang mereka dapat order sepatu. Mereka kan terangkat ekonominya dari ngrajut,” katanya.

Pelatihan ke Dumai seolah menjadi cerita sendiri bagi Surti tidak hanya senang tapi juga kisah sedih. Kata-katanya seolah tertahan ketika pelatihan keduanya ini memiliki kaitan dengan pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang jatuh di Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10/2018) pagi.

Santi Staff dinas Kabupaten Dumai yang bertanggung jawab memesan tiket pesawat ke Dumai menjadwalkan dirinya pergi ke Dumai di Senin (29/10/2018) pagi. Namun karena kasihan karena ia harus transit berulangkali, Santi kemudian memajukan jadwal penerbangan satu hari. Dengan begitu, ia pun bisa langsung direct dari Jogja ke Dumai.

“Dia bilang ya allah bu, ibu dapat mukjizat sambil meluk dan nangis. sampai saya juga nangis ada apa mba? Rencana kemarin pesawat lion air yang ibu naikin itu jatuh. Ya allah kita sempat spanneng bareng bareng. Kita berdoa yang namanya rejeki maut, jodoh itu kita ga tahu,” katanya.

Mukjizat itu kembali terjadi tatkala ia sedang perjalanan menuju tempat makan di Dumai. Dumai yang sedang dilanda hujan lebat membuat beberapa pohon disana tumbang. Beruntungnya pohon besar yang dilewatinya tumbang berjarak 30 meter setelahnya.

“Dua kali saya diselamatkan di Dumai. waktu itu di Dumai itu hujan deras banget waktu itu air semuanya. Waktu itu kami melintas ada pohon besar banget ga ada 30 meter pohon besar banget itu tumbang. yaalah saya diselamatkan,” katanya.

Ia yakin jika orang berniat untuk membagikan ilmu tanpa pamrih maka Tuhan akan membantunya. Ia pun senang karena hasil pelatihannya berhasil dan diperlihatkan Tuhan bahkan sebelum ia kembali ke rumah.

“Sebelum saya pulang, mereka sudah mendapatkan order itu kebanggan saya sendiri kurang lebih 50 pasang sepatu rajut. Alhamdulilah saya bagikan ilmu bermanfaat dengan pelatihan dan bermanfaat dengan tas rajut. Kemarin mereka pameran di Jakarta dan produknya sudah bisa laku,” katanya.

salahs atu karyawannya sedang merajut tas (foto : Bayu Y)

Ikatan dengan JNE

Surti mengaku tas rajut masih memiliki peminat di pasar. Sebab hingga saat ini pun setiap hari ia selalu mendapatkan order produknya. Terutama dari luar Jawa, Jakarta hingga luar negeri.

“Dari dulu sampai sekarang di JNE. Paket pertama ya kita pakai JNE paling sering ya JNE, Kalo klien ga minta selain JNE ya kita pakainya jelas JNE,” katanya.

Namun pangsa pasar Nayla Craft mayoritas dari dalam negeri. Mulai dari Aceh sampai Papua produknya tersebar melalui pengiriman JNE. Bahkan produk yang dikirim ke Papua kebanyakan melalui jasa pengiriman JNE.

“Papua pakai JNE. Saya kirimnya ya di Wates. Kalo ga yang di Ambar Ketawang ya agak jauh dari rumah tapi itungan bisnis masuk. Pelayanan bagus juga. Wates juga sama bagus layanan,” katanya.

Ia senang dengan pelayanan JNE karena ada kurir yang mau datang kerumahnya menjemput paket yang akan dikirim. Sehingga pemesanan melalui JNE menjadi pilihannya hngga saat ini.

“Kurir JNE sering datang kesini ambil paketannya. Ada mas Aris dan Mba Endang. Mba Endang ini juga deket sama anak saya,” katanya.

Surti sedang berpose dengan tas Rajut di depan showrtoomnya (foto : Bayu Y)

Kisah Nyata Kurir di Pelosok Kulon Progo

Hal yang sama juga diungkapkan Endang Sri Retno Puspitasari Owner dan Kepala Cabang JNE Wates, Kulon Progo. Saat ditanya soal Nayla Craft, jawabannya adalah sama-sama berjuang.

“2010 sejak berdiri waktu saya masih merintis sendiri JNE Wates saya yang jaga dan ngurir belum ada apa-apa, belum ada yang kenal JNE Wates, dia sudah jadi pelanggan,” katanya.

