Esai

Tes CPNS 2018 Jadi Pilihan atau Lempar Handuk ?

0
250 ptt

STARJOGJA.COM, Jogja – Suatu pagi ketika masih di meja kantor, ada pesan singkat dari Ibunda tercinta yang menanyakan soal Tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) 2018. Istri saya yang dahulu pernah jadi guru menjadi subyek pesan yang masuk. “Istrimu jadi ikut tes CPNS tidak,” kata Ibuku pagi itu.

Memang itu hanya pertanyaan tapi bagi kami berdua bagaikan sebuah perintah untuk segara mendaftar. Melihat sejarah keluarga saya mayoritas dari kalangan PNS, Pakde, Bude, Om dan Tante 80% Aparatur Sipil Negara (ASN). Terhitung hanya dua orang yang tidak masuk golongan pegawai negara itu. Bagi keluarga kami PNS menjadi asa agar kehidupan kami lebih makmur dan sentosa.

Pertama jelas, secara gaji sudah pasti dengan nilai yang rumayan. Ada jenjang karier yang bisa dilalui jika menjadi PNS. Secara sosial masyarakat bisa melihat strata ini ada di level tertentu. Ya berada di level yang dipandang, dibutuhkan dan dihormati.

Baca Juga :  Khabib Nurmagomedov Lawan Conor McGregor Asli Tidak Maya

Sejak awal saya tidak pernah mau bercita-cita menjadi PNS. Tidak tahu kenapa karena anggapan saya waktu itu kerjaan gitu-gitu aja, tidak bisa kreatif, rutinitas dan korupsi. Semakin takut mendengar kata terakhir, tidak tahu juga kenapa kata itu muncul di benak saya waktu muda.

Deklarasi menolak menjadi PNS ini sudah masuk ke pikiran Ibuku. Sehingga tidak mungkin lagi meminta anak yang paling ganteng ini untuk ikut tes CPNS tahun 2018. Ini tahun terakhir kami bisa mengikuti tes CPNS jika tidak selamanya tidak bisa ikut lagi karena aturan batasan usia.

Pesan singkat itu pun saya teruskan ke istri saya. Sama ternyata, istri seolah mendapat perintah suci dari ibu pertiwi. Namun ketika akan mulai memulai mendaftar istri langsung nyerah.

Sebab, persyaratan yang njlimet dan nyebahi membuat istri dan juga saya kelimpungan. Bagaimana tidak, ijazah kita saja tidak tahu dimana, lalu syarat SKCK yang harus dilakukan di luar kota juga. Hmnn sepertinya kita langsung KO sebelum duel ini. (lempar handuk putih).

Sebagai seorang pekerja swasta tes CPNS ini aneh. Mungkin bagi orang tua PNS memberikan anggapan tentram secara ekonomi karena gaji yang tinggi. Ok betul memang so whatt..apakah memiliki gaji tinggi dengan menjadi PNS itu meneyenangkan. Lalu yang tidak PNS tidak menyenangkan ? Tidak juga lah. Kalo ukurannya materi akan sangat rendah parameternya. Sebab, sejak lahir kita sudah mendapatkan semua ketentuan dari Tuhan termasuk rejeki.

Rejeki tidak sama dengan gaji dan uang. Mungkin kita tidak menjadi PNS namun menjadi penjual toko kelontong itu lebih baik secara rejeki. Karena kita tahu apa yang kita jual dan keuntungan yang didapatkan. Sedikit tidak masalah, mungkin rejeki lainnya dalam bentuk kesehatan kelonggaran atau kebaikan dari orang lain.

Itu menjadi mahal ketika gaji, uang yang dijadikan tolak ukur dari pendapatan seorang PNS. Lalu, apakah tidak PNS kemudian hidup kita semakin miskin. Wah sepertinya saya jadi meremehkan Tuhan yang Maha Memberi, Yang Maha Pangasih, Yang Maha Kuasa dengan urusan gaji dan uang yang akan kita dapatkan.

Menurut saya tidak menjadi PNS juga tidak masalah secara finansial karena saya punya pemberi gaji dan pemberi pinjaman dengan bunga 0 % paling mulia di dunia yaitu Tuhan. Sepertinya, anggapan PNS nanti jadi kaya dan tentram setidaknya itu akan menyakiti percintaan dan jalinan saya dengan Tuhan. Ahh tidak cukup argumen saya untuk tetap menjadi PNS.

Jenjang karier juga tidak membuatku ingin jadi PNS karena bagi saya sama saja. Saya kerja bukan untuk mencari uang namun untuk bekerja sebaik-baiknya saja. Pikirannya adalah bagaimana mengembangkan potensi saya lebih tinggi lagi, agar pekerjaan saya menjadi sangat bagus dan semakin baik.

Secara strata sosial PNS memiliki level sendiri, namun sepertinya saya berbeda. Strata sosial itu bagi saya semu. Ketika orang melihat dan mengukur orang secara materi maka kita akan semakin kerdil. Maksud saya identitas seseorang itu tidak begitu penting. Lebih penting mana saya pejabat negara, tapi tidak menegur warga lainnya dan cenderung sombong.

Bagaimana sekarang ada ukurannya adalah nilai. Status sosial itu berdasarkan sikap baikknya seseorang kepada orang lain. Jika itu muncul maka yang ada hanyalah kemanusiaan.

Pejabat negara itu pelayan rakyat kan. Mana yang lebih tinggi posisinya ? Rakyat atau pelayan? Mereka pelayan rakyat lho, atau yang melayani kita. Lha terus kita harus nunduk kalo ketemu mereka. Wong mereka melayani kita kok.

Bukan untuk merendahkan ya tapi memang harus ada yang menjadi pejabat negara. Kalau tidak ada, siapa yang akan melayani rakyatnya? PNS penting tapi kembali ketika memilih ya sepertinya saya memilih di kotak lainnya selain kotak bertanda PNS itu.

PT AMI Berharap Ada Jalur Khusus Trans Jogja

Previous article

Universitas Budi Luhur Siapkan Tenaga Ahli Cyber Security 

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Esai