JogjaKUUniknya Jogja

Gereja Ganjuran: Kontemplasi dan Perjalanan Pemulihan Hati

0

Star Jogja – Yogyakarta. Gereja Ganjuran terletak di Ganjuran, Bambanglipuro, Bantul, sekitar 17 kilometer sebelah selatan kota Yogyakarta. Kompleks gereja ini berdiri di tanah seluas 2,5 hektare termasuk tempat parkir, candi, gereja, pastoran, dan beberapa bangunan lainnya.

Gereja Ganjuran dibangun pada tahun 1924 oleh dua bersaudara asal Belanda Joseph Smutzer dan Julius Smutzer. Kakak beradik ini adalah pengelola Pabrik gula Gondang Lipuro. Dibantu arsitek yang juga berasal dari Belanda, J Yh Van Oyen, leluarga Smutzer membangun gereja ini sebagai wujud sosial mereka untuk kesejahteraan masyarakat di sekitar pabrik khususnya para karyawan pabrik yang mereka kelola.Selain gereja, Keluarga Schmutzer juga membangun rumah sakit, menyokong orang miskin, mendidik orang yang belum terpelajar. Kesemuanya dilakukan untuk mengangkat harkat martabat penduduk Ganjuran.

Pada 1927, untuk menyempurnakan tempat ini dibuatlah candi yang dinamai Candi Hati Kudus, dengan hiasan relief bunga teratai dan patung Yesus dengan pakaian Jawa.Jauh berbeda dengan gereja yang umumnya berarsitektur Eropa, jika dilihat secara keseluruhan, bangunan Gereja Ganjuran merupakan perpaduan antara gaya Eropa, Jawa, dan Hindu-Budha.

Nuansa Eropa tampak pada bangunan berbentuk salib jika terlihat dari udara. Gaya Jawa tampak pada bangunan bergaya joglo yang dihiasi dengan ukiran Jawa seluas 600 meter persegi. Ini termasuk ukiran nanas dari kayu serta ukiran berbentuk jajar genjang yang disebut wajikan. Altarnya pun dihiasi dengan malaikat yang berbusana tokoh wayang orang.

Demikian juga atap yang berbentuk tajug dan didukung 4 tiang kayu jati yang mengambarkan empat penulis Injil, yakni Matius, Markus, Lukas, Yohanes adalah gaya Jawa.Gaya Jawa juga terlihat pada altar, sancristi (tempat penyimpanan alat misa), wadah air Baptis, dan tempat katekis, serta patung Yesus dan Bunda Maria yang sedang mengendong putranya dengan berbusana Jawa.

Pada altar terdapat relief yang menggambarkan pepohonan, bunga-bunga, tiga burung pemakan bangkai dan dua rusa yang sedang minum dari sumber air yang memancarkan tujuh aliran air.Terdapat juga dua buah patung malaikat dengan corak jawa dalam posisi menyembah. Selain altar yang dibuat dengan corak jawa, ada dua buah relief di kanan dan kiri gereja dengan bentuk relief Hati Kudus Yesus dan relief Ibu Maria.

Relief Hati Kudus Yesus digambarkan sebagai raja Jawa yang bertahta di singgasana, sedangkan Relief Ibu Maria digambarkan sebagai ratu Jawa yang sedang menggendong Yesus yang masih kecil. Sementara nuansa Hindu-Budha terlihat pada bangunan candinya.

Di samping perpaduan gaya arsitektur yang unik tersebut, Gereja Ganjuran juga mempunyai beberapa catatan istimewa. Uskup pertama Indonesia Rm Albertus Soegijapranata SJ dulu merupakan pastor di gereja ini dan ditahbiskan pada tahun 1942. Kardinal pertama Indonesia Rm Yustinus Darmayuwana Pr, juga pernah menjadi pastor di gereja ini pada tahun 1947 hingga 1950.

Gereja Ganjuran semakin layak dijadikan tempat ziarah ketika pada tahun 1998 di bawah candi ditemukan mata air dari dasar candi Hati Kudus Yesus.

Sumber air tersebut memiliki air yang jernih dan dapat langsung diminum, serta berkhasiat menyembuhkan. Sumber air ini kemudian diberi nama Tirta Perwitasari karena Perwita merupakan orang yang petamakali merasakan khasiat air tersebut. Setiap peziarah yang sakit dan berharap dapat beroleh kesembuhan bisa melakukan ritual doa di sini. Yakni, mengambil tirta perwitasari di samping candi, kemudian duduk bersimpuh di depan candi dan memanjatkan doa serta permohonan, dan terakhir masuk dalam candi dan berdoa di depan patung Yesus Kristus.

Desa Nglanggeran Jadi Potensi Pesona Indonesia

Previous article

Brokohan Untuk Keselamatan Jabang Bayi

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in JogjaKU