CulinaryJogjaKU

Bernama Asli Tou Luk Pia, Ini Sejarah Bakpia

0
Sejarah Bakpia

STARJOGJA.COM, Ingat kata Bakpia pasti ingat Yogyakarta. Camilan berbentuk bulat pipih ini menjadi oleh-oleh yang wajib dibeli saat ke Yogyakarta. Selain awet, bakpia kini punya isian yang beragam seiring perkembangan zaman.

Meskipun cukup populer di Yogyakarta, bakpia ternyata punya sejarah yang panjang, lho. Bukan dari Jawa, ini beberapa fakta unik bakpia yang ternyata berasal dari China.

Bakpia punya nama asli tou luk pia

Kalau menilik ke latar belakang sejarahnya, bakpia yang merupakan kudapan berbentuk bulat pipih ini ternyata tidak serta merta ada di Yogyakarta, lho. Meskipun sejak dulu nenek moyang kita sudah menggemari makanan ataupun minuman manis.

Bakpia sebenarnya memiliki nama asli tou luk pia. Ini karena kuenya berisi kacang hijau. Namun, istilah untuk bakpia sendiri berasal dari Bahasa Tionghoa dialek Hokkian.

Konon, “bak” berarti daging, sementara “pia” berarti kue. Jadi, bakpia sebenarnya adalah kue khas China yang berisi daging babi yang diolah.

Bakpia pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada 1940-an

Kalau menyebut bakpia sebagai kudapan asli Jawa, Anda perlu tahu, nih. Bakpia merupakan kudapan impor atau tepatnya hasil pertukaran budaya China dan Jawa pada zaman dulu. Resep asli bakpia pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pendatang asal Tionghoa bernama Kwik Sun Kwok pada 1940-an.

Kwik kemudian menyewa sebidang tanah di Yogyakarta milik Niti Gurnito. Untuk memulai usahanya, Kwik memutuskan membuat bakpia dengan resep asli dari Tiongkok, yakni menggunakan daging babi sebagai isiannya. Namun, karena masyarakat Yogyakarta mayoritas muslim, maka ia mengganti isian bakpia menjadi kacang hijau.

Hanya disajikan untuk keluarga Tionghoa

Meskipun saat ini bakpia identik dengan bentuk bulat pipih, serta berukuran kecil. Namun aslinya, di China, bakpia punya ukuran yang lebih besar dan berisi olahan daging babi yang gurih. Konon, bakpia sudah ada sejak 1930-an.

Sebelum menjadi oleh-oleh khas Yogyakarta yang cukup populer sampai ke luar Jawa, Bakpia hanya bisa dinikmati oleh keluarga-keluarga Tionghoa. Dulu, bakpia bukanlah makanan komersial. Bakpia hanya disajikan sebagai camilan atau pendamping kue keranjang saat Tahun Baru Imlek.

Awal mula bakpia dengan isian kacang hijau

Sesuai namanya yang diambil dari Bahasa Tionghoa dialek Hokkian, bakpia sebenarnya merupakan kue berisi daging babi yang diolah. Bahkan, ukurannya pun jauh lebih besar daripada bakpia saat ini, lho.

Saat pertama kali menginjakkan kaki di Yogyakarta, Kwik Sun Kwok membuat resep asli bakpia dengan menggunakan daging dan minyak babi. Namun, Kwik Sun Kwok kemudian menyadari bahwa mayoritas masyarakat Yogyakarta beragama Islam, maka ia pun mengganti isiannya dengan kacang hijau.

Tentu mereka tidak bisa mengonsumsi bagian apa pun dari babi. Setelah beralih ke kacang hijau, bakpia mulai digemari masyarakat Yogyakarta.

Baca juga : The Gorgeous 14th StarFM 101.3FM 

Perkembangan bakpia di Yogyakarta

Pada 1960-an, Kwik Sun Kwok meninggal dunia. Niti Gurnito yang sempat diberi resep rahasia oleh Kwik kemudian mengikuti jejaknya membuat bakpia. Beda dari Kwik, bakpia milik Niti punya kekhasan tersendiri, yakni berukuran kecil, berkulit tebal, dan isian pun kecil.

Selain itu, Liem Bok Sing, penyuplai arang untuk Kwik semasa hidupnya, juga ikut membuat bakpia dengan resepnya sendiri. Setelah pindah ke Jalan Pathuk Nomor 75, Liem sukses membuat bakpia generasi kedua dengan ciri khas kulit yang tipis, ujung datar, dan agak gosong. Bakpia buatan Liem dikenal dengan Bakpia Patuk 75.

Pada 1980-an, usaha pembuatan bakpia Liem berkembang sangat pesat. Namun, sayangnya para karyawan mencuri resep miliknya dan menyebarkan cara pembuatan bakpia kepada orang-orang di Kampung Ngampilan.

Dengan sejarah yang panjang, kini bakpia menjadi ikon dan oleh-oleh khas Kota Yogyakarta. Bahkan bakpia generasi ketiga punya pilihan isian yang beragam. Tentu tidak menutup kemungkinan akan ada varian baru seiring dengan perkembangan zaman.

Kira-kira isian favorit Star Lovers yang mana, nih?

Baca juga : 14 Tahun Star FM : Terimakasih Para Mitra

Dahulu Hanya Ada Saat Maulid Nabi, Ini Sejarah Nasi Liwet Solo

Previous article

Didukung Masyarakat, DIY Menuju Wilayah Bebas Korupsi

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Culinary