STARJOGJA.COM, JOGJA – Keraton Yogyakarta diketahui memiliki kawasan yang sangat luas dan megah. Setiap bagian dari kawasannya juga memiliki tata ruang dan bangunan yang memiliki nama dan fungsi tersendiri.
Setiap sudut kawasan Keraton biasanya memiliki ruang-ruang terbuka yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan plataran. Satu plataran dengan plataran lainnya dipisahkan dengan regol atau sebuah gerbang. Setiap plataran juga memiliki bangunan masing-masing yang terdiri dari dua tipologi.
Tipologi pertama disebut dengan bangsal, bangunan ini memiliki bentuk semacam deretan tiang yang digunakan sebagai struktur penyangga atap. Sedangkan, tipologi kedua merupakan gedhong, memiliki struktur penyangga atap berupa bidang dinding yang terbuat dari dua jenis material yakni, konstruksi kayu dan batu bata.
Keraton Yogyakarta memiliki kawasan inti yang tersusun dari tujuh plataran dan terbentang mulai Alun-Alun Utara hingga Alun-Alun Selatan. Berikut merupakan penjelasan ketujuh plataran tersebut :
Pagelaran dan Sitihinggil Lor
Pagelaran menjadi plataran pertama dan merupakan area paling depan yang ada di kawasan Keraton, terletak di sebelah selatan Alun-Alun Utara. Pada masa lalu, pagelaran ini difungsikan sebagai tempat para Abdi Dalem menghadap Sultan saat upacara kerjaan. Pada saat upacara berlangsung, Sultan sendiri berada di Sitihinggil.
Nama Sitihinggil berasal dari bahasa Jawa siti yang artinya tanah, serta hinggil berarti tinggi. Sitihinggil merupakan tanah yang ditinggikan karena secara filosofi dianggap sebagai tempat resmi dari Sultan saat miyos dan siniwaka. Miyos adalah kondisi saat Sultan serta penggiring meninggalkan kediaman, sedangkan siniwaka merupakan kondisi saat Sultan duduk di Singgasana.
Area pagelaran memiliki beberapa bangunan seperti Bangsal Pangrawit, Bangsal Pengapit, Bangsal Pacikeran, dan Bangsal Pemandengan. Pada kawasan Sitihinggil Lor terdapat juga beberapa bangunan seperti Bangsal Manguntur Tangkil, Bangsal Witana, dan Bangsal Kori-Kori.
Kamandungan Lor
Kamandungan Lor umumnya dikenal juga disebut dengan Plataran Keben. Plataran ini hanya memiliki beberapa bangunan yang diantaranya adalah Bangsal Pancaniti, Bale Anti Wahana, dan Bangsal Pacaosan. Pada plataran ini juga akan banyak ditemukan beberapa pohon besar yang disebut Pohon Keben di sekitarnya.
Srimanganti
Sebelah barat dari plataran ini terdapat bangunan utama Keraton yang dinamakan Bangsal Srimaganti, biasanya digunakan sebagai tempat untuk mementaskan kesenian budaya Keraton dan tempat dimana Sultan menjamu tamu-tamunya.
Plataran Srimanganti memiliki bangunan pendukung lainnya yang terdiri dari Bangsal Pacaosan, Kantor Keamanan Keraton, dan Kantor Tepas Dwarapura dan Tepas Halpitapura.
Kedhaton
Kedhaton menjadi plataran utama yang dianggap memiliki tataran hirarki tertinggi. Pasalnya, Kedhaton menjadi pusat dari kawasan Keraton dan terdapat dua bangunan utama di dalamnya yakni, Bangsal Kencana dan Gedhong Prabayeksa.
Kedua bangunan tersebut sudah sejak lama menjadi bangunan sakral di mata masyarakat. Bangsal Kencana merupakan bangunan untuk menyelenggarakan upacara penting. Sedangkan, Gedhong Prabayeksa digunakan untuk menyimpan pusaka utama Keraton.
Beberapa bangunan lain yang ada di plataran ini diantaranya adalah Bangsal Manis, Bangsal Mandalasana, Bangsal Kotak, Bangsal Jene, Gedhong Sedahan, Gedhong Patehan, dan Gedhong Gangsa.
Kemagangan
Sama seperti namanya, plataran ini memiliki bangunan yang bernama Bangsal Kemagangan, Panti Pareden, dan Bangsal Pacaosan. Bangsal Kemagangan dulunya berfungsi sebagai tempat berlatih para Abdi Dalem. Namun, saat ini fungsinya sudah berubah. Bangsal Kemagangan biasa digunakan untuk pementasan wayang kulit dan Bangsal Pacaosan digunakan sebagai tempat penjagaan Abdi Dalem untuk menjaga keamanan.
Kamadungan Kidul
Plataran ini memiliki dua bangsal yakni, Bangsal Kamandungan dan Bangsal Pacaosan. Bangsal Kamanndungan sendiri menjadi salah satu bangsal tertua yang ada di kawasan keraton. Awalnya, bangsal ini dibawa oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dari Desa Karangnongko yang kemudian juga sempat digunakan sebagai tempat tinggal beliau saat perang melawan VOC.
Sitihinggil Kidul
Bangunan Sitihinggil Kidul awalnya dibangun oleh Gedhong Sasana Hinggil Dwi Abad sebagai monumen memperingati 200 tahun berdirinya Keraton. Dulunya, Sitihinggil Kidul biasa digunakan sebagai tempat bagi raja untuk melihat latihan para prajurit sebelum dilaksanakan upacara Garebeg.
Sumber : Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat
Penulis : Rossa Deninta
Comments