News

Kaum Rebahan Jadi Incaran Jaringan Teroris?

0
Kualitas tidur
ponsel sebelum tidur

STARJOGJA.COM, Info – Jaringan terorisme mencoba menjadikan kelompok milineal seperti kaum rebahan sebagai target rekrutmen mereka di Indonesia. Indikasi itu di antaranya terlihat dari pasangan pengantin muda pelaku bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan.

Indikasi lainnya tampak dari kasus “penyerangan” ke Mabes Polri oleh ZA yang berbekal senjata air gun.

Baca Juga :  BEM Nusantara DIY Tolak Aksi Terorisme di Indonesia

ZA akhirnya tewas, tapi serangan nekad itu cukup mengagetkan dan menjadi koreksi bagi sistem pengamanan di Tanah Air. Dua kasus itu menunjukkan bahwa pelaku, yang masih tergolong muda, menjadi korban rekrutmen atau menurut istilah Kepala BNPT Boy Rafli Amar masuk dalam perangkap atau “jebakan batman” kelompok teroris.

Hal itu menimbulkan pertanyaan lebih jauh, mungkinkah sebagian kelompok milenial yang lebih suka bermalas-malasan di rumah sambil tenggelam di dunia maya atau dikenal secara negatif sebagai kaum rebahan menjadi target perekrutan jaringan terorisme di Indonesia? Sejauh ini belum ada jawaban terkait hal itu, dan semoga tidak ada kasus kaum rebahan yang berubah menjadi bagian dari aksi terorisme di Tanah Air. Namun, penting untuk memperhatikan bagaimana pola rekrutmen yang dijalankan kelompok teroris untuk membangun barisan para martirnya.

Wakil Ketua DPR Azis Syamsudin membeberkan salah satu metode yang kecenderungannya menyasar “captive audience”. Sebuah pola yang targetnya menyasar kelompok yang kerap menghabiskan waktu di ruang maya.

“Ini menjadi kewaspadaan kita bersama. Bahkan dari perkembangan yang ada sejumlah analisis terorisme internasional telah membedah pola rekrutmen baru ini,” kata politisi kelahiran Jakarta 31 Juni 1970.

Hal itu dikatakan Azis dalam keterangan resminya, Jumat (16/4/2021), saat meminta BNPT dan PPATK melacak dugaan penggunaan fintech atau Tekfin olek jaringan terorisme. Azis pun meminta masyarakat khususnya lingkungan keluarga tetap waspada pada pola sasaran “captive audience” dimaksud.
Menurut Azis jaringan teroris akan tetap menekankan penyebaran narasi-narasi yang mampu memengaruhi seseorang.
“Dilanjutkan dengan ajakan, bergabung dalam grup WhatsApp hingga diajarkan merakit bom hingga doktrin menjadi pengantin, sebuah istilah lama yang mereka adopsi,” katanya.

Kaum rebahan, yang merupakan stereo type untuk generasi muda yang senang bermalas-malasan di dalam rumah sambil rajin bermain gadget atau berlama-lama di dunia maya, tentu harus mengantisipasi kemungkinan tersebut. Jika tidak waspada, waktu yang lama di dunia maya melalui Internet dan keingintahuan yang tinggi bisa menuntun kaum rebahan masuk dalam jebakan batman kelompok terorisme.

Satu hal yang paling mudah dilakukan jika secara tidak sengaja masuk dalam lorong jebakan batman tersebut, segera lah keluar tanpa perdebatan. Mendebat argumen yang dibangun kelompok terorisme ini selain tidak berguna juga bisa membuat pandangan seseorang justru terdeviasi atau malah terpengaruh.

Apalagi jika si pendebat tidak cukup pengetahuan dan asal melawan dengan keyakinan logika belaka. Menghadapi upaya indoktrinasi, jalan yang paling mudah untuk melawannya adalah tidak memikirkan doktrin tersebut sama sekali.

Bahkan, tidur menjadi cara terbaik daripada mengadu argumen dengan para pencuci otak yang mahir dan dibekali amunisi dalih yang sulit dibantah.

Sumber : Bisnis

Antisipasi Mudik, Dishub Kulonprogo Awasi Jalur Tikus

Previous article

Pemerintah Larang Mudik Lebaran Demi Mencegah Covid-19

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in News