News

Rangkaian Nyepi, Ritual Memulai Tahun Baru Saka

0
Hari Raya Nyepi akan berlangsung, Rabu 22 Maret 2023
Hari Raya Nyepi akan berlangsung, Rabu 22 Maret 2023

STARJOGJA.COM,  Hari Raya Nyepi akan berlangsung, Rabu 22 Maret 2023 yang merupakan perayaan tahun baru Hindu berdasarkan penanggalan atau kalender śaka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi.

Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi.

Perayaan Hari Raya Nyepi didasarkan pada penanggalan atau kalender Saka. Tahun Baru Saka memiliki makna sebagai hari kebangkitan, hari pembaharuan, hari kebersamaan (persatuan dan kesatuan), hari toleransi, hari kedamaian sekaligus hari kerukunan nasional.

Setiap tahunnya, umat Hindu merayakan pergantian Tahun Saka yang dilakukan dengan cara Nyepi selama 24 jam.

Selama Nyepi, umat Hindu melakukan rangkaian acara yang terdiri dari:

Upacara Melasti

Inti dari upacara Melasti yakni untuk menyucikan alam manusia (Bhuana Alit) dan alam semesta (Bhuana Agung). Upacara ini diselenggarakan di sumber air suci kelebutan, segara, campuran, dan patirtan.

Namun, kegiatan ini paling banyak dilakukan di segara. Upacara dilakukan dengan bersembahyang menghadap laut. Upacara Melasti mengusung pralingga atau pratima Ida Bhatara dengan berkeliling desa sebelum ke laut.

Pratima atau patung adalah pengganti arca yang ada di pura. Meskipun terbuat dari kertas, kayu, maupun batu, pratima sangat berharga dan dihormati bagi umat Hindu.

Tujuan berkeliling desa yakni untuk menyucikan desa berdasarkan kesucian pratima. Semua umat melakukan upacara ini dengan khidmat, tertib, dan ikhlas.

Menghaturkan Pemujaan

Setelah melakukan upacara Melasti, umat Hindu mengusung pratima dan segala perlengkapannya langsung menuju Balai Agung atau Pura Desa di setiap Desa Pakraman.

Sebelum Ngrupuk umat melakukan nyejer, kemudian mereka menghaturkan bhakti atau pemujaan sesuai tujuan utama Hari Raya Nyepi.

Tawur Agung

Dalam bahasa Jawa Tawur berarti saur. Dalam bahasa Indonesia memiliki arti melunasi hutang. Di setiap perempatan desa atau pemukiman, mengandung lambang untuk menjaga keseimbangan.

Keseimbangan yang dimaksud yaitu Buana Alit, Buana Agung, manusia Bhuta, keseimbangan Dewa, serta merubah kekuatan bhuta menjadi dewa yang memiliki harapan dapat memberikan kesejahteraan dan kedamaian.

Acara dilanjutkan dengan Ngrupuk atau Mebuu-buu di setiap rumah tangga. Ini bertujuan untuk membersihkan lingkungan dari pengaruh Bhuta Kala, yang diartikan sebagai sesuatu yang merusak kehidupan, kemakmuran, kesehatan, dan kesuburan.

Acara Ngrupuk menghadirkan ogoh-ogoh sebagai simbol Bhuta Kala sekaligus menunjukkan kreativitas seni dalam budaya Bali.

Nyepi

Umat Hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian yang terdiri dari Amati Karya, Amati Geni, Amati Lelanguan, dan Amati Lelungan. Amati Karya adalah larangan melakukan pekerjaan. Amati Geni dilarang menyalakan api, menyalakan lampu, dan menunjukkan perasaan marah.

Amati Lelanguan merupakan larangan untuk bersenang-senang. Terakhir, Amati Lelungan yang merupakan larangan untuk melakukan perjalanan atau bepergian keluar rumah.

Ngembak Geni

Ngembak Geni diawali dengan aktivitas baru dengan Mesima Krama di lingkungan keluarga, tetangga, dan dalam cakupan yang lebih luas. Mesima Krama diartikan sebagai dialog antarsesama tentang sesuatu yang sudah terjadi, baru terjadi, dan yang akan datang.

Ini juga membicarakan tentang upaya meningkatkan kehidupan lahir batin di masa depan dengan bertumpu pada pengalaman.

Baca juga : Antisipasi Depresi, Yuk Mulai Lakukan Ini

BI DIY Pastikan Uang Layak Edar di Ramadhan dan Idul Fitri 2023

Previous article

Motif Mutilasi di Sleman Terkait Utang Pinjol

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in News