Flash InfoHealth

Kenapa Seseorang Cenderung Banyak Makan Saat Stres?

0
kalori harian

STARJOGJA.COM, JOGJA – Tidak sedikit masyarakat yang melampiaskan rasa stresnya dengan mengonsumsi makanan dan minuman. Tanpa disadari, hal tersebut akan memicu emotional eating yang justru akan membuatnya mengonsumsi makanan tersebut secara berlebih.

Jika tidak dikendalikan, dapat meningkatkan asupan Gula Garam Lemak (GGL) yang dapat memicu munculnya penyakit tidak menular. Apalagi ketika stress, makanan dan minuman yang dikonsumsi biasanya makanan comfort food seperti es krim, kue, coklat, kentang goreng atau pizza yang cenderung tidak sehat.

Tara de Thouars, psikolog yang kerap menangani kasus emotional eating, mengatakan faktor psikologis dan fisiologis mempengaruhi apa yang dikonsumsi dan menentukan hubungan yang dimiliki antara makanan dan emosi.

Baca juga: Ini 4 Makanan Tertua di Dunia

“Kita membutuhkan makanan untuk bertahan hidup, tetapi ada makanan tertentu yang kita konsumsi dalam kondisi spesifik. Dalam kondisi ini, seseorang biasanya menginginkan makanan berkalori tinggi dengan nilai gizi yang minim,” katanya, dilansir dari Bisnis.com, Rabu (19/12/2018).

Berdasarkan data dari American Psychological Association, 38% orang dewasa mengaku bahwa saat mereka mengonsumsi makanan tidak sehat secara berlebihan karena munculnya stress, separuhnya merasa menyesal kemudian.

Emotional eating memiliki beberapa tanda yang bisa kita kenali, seperti secara tiba-tiba muncul keinginan makan makanan yang spesifik, atau cenderung makan lebih dari biasanya tapi setelahnya merasa bersalah.

Vera Yudhi H. Napitupulu, Manager Program Klinik LightHOUSE menambahkan ketika seseorang mengonsumsi makan dalam kondisi yang sebenarnya sedang tidak lapar, tubuh sebenarnya sedang tidak dalam kondisi membutuhkan kalori.

Bila kondisi tersebut terjadi secara berulang, maka kelebihan kalori akan disimpan sebagai lemak dan dapat menyebabkan obesitas. Padahal ketika seseorang sudah obesitas dia berisiko terkena berbagai penyakit tidak menular seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, sakit sendi, dan penyakit empedu.

Mengatasi emotional eating perlu melibatkan edukasi kepada individu terkait cara pandang yang sehat akan makanan, membangun pola makan lebih baik, mengenali pemicunya dan membangun langkah-langkah tepat untuk menghadapi stress.

Jogja Kaji Untung Rugi Moratorium Hotel

Previous article

Polres Bantul Siapkan Tim Urai Kepadatan Lalin di Liburan

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Flash Info