News

UGM Siapkan Unit Pengolahan Limbah Batik Kayu

0
Dosen Fakultas Geografi UGM Dr. Dyah Widiyastuti ( FOTO : Humas UGM)

STARJOGJA.COM, SLEMAN – Isu lingkungan menjadi tantangan usaha kerajinan batik kayu di DIY. Pasalnya penggunaan pewarna batik dan limbah kerajinan kayu batik mengandung bahan kimia sehingga perlu untuk diatasi agar isu lingkungan tidak menjadi hambatan dalam memperluasnya jangkauan produk tersebut di luar negeri. UGM Siapkan Unit Pengolahan Limbah Batik Kayu

Provinsi DIY memiliki dua desa wisata penghasil kerajinan batik kayu yakni Desa wisata Krebet, Pajangan, Bantul dan Desa Wisata Bobung, Gunung Kidul. Kedua desa ini dikenal sebagai penghasil produk kerajinan tangan batik dari bahan kayu.

Dosen Fakultas Geografi UGM Dr. Dyah Widiyastuti menyampaikan penelitiannya mengenai limbah pengolahan batik kayu ini, memang belum terjadi kerusakan lingkungan yang disebankan dari buangan  limbah kerajinan tersebut. Oleh karana itu, proses pewarnaan batik kayu yang mengandung bahan kimia berbahaya perlu dikelola melalui unit pengolahan limbah.

“Sementara ini kedua desa ini belum memiliki unit pengolahan limbah baik limbah cair maupun padat,” kata Dyah dalam Diskusi soal pengembangan pariwisata batik kayu di Pusat Studi Pariwisata UGM, Senin (12/11).

Ia menerangkan desa wisata batik kayu di Krebet Bantul dan Bobung, Gunungkidul, merupakan jenis wisata minat khusus. Apabila dikelola dengan baik proses pengolahan limbahnya, bisa menjadi salah satu daya tarik wisatawan.

“Wisatawan perlu diedukasi bahwa limbah batik kayu Ramah lingkungan dan potensi menjadi daya tarik wisata,” katanya.

Dalam penelitiannya soal penceramaran limbah kerajinan batik kayu ini, sepanjang tiga tahun penelitian menurutnya belum ditemukan dampak lingkungan yang ditimbulkan di sekitar lokasi pembuangan limbah yang menurutnya masih jauh dari sungai dan sumur.

“Tim peneliti hanya mengambil sampel berupa tanah yang ada di sekitar area produksi,” ujarnya.

Mukhlison, S.Hut., M.Sc., anggota tim peneliti lainnya dari Fakultas Kehutanan, mengakui isu lingkungan kemungkinan bisa hambatan pemasaran produk ini. Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencemaran lingkungan dari limbah yang dihasilkan pihaknya melakukan penelitian sampel buangan limbah dan mendorong pendirian unit pengolahan limbah di dua desa tersebut.

“Harapan kita aktivitas pengolahan limbah ini bisa menjadi antraksi wisata,” katanya.

250 Peserta Ikuti Macapat Massal

Previous article

14 November – Hari Diabetes Sedunia

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in News