Flash InfoHealth

Ini Beda Kejang dan Epilepsi

0
kejang epilepsi

STARJOGJA.COM, HEALTH – Seringkali kita menganggap jika kejang dan epilepsi merupakan suatu hal yang sama. Ternyata kejang dan epilepsi merupakan dua hal yang berbeda, namun keduanya memiliki kaitan yang erat dari segi definisi.

Bagi orang awam dapat didefinisikan bahwa orang kejang itu belum tentu epilepsi, tapi orang epilepsi itu sudah pasti pernah mengalami kejang.

Kejang merupakan sebuah bangkitan (seizure) yang memiliki beberapa tipe. Ada kejang yang tidak diikuti gangguan kesadaran, jadi pada saat kejang pasien biasanya masih sadar tapi hanya kakinya menghentak-hentak. Kejang yang tidak diikuti dengan gerakan motorik, lalu kejang yang tangannya seperti orang mengupas jagung, hingga kejang yang berupa melamun sesaat atau berhenti sesaat saat melakukan aktivitas seperti pause and play.

Beberapa jenis kejang tersebut merupakan bagian dari penyakit epilepsi atau gejalanya. Kejang dapat berupa gangguan kognitif, motorik, maupun sensorik.

Menurut dr.Desin Pambudi Sejahtera, Dosen Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM, tidak semua gejala kejang ditindak lanjuti dengan protokol penanganan epilepsi, karena tidak semua gejala kejang adalah epilepsi.

Saat pasien berobat kerumah sakit, dokter akan bertanya sebagai penegakan epilepsi melalui proses yang sangat panjang dengan mananyakan hal yang berkaitan dengan kejang yang dialaminya, bahkan pasien ditanyai tentang kondisi pasien sebelum dilahirkan. Sebagai orang awam dalam menjumpai pasien yang mengalami kejang, kita harus melakukan pertolongan pertama dengan mengamankan lingkungan di sekitar pasien yang mengalami kejang. Lalu pasien dimiringkan dengan melindungi kepalanya, setelah itu meminta bantuan,” ujarnya.

Penolong tidak diperbolehkan mengganjal mulut pasien dengan benda apapun, karena dapat membahayakan pasien misalnya benda tersebut dapat tertelan.

Apabila yang mengalami kejang adalah keluarga sendiri dirumah, langkah yang sebaiknya dilakukan saat anggota keluarga mengalami kejang adalah dengan merekam kejadian. Home video recording memudahkan dokter dalam memberikan diagnosis melalui rekaman yang ada. Video ini menghindari miskomunikasi antara keluarga dengan dokter.

” Beberapa pasien epilepsi tidak mudah dalam menguasai dirinya sendiri karena stigma negatif dari lingkungan, dengan stigma ini maka support sosial akan kurang sehingga pasien malah dihindari oleh orang-orang disekitar pasian,” jelasnya. 

Beban ini terkadang membuat pasien tidak bisa mengendalikan bebas kejangnya. Sehingga memicu stress, yang secara tidak langsung dapat menyebabkan pasien sering kejang.

Penyebab kejang lainya dalah tidur yang tidak cukup, selain itu ada kilatan cahaya seperti bermain hp, laptop, terlalu lama dan juga kilatan cahaya sesaat menjadi pemicu terjadinya kejang.

dr. Desin menuturkan bahwa salah satu penyebab epilepsi kambuh adalah pasien tidak patuh dalam meminum obat. Hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti lupa, dosis yang diminum kurang, sehingga menyebabkan kondisi kadar obat dalam darah tidak stabil.

Ketidaktahuan informasi tentang obat, membuat pasien epilepsi tidak patuh dalam minum obat. Misinformasi mengenai efek samping obat tersebar luas di masyarakat. Sehingga dokter biasanya memberikan edukasi tentang efek samping obat dengan baik kepada pasien,” tuturnya.

Ia juga menghimbau mengenai bahaya kejang pada anak, orang tua harus lebih aware kepada anak yang punya riwayat kejang . Orang tua paling tidak disarankan memiliki persediaan obat sebagai terapi kejang sebelum ke rumah sakit.

Secara validasi epilepsi ditegakkan dari keluhan klinis, dan diagnosa dilakukan berdasarkan keluhan. Atau dengan Elektroensefalogram (EEG) dengan scan otak melalui luar kepala maupun dengan menaruh kabel di dalam kepala atau otak. Imaging berupa CT Scan, dan pemeriksaaan-pemeriksaan diluar keluhan menjadi fasilitas penunjang bagi diagnosa kepada pasien.

Mari kita peduli terhadap penyandang epilepsi, mereka sedang berjuang dan bersabar juga mengharap kesembuhan, mari kita support pasiennya kita bantu keluarganya, jangan dikucilkan jangan dibenci dan jangan dicaci maki. Pasien epilepsi perlu dukungan dari orang orang disekitar untuk mesupport bahwa epilepsi itu tidak menular, pasien epilepsi berhak untuk sukses dan bahagia. life is beautiful,” pesan dr.Desin.

PENULIS : Gustya

Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat Buka Pendaftaran Calon Prajurit Baru

Previous article

Penduduk Saptosari Penuhi Kebutuhan Air  Beli dari Tangki Swasta 

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Flash Info