Health

Masa Puncak Omicron Secara Nasional  Ditentukan dari Ini

0
puncak Omicron
Migrant workers and their families board buses during a lockdown imposed due to the coronavirus in New Delhi, India, on Saturday, March 28, 2020. Indian Prime Minister Narendra Modi ordered the unprecedented move this week in a bid to replicate China’s relative success containing the coronavirus outbreak. But he faces perhaps more obstacles than his neighbor President Xi Jinping, who leveraged the Communist Party’s centralized control to isolate some 60 million people in the province of Hubei, where Covid-19 first emerged. Photographer: Anindito Mukherjee/Bloomberg

STARJOGJA.COM, Info – Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman menekankan bila masa puncak Omicron secara nasional akan ditentukan dari salah satu daerah di Indonesia yang menjadi penyumbang kasus positif COVID-19 terbanyak.

“Kalau bicara prediksi puncak Omicron secara nasional, itu akan ditentukan oleh masa puncak dari suatu wilayah atau daerah yang berkontribusi paling banyak dalam temuan kasus,” kata Dicky dalam pesan suara yang diterima ANTARA di Jakarta, Rabu.

Dicky memprediksi bila puncak kasus akan terjadi pada akhir bulan Februari atau awal bulan Maret 2022. Walaupun demikian, untuk menentukan puncak kasus COVID-19 di Indonesia dalam masa Omicron secara nasional tidaklah mudah.

Baca juga :  Jakarta Terindikasi Melampaui Puncak Covid-19 Varian Omicron  

Bila berbicara dalam konteks Indonesia, masa puncak dari kasus COVID-19 di setiap daerah, dapat terjadi secara berbeda-beda. Kabupaten atau kota yang berada dalam satu provinsi pun, bisa jadi memiliki perbedaan kasus pada saat yang bersamaan.

Akibatnya, puncak nasional memiliki kecenderungan mengikuti sebuah daerah yang paling berkontribusi dalam menyumbang kasus positif terbanyak. Salah satu penyebabnya adalah jumlah populasi penduduk yang besar seperti pada DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Selain besarnya populasi, Dicky menekankan jika gelombang COVID-19 seiring waktu akan semakin mengecil karena terbangunnya imunitas yang baik dalam masyarakat. Namun, gelombang itu akan bergerak ke daerah yang memiliki belum memiliki cakupan vaksinasi tinggi.

“Artinya semua daerah harus mengejar cakupan vaksinasi supaya gelombang-gelombang ini makin kecil dan mengecil,” kata dia.

Walaupun perbedaan kasus di setiap daerah tidak jauh berbeda, hal tersebut tetap akan dipengaruhi respon pemerintah dalam menggencarkan mitigasi baik melalui pelacakan kasus, akselerasi vaksinasi dan peningkatan literasi risiko dalam masyarakat agar lonjakan kasus sekaligus terjadinya kematian akibat COVID-19 tidak terjadi.

“Tingkat kematangan kurva atau gelombang di masing-masing daerah akan berbeda. Memastikan puncak lewat itu, tidak bisa serta merta satu hari atau dua hari langsung. Biasanya butuh satu minggu untuk memastikannya dan ini yang harus kita sadari,” tegas Dicky.

Selain memperhatikan cakupan vaksinasi daerah dengan imunitas yang rendah, pemerintah juga harus mempersiapkan fasilitas kesehatan di setiap daerah secara merata agar tenaga kesehatan tidak terbebani akibat banyaknya hunian rumah sakit ataupun kematian yang meningkat.

Dicky juga mengatakan seluruh pihak harus saling bahu membahu karena COVID-19 memiliki dampak baik dalam jangka menengah maupun jangka panjang. Karena sifat abai dan meremehkan berpotensi akan memunculkan varian baru yang lebih hebat dari Omicron dan Delta ataupun long covid.

“Kita harus lihat variabel-variabel ini, kalau trennya masih meningkat terutama di yang sifatnya akut seperti kasus infeksi, angka positivity rate dan angka reproduksinya jauh di angka satu, kita masih harus bersabar. Saya belum berubah dengan prediksi saya sebelumnya, puncak itu di akhir Februari atau Maret,” ucap dia.

Sumber : Antara
Bayu

Cara Dapatkan STB Gratis dari Pemerintah

Previous article

 UGM Residence Siap Terima Pasien Omicron

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Health