FeatureFlash InfoHealthKota JogjaNews

Hidrosefalus : Apa dan Bagaimana Gejalanya?

0

STARJOGJA.COM.JOGJA  – Sering melihat kondisi pembesaran kepala pada bayi atau dikenal dengan Hidrosefalus ? Kondisi tersebut sebenarnya juga dapat menyerang anak-anak hingga lansia. Secara harfiah, hidrosefalus merupakan penumpukkan cairan pada otak secara berlebihan.

Dr. Habib Zahar Zaki M., Sp.BS Departemen Bedah, Divisi Bedah Saraf FK-KMK UGM mengatakan terdapat tiga faktor yang menyebabkan tekanan pada otak.

“Adanya over produksi pada cairan di otak sehingga muncul ketidakseimbangan dengan proses penyerapan, sumbatan pada jalur alirannya, dan gangguan penyerapan” ujarnya kepada Star FM.

Kondisi tersebut pada akhirnya menyebabkan cairan menumpuk pada bagian otak dan biasanya pengembangan kepala secara masif dan cepat pada seorang bayi. Namun, gejala ini tidak mutlak menyerang bayi saja melainkan anak-anak, dewasa, hingga lansia pun memiliki risiko yang sama.

Pada kategori anak-anak gejala penyakit hidrosefalus dapat terjadi berupa perilaku rewel, pusing, muntah mendadak, ketidakseimbanagan dalam berjalan, bahkan kejang. Kemudian, pada dewasa relatif sama yakni, nyeri kepala, pandangan kabur, hingga kebutaan. Sedangkan pada lansia ada tiga jenis gejala yakni, demensia, gangguan menahan air kecil, dan gangguan berjalan.

Walaupun bayi yang lahir dengan hidrosefalus tidak dapat diselamatkan dan berkembang secara normal, tapi penyakit ini dapat dideteksi secara dini sejak masih dalam kandungan. Dr. Habib mengatakan bahwa pengecekkan USG pada ibu hamil dapat melihat bagaimana lingkar kepala bayi yang tidak normal.

“Pada USG, dokter akan mengecek secara utuh dan detail terkait lingkar kepala dalam janin, itu bisa jadi alat deteksi karena pada setiap minggu itu ada rentan normal dari lingkar kepala. Jika dirasa lebih dari angka normal lingkar kepala, maka patut dicurigai dia mengalami hidrosefalus” tuturnya dengan jelas.

Hidrosefalus sendiri memang dapat terjadi karena faktor bawaan sebelum lahir, pertama karena ada kelainan anatomis, kedua ketika sang ibu mengidap infeksi seperti toksoplasma, rubela, dan megalovirus.

Namun, di beberapa kondisi, ada beberapa bayi yang baru terdeteksi hidrosefalus ketika sudah lahir. Gejala yang mampu terlihat biasanya berupa kulit kepalanya yang menipis, seperti kulit jeruk yang mengkilap dan terlihat aliran darahnya.

Dr. Habib juga menyebutkan bahwa terdapat empat prinsip yang dilakukan dalam teknik penanganan hidrosefalus meliputi pencarian penyebab, tata laksana terapi obat, tata laksana operasi untuk memasangkan selang di dalam otak, dan terapi.

“Pada akhirnya, tantangan terberat dalam melakukan penanganan penyakit hidrosefalus adalah support dari pihak keluarga yang harus dilakukan secara sabar dan terus menerus kepada pasien yang bersangkutan” tuturnya.

Penulis : Rossa Deninta

Yuk Cek! Ini Daftar Jajanan dengan Kandungan Lemak Trans Tinggi

Previous article

Kerja Shift Malam? Yuk Antisipasi Dampak Buruknya

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Feature