Kota JogjaNews

Waspada Japanese Encephalitis, Dinkes Kota Jogja Siapkan Imunisasi JE Tahun Ini

0
Imunisasi JE
Magista Ravki Hutami Administrator Kesehatan Program Imunasasi Dinkes Kota Jogja dan Epidemiolog Kesehatan Dinkes Kota Jogja Anandi Iedha Retnani, S.Gz menjelaskan tentang Imunisasi JE.

STARJOGJA.COM, Info – Banyak masyarakat yang belum mengetahui apa itu Japanese Encephalitis (JE). Magista Ravki Hutami Administrator Kesehatan Program Imunasasi Dinkes Kota Jogja mengatakan penyakit radang otak (Ensefalitis) yang disebabkan oleh virus JE melalui vektor penyebar virus JE yaitu nyamuk Culex yang terinfeksi virus JE.

“JE itu suatu penyakit karena virus karena gigitan nyamuk Culex menghisap darah manusia namun perantara bisa melalui hewan berkaki empat sapi kuda atau babi dengan inung terakhirnya manusia. Jadi tidak langsung ke manusia, sudah ada circle penularan misal dari babi tapi sebagai inangnya manusia,” katanya kepada Star 101,3 FM.

Gista mengatakan JE merupakan penyebab utama ensefalitis virus di Asia. Dimana 10 dari negara sudah endemi JE, namun JE itu berpotensi menimbulkan KLB satu kasus JE itu pun sudah jadi KLB.

” JE ini sulit hanya bisa dikendalikan. Jarang ditemukan obatnya salah satu caranya dengan imunisasi JE,” katanya.

JE ini menurut Gista sebagian besar menyerang anak di usia 10 tahun. Secara gambaran kasus di Indonesia dari data per 2014 – 2021 ditemukan 143 kasus.

“Dalam rentang 7 tahun paling banyak di bali sebanyak 77 kasus di kalimantan barat 28 kasus diy 13 kasus disusul ntt 12 kasus. Jadi kita diurutan ke tiga kasus terbanyak. Tapi dari data kami, 1 tahun 2023 itu zero kasus walaupun memang sudah mengirimkan suspek JE ke lab dan hasilnya negatif,” katanya.

Epidemiolog Kesehatan Dinkes Kota Jogja Anandi Iedha Retnani, S.Gz mengatakan JE ini penyebab utamanya nyamuk culex. Menurutnya infeksi JE pada manusia itu dapat tanpa gejala atau dengan gejala.

“bergejala itu tapi ringan kayak flu demam atau sakit kepala hanya 1 % yang menyebabkan meninggal dunia dengan tingkat kecacatan 3%,” katanya.

Nandi mengatakan terkait Bali yang menjadi lokasi paling banyak ditemukan kasus JE ini karena di Bali banyak peternakan babi dan sapi. Melalui kondisi ini sehingga potensi peningkatan kasusnya lebih besar dari daerah lainnya.

Sementara di Kota Jogja tidak ditemukan kasus JE. Menurutnya karena pengendalian vektor nyamuk sudah jalan di wilayah ini.

“Masyarakat sudah aware dengan psn dan ada juga mencegah gigitan nyamuk dan koordinasi dinas menjadi salah satu faktor di Jogja zero kasus apalagi nanti ada imunisasi JE. Imunisasi ini tidak bayar karena sudah diedarkan oleh kementerian kesehatan,” katanya.

Sementara Gista menambahkan program Imunisasi di Daerah Istimewa Yogyakarta karena adanya rekomendasi dari Itagi (Indonesia Technical Advisory Group of Immunization). Itagi memberikan kajian atau rekomendasi tentang perluasan imunisasi JE yang sebelumnya sudah dilakukan di Bali dengan cakupan imunisasi mencapai 93% .

“Kementerian kesehatan memberikan keputusan Kalimantan Barat dan DIY dan DIY baru mau mulai tahun ini,” katanya.

Gista mengatakan sasaran dari Imunisasi JE ini adalah anak usia 9 bulan sampai sampai kurang dari 15 tahun. Dinkes Kota Jogja akan melakukan kampanyenya hanya dua bulan.

“3 September sampai 31 Oktober 2024 ini saat imunisasi masal nantis udah selesai JE ini masuk program imunisasi rutin di usia anak 10 bulan,” katanya.

 

 

Baca juga : Tingkatkan Kesehatan Anak SD Melalui Bulan Imunisasi Anak Sekolah 

Bayu

Forza, Film Sepak Bola Kolaborasi Indonesia dan Amerika

Previous article

OPINI : Apresiasi Ajakan Tokoh Agama Untuk Menghormati Proses Pemilu

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Kota Jogja