FeatureNews

Perkenalkan Raja Krakatau Indonesia Prof Tukirin

0
Raja Krakatau
Raja Krakatau Prof Tukirin (foto : LIPI)

STARJOGJA.COM, Yogyakarta – Mendengar nama Tukirin Partomihardjo mungkin akan sedikit mengerutkan dahi karena belum kenal. Tapi, namanya sudah dikenal di dunia sebagai King of Krakatoa. Bukan hal yang mendadak sebutan Raja Krakatau ini muncul, tapi karena proses yang panjang memahami Taksonomi Botani dan Ekologi Hutan Gunung Krakatau. Namun ia merendah bahwa sebutan Raja Krakatau ini hanya sebagai keakraban sesam peneliti.

“Itu sebutan akrabnya pertemanan di antara para peneliti yang sudah terbiasa kerjasama mungkin ingin apa lebih akrab dengan menyebut saya memanggilnya Raja Krakatau karena yang mengetahui tentang biologi khususnya daerah Krakatau,” katanya
kepada Starjogja.com beberapa waktu lalu.

Saat ditanya soal aktivitas Gunung Anak Krakatau, ia pun menyebutkan itu merupakan kawasan gunung api yang sangat aktif. Bahkan kawasan itu sangat bagus untuk penelitian terutama soal ekologi hutan. Namun ia menyebutkan jika Gunung Api itu merupakan gunung pertama yang informasinya tersebar di seluruh dunia.

Baca Juga : Status Gunung Api Krakatau Jadi Siaga

“Satu- satunya di tropis yang sampai saat ini, itu merupakan suatu lokasi yang sangat fenomental untuk ilmu pengetahuan karena dari letusannya yang dahsyat yang pertama diketahui oleh manusia artinya direkam oleh manusia karena pada saat letusan Krakatau
yang dahsyat itu sudah ada alat komunikasi sehingga bisa tersebar di seluruh dunia,” katanya.

Gunung Krakatau memang menjadi perhatain dan menarikpeneliti karena adanya dokumentasi soal kejadian meletusnya gunung api itu. Sementara peristiwa gunung api lainnya itu belum terdokumentasi sehingga ketertarikan peneliti berbeda.

“Yang diketahui sejarah peradapan manusia karena sudah ada komunikasi dan dokumentasi dan menarik Perhatian para peneliti seperti Tambora itu kan juga sudah pernah meletus tapi tidak ada dokumentasi dan tidak ada informasi waktu itu belum ada
komunikasi yang efektif untuk ke seluruh dunia,” katanya.

Sebutan Raja Krakatau ini memang membuatnya sering ditanya soal aktivitas Gunung Anak Krakatau yang beberapa lalu beraktivitas. Padahal ia adalah seorang peneliti ekologi hutan yang cenderung meneliti tumbuhan yang ada di sekitar Gunung Krakatau.

“Tapi gapapa sepengatahuan saya. Anak Krakatau yang merupakan generasi ke-3 barangkali ya sesudah induknya raksasa itu memang merupakan satu tipikal gunung api yang aktif, dari dia selalu aktif ya kalau masih meletus meletus itu sebetulnya tidak begitu dikawatirkan. Khawatir kalau diam dalam fase yang cukup lama ketika meletus adalah itu yang mungkin perlu diwaspadai,” katanya.

Seringnya menjelajahi Gunung Anak Krakatau ini membuatnya paham dan tahu juga soal aktivitasnya. Termasuk aktivitas yang menyebabkan tsunami di Selat Sunda. Kondisi ini harusnya menjadi perhatian warga di sepanjang pantai Selat Sunda.

“Yang paling berbahaya karena Gunung Anak Krakatau dan gunung di tengah laut yang muncul dari dasar laut sehingga kalau terjadi aktivitas terjadi perubahan longsoran pasti menimbulkan gelombang tsunami. Tidak besar yang ada suka ada gerakan gerakan gelombang laut yang menimbulkan katakan tsunami begitu lama tidak terlalu besar kalau dibanding dengan letusan Krakatau tahun 1883,” katanya.

Sepengetahuannya di sekitar Gunung Krakatau sudah alat-alat termasuk yang ada di pulau-pulau sekitarnya. Hanya saja membuatnya bertanya kenapa pesan tidak terdeteksi secara jelas sebelumnya. Sehingga jika tidak ada maka akan muncul langkah mitigasi dengan pemberitahuan kepada masyarakat untuk menghindar.

“Longsoran biasanya kan tidak disertai dengan getaran yang cukup signifikan cukup nyata sehingga mudah terdeteksi oleh alat vulkanologi dan saya tidak tahu itu bagaimana sensitifitas alatnya Apa masih berfungsi dengan baik yang ada di Anak Krakatau sendiri pada saat ini itu juga berbarengan dengan gelombang pasang apa Bulan Purnama itu,” katanya.

PMI Sleman Gratiskan Kantong Darah untuk Warga Sleman

Previous article

Ini Warna Kertas Surat Suara Pemilu 2019

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Feature