JogjaKUNews

Kulon Progo Waspadai Demam Berdarah Dengue

0
demam berdarah di Bangladesh

STARJOGJA.COM, Info – Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo Sri Budi Utami mengatakan pihaknya meminta masyarakat agar waspada kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Sebab di wilayah ini terjadi siklus enam tahunan.

Ia mengatakan sejak awal Januari-Oktober 2022, tercatat 645 kasus demam berdarah dengue (DBD).

“Temuan ini dilaporkan tertinggi selama kurun waktu 24 tahun. Untuk itu, kami mengimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kasus DBD,” kata dia.

Dinkes Kulon Progo mengingatkan masyarakat melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) untuk memutus rantai penularan.

Baca juga : Kasus Demam Berdarah Dengue di Bantul Menurun, Masyarakat Tetap Waspada

Menurutnya, PSN lebih efektif ketimbang pengasapan.

Selain mahal, hanya nyamuk dewasa yang mati ketika diberantas dengan pengasapan. Kekurangan lainnya, cairan pestisida yang digunakan cukup mencemari lingkungan dan manusia, sedangkan bila dilakukan berulang, nyamuk akan kebal terhadap pestisida.

Kelebihan pemberantasan nyamuk dengan PSN, katanya, rantai penularan DBD akan putus karena telur dan jentik calon dewasa sudah mati.

“Selain mudah dan murah, juga memberikan manfaat jangka panjang,” katanya.

Sri Budi Utami mengatakan temuan kasus DBD tepat di siklus tahunan ini tertinggi dibandingkan dengan sebelumnya.

“Tahun ini, puncak dari siklus enam tahunan. Dan tahun ini (kasus DBD, red.) tertinggi,” katanya.

Data siklus enam tahunan dari Dinkes Kulon Progo, kasus DBD pada 2004 ada 237 kasus, 2010 ada 472 kasus, 2016 ada 381 kasus dan 2022 ada 645 kasus.

Penyebaran kasus terjadi merata di seluruh wilayah Kulon Progo, diantaranya Kapanewon Wates 96 kasus, Sentolo 89 kasus, Galur 82 kasus, Panjatan 79 kasus, Nanggulan 60 kasus, Lendah 42 kasus, Girimulyo 39 kasus, Kokap 37 kasus, Pengasih 34 kasus, Samigaluh 31 kasus, Kalibawang 30 kasus dan Temon 26 kasus.

Selain sebaran kasus, juga terdapat jumlah kematian. Total ada lima kematian pasien DBD yang terdapat di Kapanewon Wates, Panjatan, Galur, Pengasih dan Samigaluh.

“Sehingga tidak ada spesifikasi. Daerah dataran rendah, tinggi dan pesisir pantai ada kasus DBD,” katanya.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kulon Progo Rina Nuryati mengatakan pihaknya telah menyiapkan fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) apabila diperlukan penanganan DBD, meliputi sembilan rumah sakit (RS), 21 puskesmas, dan 13 klinik.

“Kami juga melakukan pengendalian vektor, tata laksana kasus, surveilans epidemiologi, penanggulangan kasus bila terjadi kejadian luar biasa (KLB) dan penyuluhan,” katanya.

 
 
sumber : Antara
Bayu

Waktu Tunggu Haji di DIY 66 Tahun

Previous article

Kebhinekaan Indonesia Menjadi Tugas Semua Umat Manusia

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in JogjaKU