FeatureTechno

Warga Jogja Harus Melek Digital, Kenapa Tidak?

0
melek digital
melek digital menurut Plt Kepala Dinas Kominfo DIY, Ni Made Dwipanti Indrayanti

STARJOGJA.COM, Info – Media teknologi dan layanan informasi digital merupakan salah satu fenomena yang tak terpisahkan dari keseharian masyarakat. Disampaikan Plt. Kepala Dinas Kominfo DIY, Ni Made Dwipanti Indrayanti, tingkat penggunaan gawai dan internet atau melek digital masyarakat Indonesia melebihi jumlah total penduduknya.

“Kalau dilihat dari data tahun 2022, dari 277 juta jiwa penduduk Indonesia dengan 58% penduduk tinggal di daerah perkotaan, penggunaan internetnya mencapai 370 juta. Kemudian, 161 juta penduduk atau sekitar 69% menggunakan medsos,” ungkapnya.

Ni Made mengakui bahwa kehadiran pandemi turut meningkatkan penggunaan gawai dan internet dalam aktivitas sehari-hari. Keterbatasan akses mobilitas selama pandemi memang mengharuskan masyarakat untuk mengubah pola hidupnya.

Baca juga : Sultan HB X Mengingatkan Talenta Digital Tidak Meninggalkan Kultur

“Pemanfaatan teknologi digital tak hanya untuk komunikasi. Ada work from home (WFH), ada pembukaan ekonomi baru seperti marketplace. Itu sekarang menjadi gaya hidup baru,” ujarnya.

Selain di sektor ekonomi, teknologi digital juga dimanfaatkan dalam menunjang aktivitas pembelajaran. Meski sempat membuat kaget peserta didik, kegiatan belajar mengajar (KBM) daring perlahan dapat diterima. Selain itu, keterbatasan akses jaringan internet yang semula menimbulkan kendala kini mulai dapat disikapi.

“Akhirnya mereka (peserta didik) harus menyesuaikan dengan kondisi seperti itu,” terang Ni Made.

Transformasi aktivitas masyarakat ke arah digital perlu diakui memang memberikan efisiensi tersendiri. Meski begitu, tidak semua kegiatan komunikasi dapat berlangsung secara online.

Ni Made mencontohkan terkait pembelajaran daring. Ia melihat bahwa sistem ini membuat komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa agak terhambat. Selain itu, kontrol guru terhadap siswanya pun menjadi semakin terbatas.

“Jadi jangan sampai kayaknya belajar, tapi bukanya yang lain-lain,” selorohnya.

Lebih jauh, ia pun menyatakan bahwa transformasi digital tak selalu mendapat respon positif dari masyarakat. Dinamika yang ada terkadang memerlukan perhatian khusus untuk dapat dirangkul.

Sebagai contoh, Ni Made berkaca pada para pedagang di pasar Beringharjo yang tak lagi berusia muda. Mereka perlu mendapat sosialisasi dan fasilitasi agar dapat memasarkan produknya semasa pandemi lalu.

Dirinya tak terlalu mempermasalahkan realita ini. Menurutnya, sasaran digitalisasi memang sektor UMKM yang mendominasi jalannya roda ekonomi di Jogja hingga 90%. Tak ayal, digitalisasi di sektor tersebut perlu digarap secara maksimal.

“Hal ini yang kemudian mengubah sistem ekonómi kita. Sehingga, bagaimana kami bantu sosialisasi, pelatihan, pendampingan, (serta) diseminasi,” katanya.

Namun, di sisi lain keberadaan teknologi digital juga memiliki potensi dan dampak negatif tersendiri. Ni Made mencontohkan beberapa bentuk konten digital seperti hoax, hate speech, pornografi, radikalisme, hingga penipuan yang berdampak destruktif bagi masyarakat.

“Ini yang kemudian harus hati-hati. Karena begitu cepatnya (penyebaran informasi),” tegasnya.

Komposisi pengguna media sosial kebanyakan adalah sebagai konsumen (90%) ketimbang memproduksi konten (10%). Menurutnya, masyarakat perlu lebih bijak dalam menggunakan gadget sebagai piranti digital.

“Sekarang, orang yang penting nge-share, bukan nge-share yang penting,” kelakarnya.

Selain itu, dirinya pun menyoroti masalah cyber crime (kejahatan siber) yang makin marak terjadi dalam skala global. Meskipun telah ada regulasi yang mengatur masalah ini, ia menilai bahwa masyarakat perlu mendapat edukasi serta penanganan serius dari pihak berwenang.

“Cyber crime ini perlu penanganan khusus. Kadang-kadang kita tidak bisa mengontrol apa yang mau kita berikan,” ujarnya.

“Yang penting, informasi itu disaring sebelum di-sharing,” imbuh Ni Made.

Selain masyarakat umum, secara khusus edukasi terkait aktivitas digital juga perlu menyasar pelajar. Ni Made mengakui bahwa edukasi pada pelajar perlu menjadi salah satu prioritas pihaknya.

Keberadaan layanan teknologi digital dimaksudkan dapat mensukseskan visi Jogja Smart Province yang dicanangkan Gubernur DIY. Karenanya, Ni Made menekankan agar masyarakat dapat bersikap bijak terhadap perkembangan teknologi digital yang ada.

“Saya berharap masyarakat sangat tahu, maksud saya bisa memilah,” tandasnya.

Penulis : Muhammad Imam Khoirul Mutaqin

Bayu

Paus Fransiskus Mengaku Belum Ingin Pensiun

Previous article

Jam Malam untuk Anak di Kota Yogyakarta Efektif?

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Feature