News

Toleransi di Papua, Tokoh Agama Wajib Belajar

0
belajar toleransi Papua
Ratusan tomako batu, manik-manik dan uang dari Suku Olua (pihak laki-laki) sebagai mahar untuk pihak perempuan dari Suku Mebri di Kampung Yoka, Kota Jayapura, Papua. Antara Foto - Indrayadi TH

STARJOGJA.COM, Info – Tingginya nilai budaya dan tradisi turun-temurun membuat iklim toleransi di Papua Barat saat ini sangat tinggi. Masyarakat dari berbagai wilayah di Indonesia diminta untuk belajar toleransi dari warga Papua. Salah satu tokoh agama di Papua Safar Furuada mengatakan wilayah pesisir Papua telah mengalami proses kepemimpinan dari suku, kerajaan dan akhirnya masuk dalam kepemimpinan resmi NKRI.

Menurutnya, tiga masa kepemimpinan itu sudah terbentuk lebih moderat kepada hal-hal yang datangnya dari luar.

“Nilai budaya tradisi telah tertanam turun temurun membentuk anggapan saudara kami dari Nusantara yang datang ke Papua, mereka pada hakekatnya bukanlah pendatang, melainkan anak-anak negeri yang ada di sini dulunya, mereka keluar dan saat ini kembali,” ujarnya dalam Webinar Internasional bertajuk “Tolerance in Indonesia (Papua) and Morocca: Experience perspective”, Jumat (30/7/2021).

Baca juga : Jogja Zona Damai : Larungan Intoleransi Persembahan Budaya Jogja & Papua

Dia menuturkan hal itu membuat masyarakat Papua cepat membuka diri untuk menerima kembali orang dari berbagai latar belakang. Menurut Safar, toleransi antarsuku, agama, dan golongan di Papua saat ini sudah cukup baik.

Dia memberi contoh, jika ada warga muslim membangun masjid selalu ada uluran tangan dari masyarakat yang beragama lain terutama umat kristiani. Masyarakat Papua menjadi satu persaudaraan seperti tercermin dalam semboyan “satu tungku tiga batu”.

“Ada ungkapan kalau belajar toleransi, belajarlah pada masyarakat Papua, karena telah mempraktekkan toleransi yang riil yang tidak dimuat dalam buku-buku,” imbuhnya.

Dia berharap adanya Otsus jilid II kami berharap menambah gairah, semangat membangun di Kawasan timur Indonesia, terutama pembangunan dalam bidang keagamaan. Menurutnya, Papua menjadi barometer toleransi dan Indonesia menjadi negeri yang Makmur dan sejahtera.

Idrus Al Hamid, tokoh muslim Papua mengatakan bahwa perjumpaan agama-agama di Papua selama ini telah melahirkan harmoni dan kebersamaan serta toleransi yang tinggi.

“Keberadaan agama justru menjadi bagian yang tidak menjadi pembeda. Bahkan dalam beberapa hal, kegiatan keagamaan dijadikan sebagai kegiatan bersama walaupun berbeda-beda agama.” ujar salah satu penggagas zona integritas kerukunan umat beragama dan budaya Papua tersebut.

Meski demikian, dia tak menampik terkadang terjadi gesekan antata masyarakat adat dan metropolis, antara pribumi denga perantau, dan politisasi identitas. Namun, Idrus al Hamid telah merintis pencanangan zona integritas kerukunan umat beragama, membangun inter-religius diaof dan melakukan penguatan toleransi berbasis kearifan lokal.

“Sekarang terpenting jangan menyakiti jika tidak ingin disakiti. Pahami saja bahwa manusia adalah sumber peradaban,” imbuhnya.

Dia juga meminta agar dunia internasional tidak melihat Indonesia, khususnya Papua sebagai negara yang penuh kekerasan, mencekam dan penuh konflik. Iklim toleransi di Papua justru menumbuhkan semangat persatuan dan kerukunan di kalangan masyarakat, terutama generasi muda serta menanamkan nilai dan arti dari universalisme agama dalam nilai-nilai kemanusiaan.

Kegiatan Webinar International yang live di Channel Youtube INC TV dan NU Channel pada 28/07 menghadirkan Prof. Dr. Khalid Touzani (Cendekiawan Moder Maroko, Penulis Buku Toleransi Antar Agama, Peraih Nobel Syekh Sidi al Mukhtar al Kunti For Global Culture, Direktur of Marocan Center for Cultre Investment, dan Angggota Liga Arab), Prof. Dr. H. Idrus Al Hamid, M.Si (Rektor dan Guru Besar IAIN Fattahul Muluk Papua, Dr. Muhammad Shofin Sugito (Akademisi UIN Maulana Hasanudin Banten), dan Dr. Alvian Iqbal Zahasfan (Host).

Sumber : Bisnis

Bayu

Pasien Isoman Covid-19 Harus Segera ke RS Jika Merasakan Ini

Previous article

Bendera Putih Berkibar di Jalan Malioboro

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in News