JogjaKUUniknya Jogja

Kraton Gelar Upacara Tingkeban GKR Hayu

0
tingkeban gkr hayu

STARJOGJA.COM. JOGJA – Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat , hari ini, menggelar Upacara Tingkeban/Mitoni (Upacara usia kehamilan 7 bulan). Upacara itu untuk mengungkapkan rasa syukur dan doa akan usia kehamilan GKR Hayu yang memasuki bulan ketujuh. Upacara adat ini sekaligus untuk melestarikan tradisi dan budaya Jawa di lingkungan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Suami GKR Hayu, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Notonegoro mengatakan upacara tradisi Tingkeban adalah tradisi turun-temurun di lingkup Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

“Sesuai adat dan tradisi (di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat saat anggota keluarga hamil dan memasuki usia kehamilan 7 bulan) kami lakukan upacara adat Mitoni,” dalam keterangan tertulisnya kepada Starjogja.com.

BACA JUGA : Mitoni, Ritual Tujuh Bulanan untuk Kelancaran Persalinan

Pelaksanaan Upacara Tingkeban yang digelar akan berlangsung dari jam 10 pagi hingga jam 12 siang, dan bertempat di Pendapa nDalem Kilen Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Selain itu, tata cara upacara tersebut dikemas sesuai dengan pranatan yang berlaku di Keraton, serta nantinya akan didokumentasikan dengan baik.

Adapun upacara tersebut terdiri dari serangkaian prosesi yang terdiri dari 20 tahapan. Seperti Miyos Dalem, Doa, Ngabekten, Santun, Sileman Cangkir, Ngrantun Toya Siraman, Nata Lemek Lenggah, Siraman, Muloni, Mecah Pamor, Gantos Busono Kering, Pantes-pantes, Nigas Janur, Brojolan, Boyong Cengkir, Lenggah Patarangan, Boyong Petarangan, Dhahar Rogoh, Andrawina dan Paripurna.

“Ada beberapa step (tahapan) yang mungkin dihilangkan saat acara besok Selasa, seperti tahapan jualan dawet di dalam Kraton tidak ada,” kata GKR Hayu.

Sedangkan saat upacara pantes-pantes, nantinya akan ada 7 kain yang dikenakan GKR Hayu. Ketujuh kain tersebut antara lain Grompol, Sido Asih, Semen Rama, Sidomukti, Sido Luhur, Kasatriyan dan Lurik Asem. Ketujuh kain itu mempunyai makna yang bagus.

“Semua motif kain yang dipilih mempunyai maksud agar anak yang dilahirkan kelak mempunyai tabiat dan kedudukan yang baik. Yang menarik, kain lurik walaupun terlihat tidak mewah tapi dianggap paling pantas dikenakan dengan maksud agar anak yang dilahirkan tidak lupa asal usul dan selalu bersikap sederhana,” ujarnya.

ACT DIY Siapkan Program Droping Air Bersih Untuk Gunungkidul

Previous article

Mau Tidur Nyenyak? Jauhkan Benda ini Dari Bantal

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in JogjaKU