Esai

Bersanding dengan Bencana, Siapkah Kita?

0
warga waspada
Ilustrasi kerusakan angin kencang

STARJOGJA.COM, Yogyakarta – Bagi pengamat fenomena alam, pencatat bencana, atau wartawan, akhir dan awal tahun menjadi waktu yang mendebarkan. Tanpa bermaksud meramalkan bencana, membuka kembali arsip tahun-tahun sebelumnya, bulan Januari dan Februari boleh disebut sebagai bulan sarat bencana. Bersanding dengan bencana siapkah kita menghadapinya.

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bencana sepanjang 2018 menyebabkan 3.349 orang meninggal, 1.432 orang hilang, 21.064 orang luka-luka, dan 10,2 juta orang mengungsi. Sementara di Sepanjang 2017 peristiwa bencana menyebabkan 309 meninggal, 69 orang hilang, 1.200 luka-luka, dan 3,6 juta warga mengungsi. Di tahun kemarin, korban meninggal dunia naik karena gempa di Lombok, tsunami dan likuifaksi di Sulawesi Tengah, serta tsunami Selat Sunda menyebabkan kenaikan dampak korban bencana. Ini karena kita memang harus bersanding dengan bencana.

Dari beberapa bencana itu, buat penulis yang paling menyedihkan adalah bagaimana telatnya pemerintah memberi peringatan tsunami karena tak ada alat hingga kesalahan mencabut peringatan tsunami yang terlalu cepat. Memang, urusan Kematian memang takdir Tuhan yang tak bisa ditawar, tapi upaya pengurangan korban lewat aneka penggunaan teknologi adalah kewajiban setiap manusia untuk menekan korban bencana akibat kelalaian manusia.

Baca Juga : Musim Hujan Datang, BPBD Kulon Progo Antisipasi Bencana

Dari kondisi inilah, sepatutnya memang ada kebijakan khusus dari pemerintah untuk memberikan anggaran pengadaan peralatan pemantau atau pemberi warning akan kejadian bencana. Ini adalah bagian penting dari upaya menyelamatkan nyawa masyarakat yang hidup di areal rawan bencana seperti tsunami, longsor atau bahaya letusan gunung berapi.Berikan kepada lembaga terkait seperti BMKG , BPPTKG atau lembaga lain dana yang cukup untuk pengadaan dan pemeliharaan peralatan yang dimiliki. Jangan lupa juga dorong mereka untuk terus menjaga kehandalan alat yang ada. Cek juga aneka peralatan

Secara ekologis dan historis, tak ada alasan untuk tak memperkuat mitigasi bencana. Tapi, kebijakan strategis untuk memperkuat mitigasi bencana memang belum berjalan maksimal. Pengurangan risiko bencana sejak dini, mulai dari proses edukasi bencana yang intens pada masyarakat, membangun rumah yang tahan bencana, pendeteksi dini terjadinya tsunami dan gempa belum sepenuhnya optimal.

Pada dasarnya tidak semua bencana alam berangkat dari faktor alam.Ada juga faktor gaya hidup yang salah karena turut menyumbang potensi penyebab bencana. Pembabatan hutan, baik untuk jalur pertanian, perkebunan, area permukiman maupun industri dengan cara pembalakan liar maupun pembakaran hutan yang menimbulkan bencana kabut asap. Pengelolaan lahan yang semena-mena, kegiatan industri, kegiatan penambangan yang serakah dan amburadul dapat mempercepat terjadinya bencana alam, khususnya longsor, banjir, perubahan iklim, serta kerusakan lingkungan lainnya.

Contoh masalah inilah yang harus diperhatikan oleh masyarakat. Ini yang harus dirubah agar potensi bencana itu tidak berubah menjadi sebuah bencana alam yang secara massif merusak dan menimbulkan korban jiwa yang lebih banyak. Bersanding dengan bencana ini menjadi catatan penting bagi kita.

Untuk itu, di samping kita berharap ada kebijakan strategis dari pemerintah, kita juga butuh langkah taktis dalam keseharian hidup kita untuk mengubah pola hidup yang konsumtif dan hedonis. Kita harus memulai dari diri dan keluarga kita untuk hidup lebih sederhana dalam keseharian. Kita harus mulai mengurangi penggunaan plastik yang berlebihan.

Pemerintah daerah juga diharapkan tidak asal memberikan ijin perubahan pemanfaatan lahan – lahan produktif pertanian untuk dijadikan perumahan atau industri lain, serta ragam sikap keseharian yang menyalahi kodrat alam kita, sebagaimana ungkapan ” Bersandinglah dengan alam, agar alam bisa menepati alurnya untuk mencapai keseimbangannya !”

Bayu

Euforia Sesaat, Berujung Rasa Malu Penemuan Situs

Previous article

Pohon Raksasa Afrika Terancam Punah

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Esai