FeatureHealth

Kenali dan Waspadai Gejala pada Kelenjar Getah Bening

0
Kelenjara GEtah BEning
dr. Nungki Anggorowati, Ph.D, SpPA(K) dari Departemen Patologi dan Anatomi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM dan dr. Mardiah Suci Hardianti, SpPD, KHOM dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKKMK UGM
STARJOGJA.COM, Info –  Kelenjar getah bening (limfonodi) merupakan salah satu kelenjar tubuh yang berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh. Kelenjar ini tersebar di hampir seluruh anggota tubuh, terutama bagian leher, ketiak, dan selangkangan.

dr. Nungki Anggorowati, Ph.D, SpPA(K) dari Departemen Patologi dan Anatomi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, menjelaskan bahwa kelenjar getah bening sangat erat kaitannya dengan sistem imun tubuh.

Nungki menyebut, ketika terdapat zat / benda asing yang masuk, organ berbentuk mirip kacang ini akan memberikan respon perlawanan. Hal tersebut dapat diindikasikan dengan timbulnya pembengkakan.

“Jadi kalau membesar, ada sesuatu ya. (Sebabnya) bisa banyak ya, bisa reaktif karena radang, karena ada infeksi, bisa proses yang keganasan juga bisa,” tuturnya.

Sementara itu, dr. Mardiah Suci Hardianti, SpPD, KHOM dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKKMK UGM menyebut pentingnya keberadaan kelenjar getah bening dalam sistem kekebalan tubuh manusia.

Baca juga :

“Di dalam kelenjar getah bening ini terdapat berbagai sel imun seperti limfosit, seperti sel-sel darah putih yang fungsinya tadi, menangkap antigen yang masuk ke tubuh kita dan diproses di sana,” tuturnya detail.

Masyarakat perlu mewaspadai ketika timbul indikasi pembengkakan pada bagian tubuh. Pembengkakan tersebut memang tidak selalu menandakan bahaya, namun perlu dicermati ukuran bengkak yang terjadi.

“Jadi tergantung penyebab dan tanda gejalanya. Misalkan ukurannya kecil disertai flu biasa, itu bisa sembuh sendiri. Tapi ketika tidak sembuh-sembuh kemudian ukurannya membesar lebih dari dua senti (2 cm), terus diraba kok nggak bisa gerak, nah itu mungkin harus segera diperiksa,” terang Nungki.

Dijelaskan Mardiah, sebenarnya pembengkakan yang menunjukkan sinyal bahaya dapat diidentifikasi dari respon dan kondisi tubuh. Selain dari ukurannya, terdapat berbagai tanda lain seperti bengkak yang keras (solen) namun tidak terasa sakit.

“Dia malah sukanya painless, nggak sakit, keras gitu. Lalu unintentional weight loss, penurunan berat badan yang tidak dikehendaki,” paparnya.

Kelenjar getah bening merupakan salah satu organ yang riskan terpapar sel-sel kanker. Organ ini sering menjadi saluran penyebaran kanker untuk menyerang organ atau bagian tubuh lain.

“Salah satu saluran (penyebaran kanker) selain pembuluh darah adalah kelenjar getah bening. Misalnya, kanker payudara. Itu paling sering menyebarnya ke kelenjar getah bening di area ketiak. Nah, baru nanti dia ke organ tubuh yang lain, seperti ke paru-paru, ke hati, ke tulang,” kata Mardiah.

Dalam kasus penyebaran kanker, faktor utama yang mempercepat penjalarannya ke tubuh adalah aktivitas perubahan gen. Aktivitas ini mayoritas dilatarbelakangi oleh pola hidup manusia seperti makanan, pola istirahat, stress, hingga kebiasaan merokok.

Selain itu, masyarakat pun sering menjumpai pengertian  bahwa kanker adalah penyakit genetik. Definisi ini sering salah diinterpretasikan sebagai kanker adalah penyakit menurun.

“Itu maksudnya adalah karena kanker itu terjadi karena perubahan gen. Tapi itu bukan berarti diturunkan,” jelas Mardiah.

Timbulnya pembengkakan kelenjar getah bening pada tubuh bagian luar dapat dideteksi dari ada tidaknya pembengkakan. Namun, untuk kasus-kasus yang terjadi di dalam tubuh, perlu menggunakan bantuan alat medis seperti rontgen atau CT-scan.

Selanjutnya, proses pengobatan pembengkakan kelenjar getah bening akan disesuaikan dengan penyebabnya. Untuk kasus infeksi, dokter biasanya akan memberikan obat pereda, antibiotik, atau antivirus. Namun, untuk kasus keganasan, perlu dilakukan biopsi atau aspirasi jarum halus (pengambilan sampel).

“Nggak usah gimana-gimana. Temui dokter anda, nanti akan disarankan untuk dilakukan AJH (aspirasi jarum halus) atau biopsi,” pungkas Mardiah.

Penulis : Muhammad Imam Khoirul Mutaqin

Bayu

 Ketika yang Dipotong Tak Lagi Bisa Berdiri, Kelalaian Operasi Kelamin?

Previous article

DP3AP2 DIY Luncurkan Jogja Creative Care

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Feature