Karena JNE belum dikenal waktu itu dan Nayla Craft menjadi pelanggan, sangat berarti baginya. Sehingga JNE bisa berkembang dan maju bersama dengan UMKM seperti Nayla Craft ini. Ikatan dengan pelanggan lama inilah yang membuat ikatan JNE dan customernya terjalin erat di Kulon Progo.

“Dari sebelum nikah (anaknya Surti), masih bujang dan punya nikah dan saya datang jadi antara pelanggan dengan saya sudah dekat tidak hanya pengirim dan penerima barang tapi ada ikatan emosional,” katanya.

Endang bercerita saat ia datang ke rumah Nayla Craft yang termasuk pelosok di Kulon Progo. Ia pun rela datang menjemput satu paket tanpa menganakan biaya.

“Kita datang ke rumahnya itu salah satu layanan JNE kita pick up gratis walaupun satu barang. Rumahnya jauh sekali dekat pabrik agak masuk tapi bagi saya tidak masalah. Dulu jalanya masih jelek dulu perjuangan, banyak jeblongan,” katanya.

Ia pun tahu kapan harus menjemput paket itu secara gratis. Kedekatan dan saling mengerti satu sama lain inilah yang membuat ikatan sendiri dengan para pelanggannya.

“Biasanya siang jam setengah satu jam sebelas karena tempatnya agak jauh juga. Jam segitu kan mereka selesai packing,” katanya.

Endang antusias ketika menceritakan pelayanan yang harus dilakukan para karyawannya. Dahulu JNE hanya dirinya sendiri saat ini JNE Wates sudah memiliki 30 karyawan. Semua karyawannya harus memberikan layanan yang maksimal sehingga semua customer mendapatkan kehangatan dari karyawan JNE.

“Layanan sama, tidak hanya ke Nayla tapi ke bupati dan wakil bupati waktu itu saya ga tau kalo itu wakil bupati. Sampai sekarang wakil bupati itu minta kok harus saya yang bungkus. Kenyataan, dia ngirim kebetulan saya tidak ada, dia nunggu saya yang bungkus. Kedekatan itu harus ada keterikatan senyum salam sapa. dia mau balik lagi dengan layanan JNE. Mungkin kelebihannya seperti itu,” katanya.

Nilai dan sikap melayani kepada customer ini ia perlihatkan kepada karyawannya. Tidak memandang siapa orangnya, layanan maksimal harus diberikan kepada customer. Sehingga niat baik ini direspon baik oleh masyarakat yang menggunakan jasa JNE.

“Saya sama dengan Nayla Craft sama sama dari nol. Dia mau ngirim gimana caranya saya bantu mengirimkan,” katanya.

Para kurirnya pun akhirnya melakukan hal yang sama dengan yang ia lakukan. Memberikan layanan terbaik kepada masyarakat. Bahkan kepada masyarakat di pelosok Kulon Progo. Sebab banyak kiriman masyarakat ini yang sampai di pelosok.

“Kurir saya sampai Girimulyo dan Samigaluh yang pelosok lho. Sampai kurir ke terpencil, kepelosok daerah lebih banyak ke Samigaluh dan Girimulyo,” katanya.

Seringnya mengirimkan barang ke pelosok inilah akhirnya kurir dapat berinteraksi dengan keramahan warga Kulon Progo. Kedekatan dengan masyarakat inilah akhirnya timbul hubungan baik.

“Masyarakatnya sopan, dihargai sebagai kurir. Kalo disana pasti dikasih sirup, kopi kalo disana, disana dikasih makan siang. Saya aja nganter paket ke Kalibawang itu sampai disangoni teh gelas, roti dan macem macem,” katanya..

Endang mengaku jika pekerjaan ini merupakan hal yang berbeda, karena memiliki nilai lain selain ekonomi. Yaitu hubungan baik, kekeluargaan, rasa bahagia dan senang ketika melihat orang lain senang.

“Saya seneng kalo mereka menerima barang. Ada yang ditunggu dan ada kejutan melihat mimik ekspresi mereka gembira, banyak ekspresi itu paket ditunggu itu seneng aja. Jadi kita tambah keluarga. kalo ada apa apa dijalan. ibaratnya kehujanan pasti mereka turun tangan tanpa pamrih,” katanya.

Embung Tambakboyo dan Sensasi Udara Segar

Previous article

Kenikmatan Nasi Kulit Syuurga di Jogja

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in News