FeatureHealthLifestyle

Pasien TBC Bisa Sembuh, Panti Rapih Jelaskan Berantas TBC

0
TBC bisa sembuh
dr. Wahyuni Hariyanto, Sp.P Dokter Spesialis Paru RS Panti Rapih

STARJOGJA.COM, Info – TBC, penyakit yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis ini bisa disembuhkan. dr. Wahyuni Hariyanto, Sp.P Dokter Spesialis Paru RS Panti Rapih mengatakan pasien TBC bisa sembuh selama pasien berobat secara teratur minimal 6 bulan, disertai dengan gizi baik yang membantu daya tahan tubuh.

“Kalau yang tanpa komorbid atau penyakit penyerta ya selama minimal 6 bulan. 6 Bulan dibagi dua fase intensif dan lanjutan. Fase intensif kita berikan 4 macam antibiotik sebagian besar akan dibunuh, 2 minggu pertama banyak kuman yang mati, pasien merasa badannya sudah enak,” katanya di Health Talks 101,3 Star FM Rabu (29/03/2023).
Wahyuni mengatakan setelah masa intensif, pasien harus waspada dan melanjutkan ke fase lanjutan karena sifat kuman TBC yaitu Dorman.Dorman ini artinya kuman bisa tidak aktif dan ‘tidur’ dalam jangka waktu yang lama. Kuman yang tidur ini tidak mengakibatkan manifestasi penyakit, namun jika kuman yang tidur ini bangun maka akan menimbulkan manifestasi penyakit.
“Tapi jangan lemah karena sudah enak badannya karena ada kuman yang semi dorman, di fase lanjutan kita berikan antibiotik dua macam sampai dengan 6 bulan untuk mengatasi semi dorman dan di akhir fase lanjutan diharapkan pasien sembuh dengan sempurna dan tidak kambuh di masa akan datang. Jika kategori berat mungkin butuh waktu lebih lama,” katanya.
Wahyuni mengatakan ada beberapa gejala yang bisa dicermati terkena TB seperti  batuk lebih dari 2 minggu, dahak yang banyak, batuk darah, sesak napas, nyeri dada. Selain Itu ada gejala sistemik yaitu penurunan nafsu makan, berat badan turun, keringat malam, demam sumer lebih dari 1 bulan.
“Batuk 2 minggu, penurunan BB, keringat malam hari. Jika malam hari semua orang merasa kedinginan tapi dia sendiri yang keringetan bisa jadi itu TB,” katanya.
TB ini menurut Wahyuni semua orang bisa terkena, tidak memandang usia, pekerjaan, jenis kelamin, status sosial ekonomi. Pasien yang menderita TB dapat menularkan orang di sekitarnya melalui udara melalui droplet/percikan dahak pada saat berbicara, batuk, maupun bersin, sehingga penyakit ini sering disebut sebagai airborne infection.
“Nah ini pentingnya penggunaan masker. Seperti waktu covid-19 saat aktivitas di luar rumah,” katanya.
Penularan biasanya menggunakan pendekatan host, agent , environment atau lingkungan. Faktor host, pasien dengan penurunan daya tahan tubuh, anak usia kurang dari 5 thn, lansia, orang dengan infeksi HIV, DM, penggunaan obat imunosupresif misalnya pada pasien kanker, gizi buruk, kebiasaan merokok meningkatkan resiko terjadi TB. Faktor agent yaitu konsentrasi kuman yang tinggi pada penderita penyakit TB.

“Faktor lingkungan  ini juga pengaruh seperti pemukiman yang padat, kumuh, komunitas tertentu yang tinggal bersama. Lingkungan dengan ventilasi dan pencahayaan yang tidak baik,” katanya.
Untuk mencegah penyebaran TB maka pasien TB harus mengetahui etika batuk yaitu menggunakan tisu membuang tisu ke tempat sampah, tutup dengan lengan atas bagian bagian dalam, cuci tangan dengan air mengalir dengan sabun, tidak boleh membuang dahak di sembarang tempat, menggunakan masker apabila berinteraksi. Selain itu penderita sebaiknya tidur terpisah mengurangi faktor resiko dan menerapkan gaya hidup sehat
makanan bergizi.
“Ventilasi baik, jendela dan pintu pada siang hari dibuka agar sinar matahari bisa masuk di dalam rumah berjemur pada pagi hari, bantal dan kasur dijemur di bawah sinar matahari, kuman akan mati ketika dijemur sekitar 2 jam,” katanya.
Pencegahan lebih dini bisa dilakukan dengan suntikan bcg untuk bayi sampai dengan usia 2 bln. Hal ini untuk mencegah terjadinya TBC berat ditambah
olahraga teratur.
“BCG ini bisa mengurangi dampak jika terkena TBC,” katanya.
Wahyuni menjelaskan TB dapat diobati sampai sembuh jika berobat secara teratur dan jangan berhenti berobat jika belum dinyatakan sembuh oleh dokter. Perlu dilakukan pelacakan untuk menemukan dan pengobatan pencegahan kasus TBC laten.
“Menerapkan gaya hidup bersih, sehat, makanan bergizi, dan olahraga teratur untuk membantu mencegah terkena penyakit TBC. Kombinasi pengobatan pasien tb dan pengobatan tb laten diharapkan dapat mempercepat pemberantasan TB di Indonesia. Indonesia sendiri menempati posisi ke-2 kasus TBC terbanyak di dunia setelah India,” katanya.
Bayu

LPP Hotel Punya Bu Mamat di Ramadhan 2023

Previous article

Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Erick : Kita Harus Tegar

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Feature