JogjaKUWisata

Ngabuburit Dengan Berburu Lobster, Mau?

0
Lobster air tawar Gunungkidul
berburu lobster

STARJOGJA , GUNUNGKIDUL- Ngabuburit atau menunggu waktu berbuka puasa masyarakat di pesisir selatan Kabupaten Gunungkidul berbeda dengan ngabuburit warga di tengah kota. Jika di kota sebagian warga memanfaatkan ngabuburit untuk berburu makanan takjil dan jalan-jalan, sementara warga di pesisir memilih untuk mencari lobster dan mencari ikan sembari menunggu datangnya buka puasa.

Seperti dilakukan warga kawasan Pantai Nglambor di Dusun Ngandong, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus. Beberapa anak muda, tampak asyik mempersiapkan alat tangkap lobster atau biasa disebut rendet, Pada Kamis (1/6/2017) petang. Rendet terbuat dari jaring yang dililitkan pada besi berbentuk melingkar, sehingga dapat digunakan untuk menjebak lobster yang keluar dari sangkarnya.

Untuk memasang perangkap lobster, mereka biasanya meletakkan rendet diantara karang. Dan memang di pantai yang terkenal dengan wisata menyelam dangkal atau snorkeling ini juga banyak lobster bersembunyi di balik karangnya. Selain itu meskipun Pantai Nglambor berada di Samudera Hindia, namun karena berada di teluk, maka ombaknya tidak terlalu besar sehingga memudahkan dalam mencari lobster.

Kendati demikian, kata dia menangkap lobster adalah soal keberuntungan, jika beruntung rendet yang dipasang di titik persembunyian lobster akan dapat menjebak hewan dengan nama ilmiah nephropidae itu. Dan dari hasil tangkapan itu juga akan menghasilkan rupiah yang lumayan.

Ada dua jenis lobster di kawasan Pantai Nglambor yang memiliki harga jual yang tinggi yakni lobster batu dan pasir. Jika berhasil mendapatkan jenis lobster batu, mereka dapat menjualnya dengan harga Rp250.000 per kilogram, sedangkan untuk lobster pasir harganya lebih tinggi yakni Rp300.000 per kilogram.

Namun begitu tak lantas mereka selalu dapat meraup rupiah, pasalnya hasil tangkapan tak pernah menentu. “Saat ini hasil tangkapan tidak menentu, kadang bisa satu kilo lebih kadang ya kurang. Selain dijual kadang juga dikonsumsi sendiri untuk buka puasa,” ujar dia.

Di sisi lain, meski memiliki nilai ekonomi tinggi dikenal sebagai hidangan yang lezat, warga sekitar masih menjaga ekosistem dan tak mau sembarangan menangkap lobster. Mereka tak mau menangkap lobster yang masih berukuran kecil. Jika lobster yang berukuran kecil tak sengaja tertangkap, mereka langsung melepaskan lagi ke laut untuk menjaga perkembangbiakannya.

Sementara itu, salah seorang warga Wonosari Yusuf Adhitya mengatakan, beberapa kali dirinya membeli lobster hasil tangkapan warga di Pantai Nglambor. Dia memilih untuk memasak sendiri di rumah. “Harganya lebih murah dibandingkan di pasaran karena langsung dari warga, kondisinya juga masih segar dan lebih enak,”katanya. Irwan A. Syambudi/JIBI/Harian Jogja

Polda DIY Gandeng Penggiat Sosmed Luncurkan Tagar (#) Gerakan janur kuning

Previous article

Wow ! Jokowi Masuk 10 Besar Pemimpin Terpopuler Dunia di Twitter

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in JogjaKU