Esai

Masih Enggan Berbuat Baik? Kebanyakan Alasan!

0
Berbuat baik
Jempol digunakan tanda untuk memberikan hasil atau proses sesuatu

STARJOGJA.COM, Esai – Kata orang, jaman sekarang serba mahal. Kebutuhan dasar, sandang, pangan dan papan, terkadang merupakan hal yang mewah bagi beberapa kalangan. Belum lagi kebutuhan sekunder dan tersier. Bisa jadi hal-hal tersebut bahkan tidak terbayangkan bisa dimiliki dan dipenuhi oleh sebagian orang. Berbuat baik tentu jadi pilihan lain.

Oleh karenanya, tidak jarang, ada orang yang memutuskan untuk hidup selibat (terlepas apakah memang belum menemukan jodohnya) atau bagi yang sudah menemukan jodoh dan kemudian menikah, memutuskan tidak memiliki anak atau hanya memiliki 1 anak saja.

Sangat masuk akal menurut saya, karena seperti yang saya sampaikan di awal tadi, sekarang semuanya mahal. Oke lah, biaya sekolah anggap saja masih di angka normal. Tapi kan tidak demikian dengan biaya-biaya yang menyertai. Uang les, uang jajan, buku, perlengkapan sekolah, biaya makan, kesehatan dan penunjang lainnya.

Baca Juga : Berbuat baik, rahasia awet muda

Idealis? Mungkin, tapi mungkin juga tidak.

Sebelum anda melanjutkan membaca tulisan ini, ada baiknya kita mencapai kata sepakat terlebih dahulu, bahwa sayangnya anak tidak bisa memilih orang tua yang melahirkannya, tidak bisa memilih rumah tangga tempat kelahiran serta tumbuh kembangnya, karena tatkala anak lahir, dia berada dalam sebuah “keharusan” untuk menerima orang tua yang melahirkan dan kemudian mendidiknya. Ia tidak bisa memilih dilahirkan oleh ayah dan ibu seperti apa.

Nah, kalau sudah sepakat, silakan melanjutkan membaca.

Karena hal-hal tadi, menjadi bagian besar tanggung jawab para orang tua untuk “mengganti” ketakberdayaan anak dengan memberikan hal-hal untuk menunjang kehidupan mereka agar nyaman dan bisa berkembang dengan maksimal.

Jika ada kondisi tertentu yang kemudian memaksa anak tidak terjamin hidupnya, saya pribadi merasa bahwa hal tersebut adalah hal yang menyedihkan dan perlu dicarikan solusi. Bukan untuk orang tuanya sih, tapi untuk anak. Itu yang penting.

Ada 1 artikel yang membuat saya begitu lega, dan makin yakin bahwa di dunia ini masih begitu banyak oang baik. Meskipun bukan di Indonesia, tapi akan memberikan inspirasi berbuat baik untuk anda.

Seorang pria asal Haiti berusia 38 tahun, Jérémie Mercier yang biasa dipanggil ‘Papa’ Jérémie, memiliki 62 anak. Tentu saja bukan anak biologis ya, karena mereka adalah anak-anak Haiti yang orang tuanya meninggal, ditelantarkan atau anak-anak yang mengalami kekerasan.

Menyediakan kebutuhan pangan, sandang, memberikan perlindungan bagi ke-62 anak tersebut bukanlah hal yang mudah, mengingat tak jarang Jérémie sendiri harus mengorbankan kebutuhan pribadinya.

Mungkin akan “lebih mudah” jika harus mengurus darah daging sendiri, karena seperti kata orang, blood is thicker than water. Namun apa jadinya jika yang harus diurus adalah anak-anak yang bukan keturunan sendiri? Bukan hal sederhana lagi bukan?

Tanpa perhatian Jérémie, bisa jadi anak-anak tersebut akan tidak memiliki tempat tinggal, dipaksa terlibat dalam dunia hitam kejahatan ataupun prostitusi, atau bahkan terpaksa menjadi seorang restavek, lingkaran perbudakan anak di Haiti.

Keputusan Jérémie untuk mengasuh anak-anak itu tidak lepas dari sejarah kelam Ibunya, yang pernah terpaksa menjadi seorang restavek dengan teramat banyak cerita menyedihkan. Meskipun menurut beberapa orang, apa yang dilakukan oleh Jérémie adalah semata-mata karena dirinya adalah orang yang luar biasa baik hati.

Menilik ke belakang, hingga tahun 2010, Jérémie sejatinya adalah salah satu staf komunikasi PBB ketika gempa besar mengguncang Haiti dan menewaskan sebanyak 230,000 orang.

Jérémie selamat. Namun saat disekitarnya ada banyak korban meninggal, ia mulai bertanya-tanya kenapa dirinya selamat. Dia merasa pasti ada alasan diluar nalar manusia. Kesadaran itulah yang membuatnya kemudian menyelamatkan beberapa anak yang orang tuanya meninggal, namun mereka selamat dari gempa besar tersebut.

Dan sejak hari itulah, dirinya menjadi ‘Papa’ Jeremie.

Waktu berlalu, namanya makin dikenal sebagai malaikat penyelamat anak-anak terlantar. Bahkan penduduk Haiti yang secara sosial ekonomi sangat miskin, tidak jarang sengaja meninggalkan anak mereka di beranda rumah Jérémie. Pada akhirnya Jérémie pun menjadi sebuah “panti asuhan” bernama Children Of Tomorrow.

Jérémie bukan orang dengan harta berlimpah. Dia masih harus bekerja selama 7 hari dalam seminggu untuk terus menghidupi anak-anaknya. Terus berjuang untuk menyediakan kebutuhan dasar mereka. Sandang, pangan dan papan yang layak, serta menjamin kebutuhan pendidikan sehingga anak-anaknya memiliki masa depan yang lebih baik.

Tidak mudah memang. Namun dirinya bertekad untuk tidak akan pernah berhenti menolong anak-anak.

Soo..

Air mata anda sudah merebak belom? Atau minimal hatinya tergetar dong?

Berbuat baik,tidak perlu menunggu. Menunggu kaya, menunggu punya uang banyak, atau menunggu rejeki berlimpah. Berbuat baiklah saat kita masih punya kesempatan. Masih diberi waktu oleh Yang Maha Kuasa untuk beramal.

Kita selalu bisa mencari seribu alasan untuk tidak melakukan apapun. Namun kita juga punya seribu alasan untuk berbuat baik kepada sesama.

Tamu Undangan Rela Antri Demi Dhaup Ageng

Previous article

Komunitas IKKJ Bantu Korban Kecelakaan dan Kejahatan

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Esai