Techno

Astronom Temukan Planet Mirip Bumi Bernama Planet Pi

0
bumi datar
planet mirip bumi bernama plnaet Pi (ist)

STARJOGJA.COM, Info – Perkembangan astronomi terus bergerak maju hingga akhirnya para Astronom, ahli matematika, dan para ilmuwan di MIT telah menemukan planet mirip bumi. Planet mirip bumi ini mereka sebut “pi Earth” yaitu sebuah planet seukuran dengan planet Bumi yang mengelilingi bintangnya setiap 3,14 hari.

Para peneliti menemukan sinyal planet tersebut dalam data yang diambil pada 2017 oleh misi K2 NASA Kepler Space Telescope. Dengan memusatkan perhatian pada sistem tersebut di awal tahun ini dengan SPECULOOS, sebuah jaringan teleskop yang berbasis di darat, tim peneliti mengonfirmasi bahwa sinyal tersebut berasal dari planet yang mengorbit bintangnya. Dan benar, planet ini tampaknya masih mengitari bintangnya hingga saati ini dengan periode mirip pi, setiap 3,14 hari.

“Planet tersebut bergerak seperti mesin jam,” Ujar Prajwal Niraula, seorang mahasiswa pascasarjana dari MIT’s Department of Earth, Atmospheric and Planetary Sciences (EAPS), yang juga merupakan penulis utama dari penelitian yang di publikasi hari ini oleh Astronomical Journal, dengan judul jurnal “π Earth-sized Planet From K2’s Kitchen Served Warm by SPECULOOS Team.” seperti dikutip dari phys.org

Baca juga : Planet Super-Earth Temuan Baru Bisa Dihuni?

“Semua orang butuh sedikit kesenangan di masa ini” kata rekan penulis Julien de With, yang ditunjukan melalui judul penelitan serta penemuan dari planet pi itu sendiri.

Ekstraksi Informasi Planet

Planet baru ini diberi label K2-315b; Ini merupakan sistem planet ke-315 yang ditemukan dalam data K2, hanya satu sistem yang jauh dari tempat yang bahkan lebih dari kebetulan berada di dalam daftar.

Para peneliti memperkirakan bahwa K2-315b memiliki radius 0,95 dari apa yang Bumi miliki, membuatnya seukuran Bumi. Ia mengorbit bintang dingin bermassa rendah yang berukuran sekitar seperlima ukuran matahari. Planet ini mengitari bintangnya setiap 3,14 hari, dengan kecepatan 81 kilometer per detik, atau sekitar 181.000 mil per jam.

Meski massanya belum dapat ditentukan, para ilmuwan menduga bahwa K2-315b adalah terestrial, seperti Bumi. Tapi planet pi kemungkinan besar tidak layak untuk dihuni, karena orbitnya yang sempit membawa planet tersebut cukup dekat dengan bintangnya yang memanaskan permukaannya hingga 450 kelvin, atau sekitar 350 derajat Fahrenheit yang sebenarnya bisa untuk untuk memanggang kue pai, sangat mirip dengan nama planet tersebut.

“Dalam kata lain yang dimengerti khalayak umum, planet ini terlalu panas untuk ditinggali,” ujar Niraula.

Disamping kemiripan planet tersebut dengan konstanta pi dalam matematika, planet tersebut merupakan kandidat menjanjikan untuk mempelajari karateristik dari atmosfernya.

 “Kami sekarang tahu kami dapat menambang dan mengekstrak data planet tersebut dari arsip, dan semoga tidak akan ada planet yang tertinggal, terutama beberapa diantaranya yang penting dapat berdampak tinggi,” ujar de Wit, yang merupakan asisten profesor di EAPS, dan juga anggota dari MIT’s Kavli Institute for Astrophysics and Space Research.

Rekan penulis MIT Niraula dan de Wit termasuk Benjamin Rackham dan Artem Burdanov, bersama dengan tim berkolaborator dalam penemuan itu.

Melihat data lebih dalam

Para peneliti adalah anggota SPECULOOS, akronim dari Planets EClipsing ULtra-cOOl Stars, yang juga merupakan nama dari jaringan empat teleskop 1 meter di Gurun Atacama Chili, yang memindai langit di belahan bumi selatan. Baru-baru ini, jaringan tersebut menambahkan teleskop kelima, yang pertama berlokasi di belahan bumi utara, bernama Artemis, sebuah proyek yang dipelopori oleh para peneliti di MIT.

