FeatureNews

Imbas Penutupan TPST Piyungan oleh Warga

0
tender TPA Piyungan
TPA Regional Piyungan (JIBI)

STARJOGJA.COM, Yogyakarta – Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Bantul ditutup warga sekitar lokasi sejak Minggu (24/3) lalu membuat masalah sampah berimbas ke daerah lainnya. Imbas penutupan TPST Piyungan ini membuat Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta meminta warga menggencarkan pengelolaan dan pemilahan sampah sejak dari rumah tangga. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Suyana mengatakan langkah itu akan mengurangi volume sampah yang harus dibuang ke TPA Piyungan.

“Tidak beroperasinya TPA Piyungan dalam beberapa hari terakhir ini harus dijadikan sebagai ‘warning’ bagi warga untuk ikut peduli atas sampah yang mereka hasilkan. Warga bisa memulainya dari rumah tangga dengan memilah dan mengolah sampah,” katanya kepada Antara Selasa (26/3/2019).

Pemilahan sampah ini menurut Suyana tidak seluruhnya harus dibuang ke TPST Piyungan. Sampah anorganik seperti kertas atau plastik bisa disisihkan untuk didaur ulang, sedangkan sampah organik bisa diolah menjadi pupuk kompos dengan memasukkan ke dalam biopori.

Baca Juga : Belasan Timbunan Sampah Liar Ditemukan di Sleman

“Dengan demikian, sampah yang dibuang ke tempat sampah adalah sampah yang benar-benar tidak bisa diolah lagi. Volume sampah yang dibuang ke TPA Piyungan juga bisa dikurangi,” katanya.

Imbas penutupan TPST Piyungan Suyana mengatakan, DLH Kota Yogyakarta sudah berupaya memaksimalkan daya tampung seluruh depo sampah yang ada di Kota Yogyakarta. Ia pun masih menunggu keputusan hasil koordinasi di tingkat DIY terkait pengelolaan sampah di TPST Piyungan.

“Kami prioritaskan penanganan sampah di jalan atau di ruang publik,” katanya.

Setiap tahun, Pemerintah Kota Yogyakarta mengeluarkan anggaran sekitar Rp2 miliar untuk pengelolaan sampah di TPST Piyungan.

Sleman

Imbas penutupan TPST Piyungan juga mengenai daerah Sleman. Imbas penutupan TPST Piyungan ini membuat Pemerintah Kabupaten Sleman kesulitan untuk membuang residu sampah.

“Kami sedang mencari solusi, memang saat ini sampah masih menumpuk di sejumlah depo karena belum bisa dibuang ke TPST Piyungan,” kata Kepala Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pelayanan Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sleman Sri Restuti.

Menurut dia, produksi sampah Sleman mencapai 800 ton per hari dan selama ini hanya mengandalkan TPST Piyungan untuk membuang sampah.

“Sejak Kamis (21/3) sudah mengantre panjang unuk membuang sampah. Dan sejak Minggu (24/3) sudah tidak bisa dibuang karena akses ditutup. Terpaksa kami kembali lagi ke depo sampah yang ada di Sleman. Sementara sampah yang ada di depo juga penuh,” katanya.

Ia mengatakan, Sleman memiliki sebanyak 13 depo sampah, dengan 34 armada truk pengangkut sampah. Masing-masing truk bisa menampung delapan meter kubik sampah.

“Sampahnya yang belum terbuang banyak sekali. Kami juga bingung ini mau bagaimana,” katanya.

Sri Restuti mengatakan mengacu data produksi sampah harian warga Sleman yahg mencapai 800 ton maka selama tiga hari ini saja produksi sampah bisa mencapai 2.400 ton.

“Mulai hari ini kami juga sudah tidak bisa mengambil sampah, armada sudah penuh, ditambah yang ada di depo juga masih banyak sampah,” katanya.

Kepala Seksi Persampahan DLH Sleman Suryantana mengatakan jika pihaknya tidak bisa berbuat banyak dalam masalah ini.

“Kami tidak bisa apa-apa karena kami tidak punya TPA, hanya dompleng di TPST Piyungan,” katanya.

Menurut dia, Pemkab Sleman sempat mewacanakan akan membangun TPST di Madurejo, Kecamatan Prambanan. Namun belum bisa terealisasi akibat mendapatkan penolakan masyarakat di sekitar lokasi.

“Sementara baru ada wacana di TPST Tambakboyo yang saat ini masih dalam kajian dan penyusunan ‘detail engineering design’ (DED),” katanya.

Petugas keamanan depo sampah Nogotirto, Gamping, Daryadi mengataakn tumpukan sampah mulai menggunung sejak satu minggu yang lalu.

“Biasanya empat kali dalam satu minggu sampah diangkut ke Piyungan. Tapi ini tiga hari truk tidak bisa beroperasi karena Piyungan tutup,” katanya.

Daryadi juga menyebutkan masih banyak perilaku masyarakat yang asal membuang sampah. Sehingga baik di bagian dalam maupun luar, sampah sudah menggunung.

“Sampah yang di depan depo, pinggir jalan, itu liar. Warga main lempar saja,” katanya.

DPRD DIY : Pemda Harus Cepat Tangani TPST Piyungan

Previous article

ACT Salurkan Sembako Bagi Korban Banjir

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Feature