EsaiFeature

Belajar Lagi dari China, Rumah Sakit Darurat Covid-19

0
Rakyat China demo

STARJOGJA.COM, Info – Masih inget soal China berhasil membangun rumah sakit untuk pasien Corona hanya dalam waktu 10 hari di bulan Februari 2020 lalu? Kenapa Indonesia tidak melakukannya? Bahkan di beberapa kabupaten kota masih sebatas wacana. Jika melihat lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia saat ini bukankah sebaiknya kita kembali lagi belajar dari China soal rumah sakit darurat.

Dilansir China Daily, Kamis (13/2/2020) lalu, rumah sakit bernama Huoshenshan ini mulai dibangun 23 Januari lalu, kemudian mulai menerima pasien yang terjangkit virus Corona pada 3 Februari di Wuhan, Provinsi Hubei. Rumah sakit itu berkapasitas 1.000 ranjang.

Jika kita melihat, ternyata awal keputusan diambil dengan menjiplak rumah sakit SARS yang dibangun di Beijing pada 2003. Dalam waktu 78 menit, desain dari rumah sakit 17 tahun lalu tersebut ditemukan. Desain itu kemudian diserahkan ke Wuhan.

Di Wuhan desain tersebut diperbaharui dan difinalisasi dengan menggambar konstruksi bangunan dalam waktu 60 jam. Lebih dari 260 pekerja harus mengerjakan itu sepanjang waktu. Akses internet jaringan 5G pun tersedia selama 36 jam.

 

Baca juga : Belajar dari China dan Vietnam, Ada Negara dengan 1 Kasus Covid-19

Proyek tersebut membutuhkan banyak kabel, berkarung-karung semen, 5.931 toilet dan kran air, 4.800 set komponen baja, dan 2.000 pipa. Ada 100 manager dan 500 pekerja konstruksi yang bekerja membuat bangsal-bangsal selama 3 hari.

Selanjutnya rumah sakit tersebut membutuhkan bangunan yang berisi pusat informasi. Di bangunan tersebut ada 2.000 komputer dan tim ahli information technology (IT).

Yang paling penting, adalah alat medis di rumah sakit tersebut. Disebutkan ada 930 lampu disinfeksi ultraviolet, 2.000 termometer elektronik, 700 oximeter, dan beberapa robot medis.

Semua perusahaan logistik di China bergotong royong mengirim barang-barang tersebut ke Wuhan. Seperti diketahui, China membangun rumah sakit kilat tersebut pada 23 Januari 2020 dan dinyatakan selesai pada Minggu 2 Februari 2020.

China kembali bangun pusat karantina terpusat di Shijiazhuang, provinsi Hebei, Cina, 13 Januari 2021.

Para pekerja konstruksi langsung bergerak membangun sebuah pusat observasi medis terpusat di Shijiazhuang, ibukota Hebei. Ma Shaohai, manajer proyek di Grup Biro ke-14 Jaringan Rel Cina mengungkapkan, setelah menerima instruksi proyek konstruksi itu pada Rabu siang, perusahaan langsung memobilisasi lebih dari 100 pekerja.

Mereka didukung belasan mesin berat. Ini mengingatkan pada pembangunan rumah sakit darurat skala besar di Provinsi Hubei saat awal pandemi di Cina tahun lalu.

Ma Shaohai menyebutnya sebagai pusat isolasi dan sepertinya akan mencakup luasan 33 hektare lahan dekat sebuah desa di Zhengding, Shijiazhuang. Tiga pengembang properti di Kota Tangshan, Hebei, telah dipercayakan untuk membangun 3.000 bangsal bongkar pasang untuk pusat isolasi itu. Setiap bangsal memiliki luas 18 meter persegi.

Semoga pemerintah mengambil pelajaran dari melonjaknya kasus Covid-19 dengan penanganan yang lebih baik lagi. Jika tiap pemerintah daerah atau tiap propinsi memiliki rumah sakit darurat dengan kuota ranjang 1000 tentu tidak akan kesulitan lagi. Setidaknya setengah dari jumlahitu dapat terpenuhi maka kasus berat dan sedang Covid-19 dapat terlayani dengan baik.

Kembali lagi, kita belajar dari China dalam menghadapi Covid-19 walaupun kita juga belajar dari India, Singapura, Vietnam dan negara lainnya yang terhitung sukses. Terlebih saat ini, semua negara baru mengalami pandemi ini.

Namun, reaksi negara China dengan sebutan epicentrum Corona terhitung sangat baik. Presiden memiliki kepercayaan diri yang tinggi saat mengatakan kita akan kalahkan Corona kepada rakyatnya. Nyatanya, saat ini kasus Corona di China tidak lagi masuk 3 besar atau 10 besar bahkan kini mereka ada di peringkat 101 dunia. Masih kah kita tidak belajar ?

 

Sumber : Dari berbagai sumber

Olimpiade Tokyo Tanpa Kehadiran Penonton

Previous article

Tidur Sangat Penting untuk Tingkatkan Imunitas

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Esai