Teleskop SPECULOOS dirancang untuk mencari planet yang menyerupai Bumi di sekitar bintang kerdil yang sangat dingin yang memiliki cahaya redup yang dapat menawarkan kesempatan lebih baik bagi para astronom untuk menemukan planet yang mengorbit dan mencirikan atmosfernya, karena bintang -bintang ini tidak memiliki cahaya yang silau dibandingkan bintang yang jauh lebih besar dan lebih terang.

“Bintang yang sangat dingin ini tersebar di segala penjuru luar angkasa,” Ujar Burdanov. “Survei berbasis darat bertarget seperti SPECULOOS sangat membantu karena kita dapat melihat bintang kerdil yang sangat dingin ini satu per satu,”

Secara khusus, para astronom melihat bintang secara individu untuk mengetahui tanda-tanda transit, atau penurunan periodik dari cahaya bintang, yang menandakan kemungkinan planet melintas di depan bintang, dan secara sementara menghalangi cahayanya.

Pada awal tahun ini, Niraula menemukan bintang kerdil yang dingin, yang sedikit lebih hangat suhunya dari ambang batas yang diterima secara umum untuk bintang kerdil sangat dingin, dalam data yang dikumpulkan oleh kampanye K2 — misi pengamatan kedua Teleskop Luar Angkasa Kepler, yang memantau sebagian dari serpihan langit saat pesawat ruang angkasa itu mengorbit di sekitar matahari.

Selama beberapa bulan pada tahun 2017, teleskop Kepler mengamati sebagian luar angkasa yang didalamnya terdapat bintang kerdil dingin, yang diberi label dalam data K2 sebagai EPIC 249631677. Niraula menelusuri periode ini dan menemukan sekitar 20 penurunan cahaya bintang ini, yang tampaknya ulangi setiap 3,14 hari.

Tim peneliti lalu menganalisis sinyal, menguji berbagai skenario astrofisika potensial untuk mengetahui asal mereka, dan mengkonfirmasi bahwa sinyal tersebut kemungkinan besar dari planet yang sedang transit, dan bukan produk dari beberapa fenomena lain seperti sistem biner dua bintang spiral.

Para peneliti kemudian berencana untuk melihat lebih dekat bintang dan planet yang mengorbit bintang tersebut menggunakan SPECULOOS. Tetapi pertama-tama, mereka harus mengidentifikasi jeda waktu yang mereka yakini sebagai waktu transit.

“Mengetahui malam yang terbaik untuk melakukan penelurusan dan observasi dari darat merupakan sesuatu yang sedikit rumit,” ujar Rackham, yang mengembangkan algoritma perkiraan untuk memprediksi kapan transit berikutnya akan terjadi. “bahkan ketika kalian melihat signal 3,14 hari ini pada data K2, terdapat keraguan pada hal tersebut, sama halnya pada semua orbit,”

Dengan algoritme perkiraan Rackham, kelompok tersebut mempersempit penelusuran pada beberapa malam di bulan Februari 2020 di mana mereka kemungkinan besar akan melihat planet melintas di depan bintangnya. Mereka kemudian mengarahkan teleskop SPECULOOS ke arah bintang dan dapat melihat tiga transit yang jelas: dua dengan jaringan teleskop Belahan Bumi Selatan, dan yang ketiga dari Artemis, di Belahan Bumi Utara.

Para peneliti mengatakan planet pi baru mungkin menjadi kandidat yang menjanjikan untuk diamati lebih lanjut dengan James Webb Space Telescope (JWST), untuk melihat detail atmosfer planet tersebut. Untuk saat ini, tim sedang memeriksa kumpulan data lain, seperti dari misi TESS NASA, dan juga secara langsung mengamati langit menggunakan Artemis dan jaringan SPECULOOS lainnya, untuk mencari tanda-tanda planet mirip Bumi.

“Akan ada banyak planet yang lebih menarik di masa depan, dimana merupakan waktu yang tepat untuk JWST, teleskop yang dirancang untuk menyelidiki atmosfer dunia alien ini,” Ujar Niraula. “Dengan algoritma yang lebih baik, semoga suatu hari nanti, kita bisa melihat planet – planet yang lebih kecil, bahkan yang seukuran dengan Mars,”

 

sumber : Bisnis

Bayu

Liga 1 Indonesia Dimulai, Suporter Datang ke Stadion Bisa Kalah

Previous article

Presidium KAMI Sebut Pilkada 2020 Bentuk Kediktatoran Konsitusional

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Techno