FeatureNews

Alasan APAYO Bagi 5000 Ekor Ayam Gratis

0
ayam tiren di Bantul

STARJOGJA.COM, News – Asosiasi Pengusaha Ayam Yogyakarta (Apayo) akan membagikan ayam sebanyak 5000 ekor pada Rabu 26 Juni 2019 pukul 14.00 WIB sampai selesai. Ketua Apayo Hari Wibowo membenarkan aksi bagi 5000 ekor ayam dilakukan di empat titik Kota Jogja.

Menurutnya aksi bagi 5000 ekor ayam gratis ini memiliki cerita panjang, dimulai dari bulan September 2018 yang mulai merugi karena harga ayam dibawah Harga Pokok Produksi (HPP) di rata-rata Rp 18.700/ekor.

“Hanya 14 ribu, dulu ada penyakit ada wabah itu kan sebentar harga naik lagi tapi ini harga kok terus menerus sampai Desember 2018, kan rugi banyak. Ditunggu sampai lebaran, kok ga naik-naik,” katanya kepada Starjogja.com Senin (24/6/2019).

Baca Juga : Siap-Siap Ada Aksi Membagikan Ayam 5000 Ekor

Sementara, menurutnya harga ayam di pasaran terhitung tinggi tapi harga ayam di kandang terus menurun. Kondisi ini sudah berjalan selama 10 bulan terakhir.

“Tapi di pasar di masyarakat harganya 30 ribu. Kalo harga itu, harga dikali satu setengah, kalo di kandang 20 ribu maka dipasar 30 ribu. Nah itu yang salah di pasar, maka dari itu daripada itu (tetap mahal) maka di kasihkan ke masyarakat (gratis). Biar masyarakat bisa menilai, kok bisa harganya jomplang,” katanya.

Hari menjelaskan masyarakat tidak mengetahui harga yang ada di kandang dan di pasar. Perbedaan harga yang signifikan inilah yang membuat APAYO menggelar aksi bagi ayam 5000 ekor secara gratis besok Rabu (26/6).

“Pedagang yang diuntungkan. Penentuan (harga) ayam itu, ayam dikandangkan itu dikalikan satu setengah nah itu harga pasar. Artinya ayam hidup itu masih ada bulunya setelah dipotong ayam satu setengah kilo jadinya tidak segitu. Kenyataanya harga berapa, kita siap untung rugi biasanya dua bulan, tapi ini sampai 10 bulan,” katanya.

Melihat kondisi ini menurut Hari, seharusnya pemerintah segera bertindak dengan cepat. Sekaligus melihat lagi kebijakan untuk impor ayam yang tidak dibatasi.

“Menurut kami over suplay. Dahulu ada UU nomor 6 tahun 67 menciptakan peternak sebanyak-banyaknya tapi UU no 18 tahun 2019 silahkan memelihara ayam sebanyak-banyaknya ga masalah, akhirnya jumlah nasional masih 60 juta perminggu itu masih aman. Sekarang 77 juta perminggu itu lebih, itu informasi yang saya terima,” katanya.

Pemerintah menurutnya yang paling bertanggung jawab atas banyaknya peternak ayam bangkrut beberapa waktu terakhir. Pemerintah dinilai tidak pas jika melihat harga komoditas ini ada di pasar dan di kandang.

“Salah prediksi tim dari pemerintah yang kurang pas. Harusnya pemerintah, BI terutama harusnya harga beras berapa dan ayam berapa. Kalo mau pantau harian tapi tidak hanya di pasar tapi juga di ternak juga. Jadi tidak banyak dibohongi yang real jadi pemerintah banyak kecolongan harga yang real,” katanya.

Hari menegaskan jika pemerintah ingin membatasi harga ayam tidak hanya di hilir saja, tapi juga di hulu. Sehingga semua pihak dapat untung dan pas yaitu di tingkat peternak, pedagang dan masyarakat.

“Kalo impor berapa, kalo diluar negeri itu murah maka harusnya disesuaikan itu, di Malaysia 13 ribu kita 18 ribu. Jagung disana hanya 2.500 maksud saya kalo mau membenahi jangan ujungnya saja tapi hulu dan hilir. Saya seneng ayam murah tapi posisi itu peternak, bakul untung dan masyarakat murah. Kalo ini hanya bakulnya yang untung,” katanya.

Bupati Sleman Lantik Petinggi BPR Bank Sleman

Previous article

Ada Alat Pembuka Mulut Buatan Mahasiswa UGM

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Feature