Flash Info

Rupiah Dekati Level Rp14.000 per Dolar AS

0
lkpj walikota
Ilustrasi uang

STARJOGJA.COM, Info – Rupiah semakin mendekati level Rp14.000 per dolar AS seiring dengan meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap penyebaran virus corona atau Covid-19.

Pada penutupan perdagangan Rabu (26/2/2020) rupiah masih parkir di zona merah ke level terendahnya sejak tujuh pekan terakhir.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp13.940 per dolar AS, terkoreksi 0,38 persen atau 54 poin. Dalam waktu yang sama, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak menguat tipis 0,05 persen di level 99,021.

Pada perdagangan kemarin, rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terburuk ketiga di antara mata uang Asia, di bawah won dan baht yang masing-masing melemah 0,52 persen dan 0,4 persen. Sepanjang tahun berjalan 2020, rupiah telah terkoreksi 0,53 persen.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa rupiah gagal untuk memanfaatkan momentum pelemahan harga minyak karena isu wabah corona menimbulkan kekhawatiran perlambatan ekonomi.

Padahal, pelemahan harga minyak seharusnya menjadi katalis positif bagi rupiah mengingat Indonesia merupakan negara net importir minyak. Harga minyak yang murah akan mengurangi beban impor dan cadangan devisa yang menjadi fundamental pergerakan rupiah.

“Kemarin WHO memberi peringatan bahwa wabah ini bisa berubah dari endemi menjadi pandemi yang artinya meluas dengan cepat. Ini menambah kekhawatiran pasar,” ujar Ariston saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (26/2/2020).

Baca Juga : Rupiah ditransaksikan Rp13.354 per dolar AS

Di sisi lain, total dana asing yang keluar dari Indonesia hari ini mencapai Rp1,75 triliun yang menjadi katalis negatif rupiah.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pelemahan rupiah disebabkan oleh data eksternal yang begitu kuat, sehingga optimisme pasar domestik akibat stimulus yang digelontorkan pemerintah Indonesia tidak bisa mengangkat sentimen positif rupiah.

“Imbal hasil obligasi untuk tenor 10-tahun AS turun ke rekor terendah 1,307 persen di tengah meningkatnya kekhawatiran dampak potensial pada pertumbuhan global dari Covid-19 akan lebih buruk dari yang diharapkan,” ujarnya.

Selain itu, peluang penurunan suku bunga Federal Reserve pada April, Juni, dan Juli, masing-masing melonjak menjadi 56 persen, 777 persen, dan 86 persen.

Ibrahim memprediksi rupiah masih bergerak melemah di kisaran Rp13.900 per dolar AS hingga Rp14.000 per dolar AS pada perdagangan Kamis (27/2/2020), sedangkan Ariston memproyeksi rupiah bergerak di kisaran Rp13.850 per dolar AS hingga Rp14.000 per dolar AS.

Rawa Kalibayem Bantul, Tempat Uji Coba Kapal Selam ?

Previous article

Benny Wahyudi Berlabuh ke PSIM

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Flash Info