Health

Pemberian Vaksin Dosis Ketiga Sebaiknya Mengacu Hasil Data Riset

0
|Paku alam X pantau vaksinasi di GOR UNY bdidukung dettol

STARJOGJA.COM, Info – Pemerintah berencana memberikan vaksin dosis ketiga bagi tenaga kesehatan, seiring melonjaknya kasus covid-19 varian Delta dan banyaknya nakes yang meninggal terpapar covid padahal sudah divaksinasi. Sehubungan adanya rencana pemberian vaksin dosis ketiga ini, Epidemiolog UGM Bayu Satria Wiratama,S.Ked., MPH., mengatakan sebenarnya belum mendesak dan belum ada jaminan pemberian vaksin dosis ketiga bagi nakes bisa bebas dari paparan covid-19 varian delta. Sebab menurutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang menjadi penyebab kematian bagi nakes.

“Bukti yang ada belum kuat bahwa dosis ketiga apakah ini diperlukan terutama untuk varian delta. Yang lebih penting adalah mengetahui dulu apa penyebab pasti nakes yang menurut asumsi sudah banyak yang mendapatkan vaksinasi tapi masih terkena dan angka kematian masih tinggi. Apakah memang efektifitas vaksin yang rendah atau ada penyebab lain?,”kata Bayu, Jumat (9/7).

Baca juga : Pendaftaran Vaksinasi Anak di Kota Jogja Bisa Lewat JSS

Banyaknya kasus kematian ini disebabkan oleh varian delta, menurut Bayu sebenarnya bukti yang menunjukkan bahwa varian delta menyebabkan covid-19 lebih parah daripada varian sebelumnya masih sangat sedikit sehingga belum bisa disimpulkan varian ini lebih ganas. Namun mengenai varian delta lebih menular memang buktinya sudah lebih kuat. “Lebih menular ini yang menyebabkan kenapa lebih banyak kasus yang berat ketika varian delta muncul. Karena varian delta menyebabkan lebih banyak orang sakit dan hal ini akan berbanding lurus dengan meningkatnya orang yang bergejala sedang-berat. Jadi bukan karena variannya sendiri secara langsung,” tukasnya.

Selain itu, banyaknya kasus kematian ini disebabkan makin banyak kasus positif covid-19 maka pasien yang membutuhkan perawatan juga meningkat padahal kapasitas rumah sakit tidak bisa bertambah dengan cepat akibatnya banyak pasien yang tidak mendapatkan perawatan di Rumah Sakit rujukan. “Kondisi ini  menyebabkan angka kematian meningkat,”paparnya.

Soal data Kemenkes yang menyebutkan sekitar 90 persen kasus kematian covid-19 lebih banyak terjadi pada orang yg belum divaksinasi, menurut Bayu angka tersebut terlalu optimis karena angka sebenarnya masih dibawah itu. “Namun bagi saya masih cukup bagus untuk mengurangi fatalitas pada COVID-19,”katanya.

Bayu sependapat bahwa pemerintah tengah menggenjot program vaksinasi di tengah banyak warga yang enggan melakukan vaksin serta masih melonjaknya kasus dan kondisi banyaknya kamar khusus covid-19 rumah sakit yang penuh. “Saya setuju dengan langkah mempercepat vaksinasi yang seharusnya juga didukung dengan edukasi dan langkah pemberantasan info hoax agar orang semakin yakin untuk vaksin. Tapi info hoax ternyata lebih masih sehingga hal itu menghambat proses peningkatan angka vaksinasi,” tegasnya.

Bila virus corona terus bermutasi dan katakanlah akan lebih ganas dan cepat menular, apakah vaksin yang disuntik sebelumnya masih tetap efektif menangkal virus ? Menurut Bayu virus SARS-CoV-2 tetap terus bermutasi sehingga perlu vaksin yang lebih baru lagi. Bahkan semua vaksin yang ada saat ini dapat diperbarui sesuai dengan hasil penelitian yang ada. “Apabila dinilai varian yang baru benar-benar dapat mengurangi signifikan kemampuan vaksin terhadap virus SARS-CoV-2 maka akan dibuat semacam booster untuk vaksin tersebut. Namun itu pun jika memang ada alokasi khusus yang tidak mengganggu vaksinasi secara umum maka bisa diberikan,”pungkasnya.

Bayu

Skenario PPKM Darurat Jika Diperpanjang 6 Minggu

Previous article

Waspada Kasus Covid-19 Harian di DIY Capai 2.731 

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Health