Esai

Kartini: Perintis Jalan Literasi

0
literasi

STARJOGJA.COM, Esai – Tradisi rutin setiap tanggal 21 April identik dengan kostum kebaya dengan aksesoris konde. Kemudian melakukan upacara dengan petugas para wanita. Perayaan tersebut untuk mengenang puteri terbaik R.A Kartini. Namun, seyogyanya tidak berhenti pada pemaknaan fisik saja melainkan juga mengambil hikmah dari banyak kiprah sang revolusiner wanita. Banyak kiprah Kartini yang dapat diangkat ke permukaan. Salah satunya tentang keteladanannya di bidang literasi. Warisan luhur Kartini ialah kebiasaan membaca buku dan menulis ide atau buah pikirnya. Istilah akademiknya literasi baca dan tulis.

Baca Juga : Kartini Sebagai Pelecut Penyemangat Bagi Semua

Literasi membaca

Hatinya yang tengah berontak terhadap tradisi Jawa membuatnya tak lantas terpaku menyerah begitu saja. Saat itu, Bumiputera (sebutan kaum pribumi) memegang tradisi kuat bahwa perempuan lazim mengurus rumah tangga saja. Meskipun demikian, Kartini bukan tidak mau untuk melakukan pekerjaan rumah, setelah diselesaikannya pekerjaan rutin di rumah, Kartini bergegas membuka buku-buku berbahasa Belanda. Teks-teks yang berjejeran pada tiap larik ia baca hingga memahami isinya.

Dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang tertulis narasi Kartini ketika sedang membaca, ia baca berkali-kali, mengerti atau tidak, tidak diperdulikannya, tidak menjadikannya putus asa. Jika tidak mengerti diulangi sekali lagi, jika belum bisa diulanginya lagi hingga ia mampu memahami. Dalam suratnya kepada Nona Zeehandelaar Kartini ingin bisa berbahasa Perancis, Inggris, dan Jerman bukan karena ingin bisa berbahasa asing tersebut melainkan agar bisa membaca pemikiran-pemikiran penulis asing. Kecintaannya membaca buku seperti jantung yang terus berdetak. Ia akan terus membaca sebagai kebutuhan untuk hidup di tengah kuatnya tradisi yang membelenggu kaum perempuan.

Literasi menulis

Kebiasaan Kartini yang gemar membaca buku membawanya mampu mentransformasikan pengetahuan. Sehingga ia dapat digolongkan memiliki skill epistemic yang didapat dari praktik membaca. Dalam kajian literasi, kemampuan yang dimiliki Kartini termasuk dalam tingkatan epistemic peringkat tertinggi dari tahapan literasi. Ia mengikat gagasannya melalui penulisan surat yang ditujukan diantaranya kepada teman berfikir Tuan E.C. Abendanon dan Nona Estelle H. Zeehandelaar. Kegiatan berkirim surat kepada sahabatnya di Belanda sebagai suatu bentuk penyaluran ide, cita-cita, dan perjuangan.

Kartini, perempuan yang hidup 140 tahun yang lalu merupakan sosok pahlawan perintis jalan literasi khususnya bagi kaum perempuan. Kebiasaannya membaca dan menulis menandakan bahwa ia adalah seorang pemikir yang berfikiran maju. Spirit kemajuan tersebut tertulis dalam tiap kata yang menyematkan semangat yang luar biasa “Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata Aku tiada dapat! Melenyapkan rasa berani. Kalimat ‘Aku mau!’ membuat kita mudah mendaki puncak gunung.”

Penulis : Moh. Aris Prasetiyanto, M.Pd
Praktisi Pendidikan
Peneliti Bahasa
Inisiator Komunitas Literasi Tunas Melati

Ramadhan Aku Rindu, Buka Puasa Kambing Guling

Previous article

Naruhito Resmi Jadi Kaisar Baru Jepang

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Esai