News

Pekerja Indonesia Tidak Sesuai dengan Latar Pendidikan

0
pekerja indonesia
Crddit : Humas UGM

STARJOGJA.COM, Yogyakarta – Pekerja Indonesia memiliki pekerjaan yang tidak sesuai dengan latar pendidikannya sesuai laporan dari Organisasi Buruh Internasional (ILO) tahun 2017. Pengamat ekonomi menilai karena ketidaksesuaian kurikulum pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan kerja dunia industri.

Dosen FEB UGM Gumilang A Shadeqa, mengatakan produktivitas pekerja Indonesia selama ini masih dianggap cukup rendah dibandingkan dengan negara lain di sekitar Asia Tenggara. Belum lagi ditambah ketidakcocokan keterampilan yang didapat dari pendidikan dengan kebutuhan kerja dunia industri.

Pemerintah diminta untuk mendorong peningkatan kemampuan kerja kaum muda melalui pendirian lembaga pendidikan vokasional yang bekerja sama dengan industri.

Baca Juga : Dosen UGM Pelopor Printer 3D di Indonesia

“Pendidikan dan industri seolah tidak sesuai sehingga perlu dijembatani dengan adanya pendidikan vokasi,” katanya di ruang auditorium FEB UGM seperti rilis yang diterima Starjogja.com, Jumat (1/3/2019) .

Masih rendahnya keterampilan kerja kaum muda di dunia industri menurutnya disebabkan juga pendidikan yang paling banyak dibuka di lembaga pendidikan dibidang ilmu humaniora, hukum dan ilmu sosial yang mencapai 30 persen, sementara bidang ilmu teknik, sains dan teknologi masih minim.

“Bidang ilmu sains hanya 1,6 persen, bidang TIK 9,8 persen dan bidang teknik dan matematika 9,3 persen, bandingkan dengan Malaysia sudah 18,3 persen dan vietnam 21 persen,” katanya.

Ia menyebutkan hingga saat ini hanya ada 19 balai latihan kerja yang dikelola pemerintah pusat dan 284 balai latihan kerja yang dikelola pemerintah daerah. Ia mengapresiasi langkah pemerintah yang akan membangun 1000 balai latihan kerja berbasis komunitas.

“Itu belum ditambah kondisi BLK dengan kurikulum dan ketetampilan yang masih tidak seusai dengan kebutuhan industri,” katanya.

IMF John C. Bluedorn, mengatakan setiap negara menghadapi tantangan yang hampir sama dalam meningkatkan keterampilan kerja kaum muda. Disparitas teknologi dan kesenjangan gender menjadi hambatan dalam peningkatan keterampilan kerja.

“Padahal rendahnya keterampilan kerja dan rendahnya kualitas pendidikan menyebabkan angka pengangguran tenaga kerja muda meningkat,” katanya.

Skybridge Solo Resmi Dibuka untuk Umum

Previous article

Operator TikTok Bayar Denda Rp 80 Miliar

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in News