JogjaKUSejarah

Jembatan Mbeling Bukti Kreativitas Konstruksi Tanpa Pilar Peyangga

0
jembatan mbeling
coretandjawani.blogspot.com

STARJOGJA.COM, KULONPROGO – Jembatan Mbeling Bukti Kreativitas Konstruksi Tanpa Pilar Peyangga.  Jembatan Kereta Api di Sungai Progo (Jembatan Mbeling) membentang di atas Sungai Progo dan secara administratif berada di dua wilayah kabupaten. Tepatnya terletak di Desa Banguncipto, Kapanewon Sentolo, Kulon Progo dan Desa Argosari, Kapanewon Sedayu, Bantul.

 Struktur Cagar Budaya Jembatan Kereta Api di Sungai Progo dibangun bersamaan dengan pembangunan jalur kereta api dari Yogyakarta menuju ke arah barat. Jembatan ini selesai dibangun pada 6 Juli 1887 (De Locomotief, 7 Juli 1887). Jalur kereta ke arah barat ini mengarah ke Cilacap sebagai transportasi pengangkutan barang ke Pelabuhan Cilacap dan merupakan lanjutan dari jalur kereta api dari Bandung menuju Cilacap yang pernah diusulkan oleh Pieter Philip van Bosse. Bentuk jembatan pada awalnya berbeda dengan bentuk yang sekarang.

Setelah hampir 40 tahun digunakan, muncul kekhawatiran terkait kondisi jembatan kereta ini. Bahkan ada anggapan bahwa jembatan harus diganti yang baru atau setidaknya diperbaiki terutama bagian pondasi dan rangka besinya (Het Nieuws van den dag Voor Nederlandsch-Indië, 18 Januari 1930).

Pada tahun 1930, Staats Spoorwegen (SS) atau Perusahaan Negara Kereta Api Hindia Belanda, memutuskan untuk membangun jembatan baru guna menggantikan jembatan lama yang sudah digunakan sejak 1887. Jembatan ini menghubungkan jalur kereta api Bandung-Yogyakarta. Jembatan baru dibangun karena setelah dilakukan pemeriksaan, kekuatan pilar dan pondasi jembatan lama berkurang (Het Nieuws van den dag Voor Nederlandsch-Indië, 18 Januari 1930).

Jembatan baru dibangun di sebelah utara jembatan lama dengan bentuk yang sebelumnya belum pernah ada di Hindia Belanda, yakni berbentuk setengah lengkung dan terbuat dari besi baja. Besi-besi baja tersebut dibuat oleh Koninklijke Nederlandsche Machinefabriek v/h E.H. Begemann dari Belanda (De Nieuwe Koerier, 15 Januari 1931). Sistem ini merupakan sistem baru yang diterapkan pertama kali di Hindia Belanda.

Konstruksi jembatan ini dikenal dengan sebutan “Bijlaard Bent”, sesuai nama perancangnya yakni Paulus Peter Bijlaard, seorang arsitek dari Dienst der Staatspoor-en Tramwegen. Prof. Ir. Paulus Pieter Bijlaard adalah seorang guru besar teknik sipil asal Belanda bidang jalan dan jembatan, konstruksi baja, beton bertulang. Ia juga pernah menjabat rektor kesembilan Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang Intitut Teknologi Bandung) periode 31 Juli 1936 s.d. 14 Agustus 1937.

Berbeda seperti jembatan yang ada di sebelahnya, jembatan ini menggunakan sistem konstruksi baru tumpuan rol tanpa tiang penyangga tengah. Pondasi jembatan terletak di bagian kiri dan kanan jembatan (arah barat dan timur).

Tiang pancang jembatan langsung ditempatkan pada tebing yang berada di pinggir sungai. Tebing yang terdapat tiang pancang lalu dikuatkan dengan tembok beton. Tiang pancang jembatan terbuat dari besi baja yang miring dan bagian atasnya membentuk setengah lingkaran. Besi baja pancang tadi diperkuat dengan besi baja lain yang terletak di bagian tengah atas jembatan. Di bagian tengah jembatan terdapat rel kereta api.

Tumpuan Jembatan Kereta Api Sungai Progo berbeda dengan jembatan lainnya. Tumpuan jembatan ini berada pada bidang gerak miring 45° dengan suatu tumpuan pendel yang berarah miring dengan sudut 45° yang sama seperti tumpuan rol pada jembatan biasa (de Ingenieur in Nederland Indie, 1931). Selain itu, titik tumpuan pada jembatan ini dapat bergeser sehingga tahan dengan gempa bumi (Wangsadinata & Suprayitno, 2008: 65).

Jembatan ini pernah direnovasi oleh Djawatan Kereta Api Republik Indonesia pada tahun 1951. Sampai sekarang Jembatan Mbeling masih dirawat dan digunakan untuk jalur kereta api Yogyakarta – Kroya. Jembatan Mbeling kini dimiliki oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan dikelola oleh Daerah Operasi VI Yogyakarta dengan nama Bangunan Hikmat (BH) No.2034-Sisi Utara. Saat ini jembatan kereta api BH No. 2034 di sisi utara berdampingan dengan jembatan baru yang berada di sisi selatan.

SUMBER : http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/

Ini Manfaat Traveling ke Alam Buat Kesehatan

Previous article

Ini Sejarah Panjang Gedung Bank Indonesia Yogyakarta

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in JogjaKU