Lifestyle

Star Lovers, Kenali Tanda Dan Gejala Trauma

0
tanda Dan Gejala Trauma

STARJOGJA.COM, Sering kali ketika berbicara soal trauma kita berpikir bahwa itu merupakan dampak kejadian masa lalu. Namun, nyatanya trauma jauh lebih kompleks dan subjektif tergantung tiap-tiap individu yang mengalaminya.

Psikiater jebolan Universitas Sebelas Maret, Jiemi Ardian menjelaskan trauma adalah reaksi tubuh yang terjadi di saat ini akibat peristiwa yang terjadi di masa lalu. Jadi bukan tentang kejadiannya saja, ini tentang reaksi tubuh yang ada saat ini.

Reaksi tubuh yang dimaksud, menurutnya, adalah reaksi yang ingin melindungi diri secara terus-menerus atau merasa terancam misalnya, takut, cemas, tegang, atau bersiap siaga terhadap adanya ‘stressor’ sehingga kita menyebutnya mudah terpicu atau sensitif.

Jiemi yang berpraktik di Rumah Sakit Siloam Bogor itu menjelaskan orang yang memiliki trauma kerap alami kilas balik atau ‘flash back’ secara mendadak. Memori buruk yang muncul bukan sengaja diingat-ingat melainkan timbul di otak begitu saja.

Kategori Trauma

Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)

PTSD atau Gangguan Stres Pasca Trauma merupakan gangguan kecemasan yang membuat penderitanya teringat pada kejadian traumatis. Beberapa peristiwa traumatis yang dapat memicu PTSD adalah perang, kecelakaan, bencana alam, dan pelecehan seksual.

Complex Post Traumatic Stress Disorder (CPTSD)

CPTSD adalah kondisi dimana pengidap mengalami beberapa gejala PTSD disertai beberapa gejala tambahan, salah satunya kesulitan mengendalikan emosi.

Post Traumatic Stress Symptom (PTSS)

Seseorang dengan PTSS akan sering mengalami ‘flash back’ emosional diiringi perasaan intens seperti ketakutan, malu, sedih, atau putus asa.

Developed Mental Trauma

Developed Mental Trauma atau trauma pada masa perkembangan adalah hasil dari pengalaman masa kanak-kanak yang berefek hingga dewasa, seperti merasa tidak diinginkan, diabaikan, dianiaya, dilecehkan, yang telah berulang kali terjadi.

Kenali Gejalanya

Menurut Psikiater Jiemi Ardian, Keseluruhan jenis trauma ini memiliki gejala yang dikategorikan ke dalam dua aspek, yakni ‘hyperarousal’ dan ‘hypoarousal’.

Hyperarousal terjadi ketika tubuh seseorang tiba-tiba menjadi sangat waspada ketika terpicu suatu hal yang menyebabkan trauma. Tubuh pengidap hyperarousal akan bertindak waspada seolah-olah sedang dalam bahaya, diiringi perasaan gelisah, amarah yang di luar kendali bahkan cenderung ingin bertarung atau melarikan diri.

Sedangkan ‘Hypoarousal’ adalah sebaliknya, seperti respon tubuh yang berkurang, kelelahan, mati rasa emosional bahkan depresi. Gejala ini membuat tubuh orang yang memiliki trauma membeku tidak dapat melakukan apa pun.

Baca juga : Star Lovers Pilih Mana? Ini Dia Tren Healing Di 2023

Orang tanpa trauma atau dalam keadaan pikiran yang tenang atau normal akan cenderung merasa aman, terkendali terhadap pikiran, pilihan dan keputusan dalam segala aspek hidup, namun tidak bagi para pejuang trauma.

“Contoh sederhananya bila seseorang memiliki trauma pernah dikejar macan, lalu dia mengalami serangan panik karena melihat seorang wanita mengenakan celana bermotif hewan tersebut. Jika dilihat dari luar mungkin terlihat sangat berlebihan tapi bila kita melihat lebih detail, ini adalah respon penyelamatan tubuh yang sangat jenius, tubuh langsung mengirimkan sinyal begitu saja untuk kita bereaksi mengamankan diri.” kata Jiemi Ardian.

Namun permasalahanya kita tidak sedang di dalam hutan dan hidup di tempat yang aman dari ancaman itu. Sehingga respon yang cepat ini seringkali mengganggu pejuang trauma dalam keseharianya.

Sumber : Antara 

Chico Akui Kalah Pengalaman dari Shi Yuqi

Previous article

Stok Darah PMI Yogyakarta, Rabu 18 Januari 2023

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Lifestyle