News

Parosmia, Gejala Covid-19 yang Manipulasi Bau

0
selter covid-19
SUMBER : freepick

STARJOGJA.COM, Info – Sebagai penyakit yang baru dan tidak banyak diketahui gejala baru Covid-19 terus bertambah seperti berupa gangguan penciuman atau yang disebut parosmia. Pasien masih mampu mencium bau sesuatu, namun tidak sesuai dengan bau sebenarnya.

Dokter Spesialis Telinga, Hidung, Tenggorokan dan kepala Leher (THT-KL) Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, Anton Sony Wibowo, menjelaskan parosmia adalah gejala gangguan penciuman yang membuat seseorang merasa membau secara berbeda dari yang seharusnya. “Mempersepsikan bau yang tidak sesuai dengan kenyataannya,” ujanrya, Selasa (5/1/2020).

Ia mencontohkan saat membau bunga mawar seharusnya harum, tetapi pasien mempersepsikan dengan bau yang lain seperti bau tidak enak atau bau lainnya. Persepi bau yang muncul akibat parosmia beragam. Hal itu berbeda dengan gangguan penciuman cacosmia yang membuat seseorang membau tidak enak secara terus menerus.

Baca juga: Gangguan Penciuman Parosmia Gejala Baru Covid-19

Dosen FKKMK UGM ini mengatakan gejala parosmia cukup banyak dijumpai pada pasien Covid-19 di luar negeri. Dalam beberapa penelitian di luar negeri diketahui kemunculan parsomia cukup banyak berkisar antara 50,3-70%. Sementara di Indonesia penelitian terkait parosmia belum banyak dilakukan.

Parosmia dapat terjadi pada pasien Covid-19 akibat virus SARS Cov 2 memengaruhi jalur proses penciuman seseorang. Hal tersebut bisa dari reseptor saraf penciuman (saraf kranial 1), saraf penciuman, atau sampai dengan pusat persepsi saraf penciuman.

Selain akibat virus, kemunculan parosmia juga disebabkan oleh hal yang beragam, seperti infeksi saluran pernapasan atas, cidera kepala, atau kelainan otak seperti tumor otak. Gangguan penciuman akibat infeksi virus Covid-19 tidak hanya berupa hilangnya kemampuan membau atau anosmia yang telah muncul di awal pandemi dan kini parosmia.

Namun, terdapat beberapa gangguan penciuman lain salah satunya hyposmia berupa menurunnya kemampuan mendeteksi bau. Lalu, cacosmia yang menjadikan seseorang secara terus menerus mencium bau yang tidak menyenangkan. “Pada infeksi Covid-19 terdapat gangguan penciuman atau yang dikenal dengan dysosmia yang bisa berupa anosmia, parosmia, hyposmia maupun cacosmia,” terangnya.

Sumber : Harianjogja

Resolusi Hidup Sehat di Tahun 2021

Previous article

WHO Rekomendasi Jeda Pemberian Vaksin 28 Hari

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in News